"Kamu cukup berani tadi."
Ah... rasanya suara-suara makin tak terkendali, siwa itu dengan kesadaran penuh pergi dari kelas yang berisik tak terarah. pergi ke oase di sebuah bangunan peninggalan sejarah dari terdahulu dia menemukan kunci di tengah batu sekepalan tangan saat dia menendang karena pertengkaran keluarga.
"Kau memang tak berpikir!" teriaknya, sepatu hitam lalu menendang batu sekepalan tangan itu, dia melihat ada kunci terbaring diatas tanah yang dikelilingi rumput di sisinya, "Apakah ini kunci pintu ruang didepanku?" dengan percobaan pertama dia langsung berhasil membuka pintu, ada kasur ada bantal dan selimut, tak lupa sebuah tv tak berguna bentukan kecil dan tak bisa menyala, ada lemari pendingin seukuran tinggi pinggang orang dewasa di pojok kanan, tak ada apa-apa didalam itu, dia berbaring diatas kasur mini single, ada kipas angin mini dengan karakter doraemon, yang mampu mendinginkan ruangan 3x3 itu.
"Kamu dimana? aku tak melihat mu dikelas, jangan lari dari pertengkaran ini, atau kamu akan tidur diluar tanpa selimut pun." ultimatum itu memberi dampak merusak bagi bayangan yang akan datang.
"cari aku di belakang sekolah dengan sebuah bangunan menempel di bangunan utama, kira-kira 3x3 meter, kalau sampai ketuk saja aku akan segera membuka pintu untukmu."
tak sampai 10 menit, dengan suara jalan kasar menginjak tanah kasar dengan selah besar, tepat disana ada rumput bola dia melihat bagunan yang dimaksud, segera tanpa pertimbangan dia menuju ruangan itu, mengetuk pintu.
"Dapat juga kamu." tiba saja dia dipeluk langsung, secepat kilat menutup pintu lalu menguncinya di ruangan itu.
"Apa yang kamu lakukan?"
"Bisakah kamu berhenti seolah-olah aku orang asing yang mau memperko*amu? aku ini suami mu loh?"
"Aku tau itu!" dia sedikit berteriak untuk meyakinkan dirinya sendiri, sebelum mulutnya dibungkam oleh lumatan lembut dari bibir siswa yang tak lain adalah suaminya sendiri, lidahnya dipelintir sedemikian rupa, tanpaknya dia juga menikmati adegan ini, tanpa sadar sentuhan tangan kearah dadanya menambah degup kencang didalam jantung yang sama atau lebih dari kepalan tanganya sendiri, isapan demi isapan air mengalir di adegan panas itu, mata yang mulai terbuka melebar melihat laki-laki memperlakukannya dengan lembut, siswa itu memutar tubuh mereka kearah sebaliknya, dia menjatuhkan bu guru itu di atas kasur lalu menindihnya "Jangan lakukan ini, tahan sampai rumah!!!" teriakan itu menyadari dirinya dari kesalahan terbesar, ya ini bodoh untuk melakukan hubungan suami istri di lingkup sekolah sekali pun kalian adalah pasangan yang sah utuk melakukan itu.
"Aku tersadar kembali." dia datang dengan beranjak dari atas tubuh wali kelasnya, mereka duduk berdampingan dan mulai membuka masalah keluarga mereka, ya itu sangat tak rumit hanya saja ada pasangan kikuk saja sudah jadi pertengkaran hebat.
"Menjengkelkan disaat kamu hampir saja memakanku, aku tau kita sama-sama memiliki hasrat mengebu-gebu tapi lihatlah situasi dahulu, bodoh." Siswa itu dengan lembut menyentuh pipi wanitanya, dan mulai membuat senyum kemenangan yang tertanda di raut wajahnya.
"Aku bisa saja menundanya jika mau, biar kamu frustasi dan melampiskannya dengan lima jari itu saja." ancaman dengan bibir menyeringai seolah-olah combek dari serangan mematikan, guru itu mulai memasangi bendera merah di benteng pertahannya sendiri.
"Ah! nanti juga kamu akan bergerak mendekat dan lalu agresif menyerangku dengan gigih Ani."