Menjelang liburan akhir tahun kita sibuk mengatur perjalanan wisata, Jenny akan ke Jerman tepatnya di kota Heidelberg tempat kelahiran ayahnya. Konon kota nya bagai sebuah surga tersembunyi. Ada castil dan sungai indahnya, entah lah semua itu cerita Jenny dan dia sangat bahagia bisa pergi liburan ke sana, meski melalui berbagai tahapan di antaranya mami nya meminta tes selaput dara. Dan semua Alhamdulillah lancar. Jenny sempat khawatir tapi setelah selesai semua, dia mentraktir ku khusus, dia mengucapkan terimakasih karena dia bisa ke Jerman tanpa halangan. Tahun ini kita liburan terpisah, aku ke Yogya dia ke Jerman. Tak kalah seru aku liburan bareng Mami Rima. Ijin pergi ke mama, bareng temen-temen sekolah. Rencana kita seminggu di Yogya. Akomodasi, transportasi sudah semua di siapkan mami, aku sempat bilang bahwa aku membiayai sebagian buat liburan ku, Mami Rima bilang ini keperluan mami aku di minta mengantar dan menemani mami jadi wajar kalo mami yg membiayai semua. Meski di awal rencana mami setuju aku yg membeli tiket kereta. Tapi prakteknya mami yg beli tiket pesawat, mami beralasan temanya membatalkan tiket nya dan tidak bisa di cancel. Jadi mami yg ambil dengan harga murah. Aku curiga ini hanya akal-akalan mami saja, agar aku mau terima dia yg bayar transportasi.
Liburan di mulai, jenny lebih dulu berangkat, bersama keluarganya, selang dua hari aku berangkat ke Yogya berdua Rima. Aku selalu suka baju pilihan Rima,saat pergi bersama ku, santai dan enak di lihat. Mami memilih kemeja planel dengan jeans yg agak ketat, tetapi bentuk tubuh sensitif nya tertutup dengan kemeja yg di biarkan keluar. Kancing atas di buka satu. Jadi kalo dia sedikit membungkuk akan terlihat payudara sexy nya, kesempatan itu sering kali aku pergunakan hingga bagian sensitif ku selalu on selama perjalanan. Aku bisa melihat Bra Rima berwarna hitam dengan cup setengah bermotif renda, sebagian dada yg kulitnya putih bercahaya tampak terjepit sempurna. Sampai di bandara sudah ada penjemput dari pihak hotel, kita menginap di Malioboro hotel yg kental bernuansa Jawa. mami bilang kita menginap di hotel berbeda beda biar gampang dan engga terlalu jauh dari lokasi untuk jalan-jalan. Sesampai di hotel pertama masih jam sembilan pagi, aku langsung menjatuhkan diri ke tempat tidur.
"Iiihh sayang jangan tidur dulu, aku mau cari makanan, trus kita makan di luar aja ya" Rima, mengeluarkan pakaian santai, dia Menganti celana pendek, dan kemeja yg tadi.
"Ayo Rio, aku mau jajan" Rima menghampiri aku yg tiduran di sisi tempat tidur, dengan kaki masih di lantai, dia tepat ada di depan ku, dan membungkuk, coba menarik tubuh ku untuk berdiri, makin terlihat jelas di antara kancing baju Rima yg terbuka, payudara indahnya menggantung sempurna di sanggah bra hitam.
"Aku mau itu, mam" mataku menunjuk payudara yg tampak jelas di depan wajah ku, aku langsung meraih gundukan indah milik Rima
"Hmmm,mata kamu tuh ya, nakal banget" Rima tak peduli aku memperhatikan payudaranya, dan membiarkan aku menyentuhnya, dia tetap mencoba menarik tubuhku untuk bangkit duduk. Aku meremasnya dan bangkit untuk mencium payudaranya.
"Ssssshhh..Riooo, masih banyak waktu buat itu, kita seminggu di sini, kamu boleh minta berapa kali pun kita ML, aku ikutin mau nya kamu" jawab mami Rima santai, tetap membiarkan aku bermain dengan buah dadanya. Aku menciumi dan menghirup wangi keringat di dadanya.
"Ssshhh.. merinding iiih kalo di cumbuin kamu" Rima memperlihatkan bulu di tanganya berdiri. Aku menghentikan kegiatan ku, dan melihat tanganya.
"Beneran aku bebas kapan aja mau ML sama kamu?" Aku memperjelas kata-kata mami Rima tadi.
"Iya sayang, boleh. Puaskan hasrat kamu sebanyak yg kamu mau, sekarang aku milik kamu, aku akan lakukan apa aja yg kamu mau"
Rima menatap ku, dan mencium bibir ku lembut.
