Chereads / Empat kata buat kamu, bodoh, kikuk, manja, polos. / Chapter 8 - Hubungan suami istri

Chapter 8 - Hubungan suami istri

"Ngomong-Ngomong, aku baru saja sadar bahwa kediaman anda begitu dekat dari sekolah."

Gadis itu melihat kesana kemari, dia melihat seluruh ruangan kecil itu dengan mata unggu melebar itu, "Bisa melihat semuanya dengan jelas bukankah mata mu cukup baik?"

Anton ikut duduk setelah membersihkan kekacau'an, dia duduk bersila menghadap bu guru, dari raut wajah dan mata ketemu mata mereka bisa berkomunikasi.

"Ini sangat menganggumkan untuk ditelusuri."

"Kamu tak akan bisa berselancar disini, dengan ruangan seukuran kamar normal dirumah mu."

Remaja disebelahnya memperjelas bahwa ukuran kecil cukup dengan beberapa langkah saja tak ada daya tariknya untuk ditelusuri.

"Kamu seorang peria tak akan tau betapa indahnya oasis ini, tak perlu repot membereskankannya."

"Beruntung aku jadi peria." dia tak menyangkal malah dia berterimakasih karena sudah dijadikan peria.

"Aku harap besok kamu sudah bisa kembali kesekolah Bu." ucap gadis lainnya kepada wali kelasnya itu, dari raut wajah bu guru memang sudah mulai membaik, namun ia masih berat dan lemah untuk melangkah, ya andai ia tak ngeyel di nasehati oleh suaminya agar tak berangkat kerja dulu, al hasil perdebatan pun sampai ke kelas.

"Aku tau ini cepat, tapi sepertinya kami harus pulang, angkutan sudah mulai pulang." melihat jam di ponsel siswa itu mengajak ketiga temannya untuk pulang "bukankah kamu jalan berlawanan dengan kami?"

"Hah, aku lupa."

"Kamu sudah tua, secepat itu kah Ton?"

"Diam! ini kekeliruan saja."

Mereka pun pamit pulang, nampaknya ada rasa legah di dalam diri bu guru, setelah itu sekitaran beberapa menit, Anton kembali lagi ke Apartemen, "Ini memelahkan, menganggap ruangan ini asing begitu melelahkan."

"Selamat datang kembali, sayang."

Mereka akhirnya bisa berdua saja di kamar itu, tersenyum dan sedikit kata menemani sore yang mendebarkan, "Aku cukup marah kepada mu yang berbohong.

"Bagian yang mana?"

Anton menunjuk buku-buku yang disembunyikan istrinya di bawah tempat tidur mereka.

"Maaf..." Ucap wanita berwajah munggil itu, tertunduk kebawah kasur, "Haah... kamu selalu saja seperti ini, jika kamu mendengar perkataan ku beberapa waktu yang lalu, mungkin kamu tak akan sampai pingsan di kelas, apakah kamu menganggap aku suami mu Ani?"

"Masih kok." dia juga masih menunduk ke bawah.

"Kalau gitu kenapa kamu selalu ngeyel?, kamu bukan lagi anak-anak, kamu adalah orang dewasa sekaligus istri ku. ayolah apakah aku harus menelepon ibu buat siklus ceramah bulanan?"

dia diam mendegar itu, bukan karena apa melainkan jika itu benar terjadi, waktu yang dia habiskan cukup untuk setengah dari harinya.

"Oke, sudahi itu dulu, aku ingin mandi... tidak kamu belum membersihkan tubuhmu." Dengan sigap dan penuh perhatian kepada istrinya, Anton pun menyiapkan air hangat di wadah beserta handuk kecil.

"Sini bajunya aku buka in."

dia membuka baju istrinya dan juga dalamanya seperti kemarin.

"Tetap lembut."

"Inilah asetku untuk memikat mu."

"Kamu terus merawatnya Ani."

"Tentu saja, untuk suamiku tercinta."

pada akhirnya mereka berciuman, karena tak bisa mengontrol libido didiri mereka, dengan cepat dia membaringkan tubuh istrinya di kasur, "Aku tak tahan lagi." ujarnya menyapu setiap kulit bersih istrinya dengan lidah, dada yang menonjol itu diremas lembut, hanya suara erangan yang keluar dari istrinya, menerima serangan yang tak henti-henti membuat dia menegang.

"Keluar begitu cepat."

"Ini sudah hari keberapa?"

"Hahaha... mungkin aku juga sudah menumpuk didalam."

Dia melanjutkannya, namun kali ini kearah bawah, tak mau lama-lama rok panjang istrinya dia singkap begitu saja, dia lepas dalaman itu dengan kecepatan cahaya, "Sabar, aku tak akan pergi kok." ucapan lembut itu menusuk ke hati sang suami, sebelum menyapu itu dia memcium bibir pasangannya dengan lembut.

"Aku suka bagian ini."

"Kamu mendapatkannya."

dia menyapu bersih area yang sudah basah sedari tadi, dengan rakus dan tanpa henti membuat istrinya keluar untuk kedua kalinya.

"Ha ha ha... masukin Sayang... cepat!" dia duduk seperti duduk sopan orang jepang, mengarahkan tongkatnya kelubang yang penuh nikmat itu tanpa ada rambut sekali pun halus, menempelkan di kulit untuk mencari tegangan maksimal sebelum, dia memasukkan tongkat kebangaannya itu.

perlahan tapi pasti, karena tak mau mendesak sekali sentakan dia bermain lembut dan pada akhirnya itu tengelam sepenuhnya dan memenuhi ruangan istirnya.

"Selalu besar!" Bu ani dan dia menikmati kegiatan itu sampai benar-benar puas ke esokan paginya.