Chereads / Empat kata buat kamu, bodoh, kikuk, manja, polos. / Chapter 6 - Tuan putri maafkan aku

Chapter 6 - Tuan putri maafkan aku

"Oke anak-anak baik, selagi wali kelas kalian izin karena sakit, aku akan jadi pengantinya." ujar bu sri, beliau mengajar mata pelajaran matematik, sebagian dari murid sangat tak nyaman kalau ibu ini berada dikelas, bukan karena benci beliau, namun benci dengan apa yang beliau bawa sebagai seorang pengajar, ya matematika.

"Anton, kamu berdebat dengan dia, ini semua salahmu karena kamu aku harus merugikan waktu ku dengan kelas kalian."

Untuk seorang guru dia cukup blak-blakan, dan juga semerawut, asal hidup saja tak ada gairah hidup didirinya, tapi rumus yang ia bawa cukup membuat virus semerawutnya menular kepada semua murid.

"Untuk seorang guru anda cukup percaya diri."

"Sebaliknya, jika aku percaya diri, aku sudah menikah."

"Itu bukan urusanku."

"Siapa bilang, ini urusan kalian untuk mencarikan aku pasangan."

"Kenapa kami juga ikut?!" teriak bersamaan adalah hal yang paling kompak dari mereka, setelahnya tak ada yang bisa diharapkan dari kekompakkan murid di kelas ini.

"Lagian aku juga telah merawatnya beberapa waktu lalu."

"Itu karena paksaan mereka."

"Ya aku tak menyangkalnya."

"Sebaiknya aku makan dulu, kelas selesai saja disini."

Sebagai seorang guru dia cukup tak masuk akal membiarkan waktu 3 jam berjalan selama tak lebih dari lima belas menit, suka-suka dirinya itu adalah salah satu sifat pemalas dari seorang yang mendapat gelar sarjanah pendidikan.

"Hei Anton, bisakah kita pergi keluar setelah ini berakhir?" di kerumuni gadis-gadis tak membuat dia senang malah merasa risih dan ingin segera pergi dari sana, "Sepertinya aku tak ikut, aku ada urusan lain."

"Contohnya?"

"Jangan lanjut menanya, itu pribadi."

"Aku tau! kamu mau kencan rahasia dengan kekasihmu dari SMA lain bukan?"

"Imajenasimu membuat hati ku sakit, andai itu terjadi aku sangat berharaf itu terjadi, ah! kapan aku punya pacar?!!"

mereka pun menertawakan dirinya yang putus asa akan hal itu, tapi juga mereka merasa senang karena pria yang mereka taksir tak punya pasangan apa pun.

"Jadi apa yang kamu lakukan?"

"Baiklah, dari pada jadi rumor aku akan jujur." tagan dengan jari besar itu menyeka dagu lancipnya, "Aku akan menjenguk bu Ani, sebagai rasa tanggung jawab karena mambuatnya terserang sakit."

"Ya... aku tau! kamu punya alamat rumah beliau, setelah mengantarnya?"

"Aku yakin itu hanya kamar saja."

"O aku baru tau itu."

"Jadi kita tak akan bisa menjenguknya secara bersamaan?"

"Ya itu ide yang buruk, itu hanya cukup untuk empat orang tamu."

"Satu, dua ah tambah kamu empat." gadis itu menghitung orang yang akan ikut bersama siswa itu, "Kalian cukup keras kepala, baiklah dua pria, dua wantia perjanjian diteruskan."

"Perjanjian di terima dan dijadikan piagam."

setelah itu mereka dengan empat orang mulai menujuh kediaman sang wali kelas mereka, ya... maksudnya setelah sekolah berakhir, jika tidak mereka pasti bolos.

mereka mampir di sebuah toko Bernama julimart membeli beberapa minuman berenergi dan sereal kemasan buat buah tangan untuk menjenguk wali kelas.

"Ani! kamu akan mendapati muridmu yang datang kerumahmu."

"Lelucon apa lagi ini Suamiku? jangan merengut oasis ku sekarang."

"maaf aku tak bisa mencengah gelombang ini, izinkan aku untuk membawa mereka kehadapan Tuan putri."

"Pelayan! tolong beri aku waktu mengemasi kekacauan yang bisa jadi akar kecurigaan."

"Hamba mengerti, sebisa mungkin hamba mencari caranya."

pesan teks itu seperti lelucon bagi yang membacanya, namun itu hanyalah kebiasaan dari pasangan yang tak jelas ini.

"Baiklah teman-teman, kita akan memasuki dunia yang antara nyata dan tidak secara bersamaan dimata kita."

"Apa itu? mungkinkah ini fortal kedunia lain? aku ingin itu."

"Dasar wibu." ucap ketiga bersamaan kepada seorang gadis berambut pendek potongan dora, dan memiliki wajah bulat dengan mata melebar, hidung munggil, bibir munggil dan tubuh mungil namun dadanya bisa saja menyerang pertahanan.