"Sekarang temenin aku jajan dulu naik becak" aku bangkit sambil memeluk Rima, dan mengganti dengan celana pendek PDL. Dengan sepatu sneakers. Kita keluar kamar dan menghampiri tukang Beca yg berbadan kekar dan masih muda. Mami berbahasa Jawa lembut, aku suka aksen Jawa yg mami katakan kepada tukang becak, dan kata yg keluar dari tukang becak tak kalah lembutnya, yg aku pahami hanya "sego pecel". Sisanya aku tak paham. Mami mengajak ku duduk di becak. Mengelilingi kota Yogyakarta. Mampir di sisi jalan tempat makan pecel di tengah taman kota, kita makan bertiga, tapi mas becaknya tak mau makan bersama, dia memilih agak menjauh, meski di paksa dia tetap tak mau. Mami makan pecel tanpa nasi, hanya tempe mendoan, habis dua porsi sepertinya ini jajanan favorit Rima. Kita keliling lagi ke toko batik.Rima langsung tertarik dengan pajangan monokin perempuan dan lelaki, sama -sama mengenakan kemeja putih, yg satu rok batik 3/4, dan sang lelaki celana komprang batik. Mami minta itu, dengan ukuran kita. Aku membeli beberapa celana komprang dan celana pendek batik, dan entah beberapa kain batik, keperluan mami dan mas becak juga di belikan beberapa kemeja lurik. Dan blangkon, aku juga tertarik blangkon batik dan belangkon hitam polos. Dari situ kita mampir di keraton, melihat kereta kraton dan alat gamelan di istana Yogyakarta. Terakhir sebelum mampir ke hotel mami beli makanan khas Yogyakarta baik yg manis dan yg asin atau gurih. Sesampai di hotel mas becak itu mengucapkan " matur Suwon sanget" sambil beberapa kali menunduk. Aku senyum dan mami pun balas tersenyum, entah apa yg mami katakan ke mas penarik Beca tadi, dia mengangguk dan tersenyum ke kita. Dengan belanjaan lumayan banyak. Tiba di hotel aku langsung komentar.
"Ini belanjaan hari pertama ya. Gimana hari ke dua dan ke tiga?" Jawab ku sambil menggeleng-geleng kepala. Ke arah Rima.
"Sayang lusa nanti kita engga di sini lagi tapi agak jauh dari kota, mungkin agak susah cari tempat belanja," Rima tersenyum sambil meraih pipi ku dan mencium ku.
"Aku mandi dulu ya, nanti kita istirahat" sambil Rima masuk ke kamar mandi. Aku memperhatikan dia berjalan ke bathroom, langkahnya, gerakan badan nya, pinggulnya yg bergoyang mengapa sangat indah di lihat, aku sangat mengagumi sosok Rima, dari cara berbicara, cara memperhatikan aku, cara menjawab semua pertanyaan aku, dari cara dia mengakui sebuah kesalahan, cara dia meminta maaf, dari cara dia menghargai aku sebagai lelaki. Sebagai pasangan, sebagai anak, sebagai teman. Sebagai suami. Aku sangat mencintai dia.
Selesai mandi, dia hanya mengenakan kimono handuk dan rambutnya di keringkan menggunakan handuk kecil, sambil berjalan mendekati AC rambutnya di usap dengan handuk kecil, aku menghampiri, mencium rambutnya, pipinya, lehernya dan tanganya, segar aromanya bikin nyaman hidung,
"Apa sih Rio?? Semuanya di endusin gitu" sambil dia menatap ku dengan picingan mata. Aku menambah kan, mencium dadanya, kusibakan kimononya dan mencium belahan dadanya.
"Wangi banget sih mami Rima, ssshhhh... Bikin aku ingin segera memakannya, seger kaya sayuran di puncak, di makan mentah juga enak" jawab ku sambil memeluk Rima.
"Iiiihhhh kanibal, sana mandi. Biar nanti aku cocol sambal badan kamu, aku juga mau makan kamu mentah," sambil Rima mendorong ku sampai ke pintu kamar mandi.
Selesai mandi, aku lihat Rima berbaring di ranjang, masih dengan kimono, dan handuk yg di lilit ke rambut. Dia tertidur, untuk beberapa saat aku menatapnya wajahnya. Saat tertidur pun dia masih saja tampak anggun, wajahnya tampak bersih dan segar meski tanpa make-up, tampak ada kerutan kecil di beberapa sudut kulitnya. Di mata dan di leher, aku tak pernah membohongi diri kalo umur dia sudah kurang lebih dua kali umur ku, tapi tetap saja dia di mata ku cantik, sexy dan aku tak pernah malu berjalan bersamanya, dan setiap aku berjalan selalu saja ada pasang mata menatap dia atau aku, tak perlu di hitung jumlah om om mata keranjang yg selalu melihat dia dari atas hingga ke bawah. Terkadang aku balas menatap Om itu dengan tatapan perang. Kalo sudah begitu, Rima selalu bisa saja mengalihkan perhatian ku, kadang tanganya memeluk lengan ku erat ke dadanya, atau memegang pinggang ku, atau dia menyentuh pipi ku sambil bercerita. Kalo aku sudah tak bisa di alihkan. "Rio, sayang. Jangan rusak hari kita karena orang seperti itu." Itu kata pamungkas mami, yg akan keluar ketika aku mulai terpancing emosi.
Ketika kamu jatuh cinta dengan seseorang, pandanglah saat orang yg kamu cintai tertidur, tatap wajahnya, katakan dalam hatimu, mampu kah engkau melihat tetes air mata dari wajah itu, karena perkataan kamu, karena perbuatan kamu. Itu lah yg aku rasakan saat ini. Aku duduk di kursi dekat ranjang. Tak mau membangunkan Rima yang tertidur pulas.
"Iiihhh..Rioo, kenapa engga bangunin aku, aku ketiduran nungguin kamu" mukanya cemberut manja. Aku menghampiri dan memeluknya. Aku kecup bibir nya, dia membalas bahkan lidahnya menari di mulutku aku menghisap lidah nya, dan kini aku mulai menari di mulutnya, lidahku di hisap air liur kita menyatu dengan tarian lidah, ini lah yg di sukai orang Eropa menurut mereka bercampurnya air liur ketika terbakar libido mampu membuat ke dua orang itu lebih muda dalam beberapa detik, mereka mempercayai seringnya orang berciuman akan membuat awet muda. Tangan ku sudah membuka tali kimononya, dia juga tak mau kalah, melepas kimono aku, tubuh ku langsung polos, saat aku akan melancarkan cumbuan di payudara indah miliknya tangan ku sudah lebih dulu meremas dan memainkan puting Rima yg langsung kenyal dan putingnya keras, asik menjilati , dan meremas payudaranya, tangan ku mulai turun meraba vagina Rima.
"Aaahhhhhhh....aaaahhhh" Rima mendesah tak tertahan. Aku terkejut. Saat meraba gundukan vagina Rima. Mata ku menatap Rima terkejut. Rima balik menatapku penuh tanya.
"Apa Rio," nadanya khawatir menatap ku.
Aku menghentikan cumbuan ku di buah dadanya. Dan menatap vagina, jemari ku mengusap dan mengelus nya.
"Di apaiin ini, kok ga ada rambutnya" tatapan ku penuh kagum ke vagina Rima, mulus dan agak menonjol tanpa rambut, bersih semuanya dan licin.
"Iiih Rio, kirain ada apa? Bikin aku takut aja" Rima menatap mata ku sedikit melotot. Aku membalas dengan senyum bahagia. Saat aku menurunkan wajahku menghampiri vaginanya, dia coba menahan.
"Oh..no...no.. no..Rio... Jangan..please" mami langsung menatap ku memohon.
"Aahhh sayang..jangan.." Rima mulai panik
Rima bangkit duduk di sisi ranjang justru mempermudah wajah ku bisa cepat sudah ada di selangkangannya. Aku memaksa membukanya dengan tubuhku ada di antara kakinya, tangan ku menahan kedua pahanya agar tetap terbuka, Rima coba menutup gundukan itu. Tangan ku menangkap jemarinya mencegah menutupi vagina nya. Aku menciuminya.
"Rio..iiiihhhh"
"Ini pake apa mom, kok cantik banget"
"Riooo Please" Rima memohon
"Iiih engga di jawab" aku menjilati belahan vagina Rima.
"Waxing sayangggg" Rima segera menjawab.
"Kenapa??" Tanya ku sambil menatapnya, ketika dia diam menatap ku, aku segera kembali menari di belahan itu.
"Iya iya iya.. karena kamu suka begitu" Rima menatap ku syahdu.
" Aku suka Mam" sambil aku menatap vaginanya.
"Ya udah sini atuh kamunya" Rima mencoba menarik tubuh ku ke atas, aku menolak.
"Nanti dulu aku mau ciumin ini" sambil aku mengecup vaginanya.
"Aduuuuhhh sayang, beneran aku engga kuat, geliii banget Rio" mami menatap ku.
" Paling enak yg mana, ini?" aku menjilat dari bawah vaginanya ke atas arah klitoris.
"Ssssshhhhhhhh...Riioo"
"Atau ini?" aku menghisap klitorisnya seperti anak kecil menyedot puting susu.
"Aaaagggggaaaaahhh..sayaaaaang"
"Kalo yg ini?" Aku menari masuk lidahku di lubang vaginanya.
"Uuuuhhhhhhhhh..Rio, sayang stop dulu" Rima menahan wajah ku.
"Mana yg paling Mami suka?" Tanya ku sambil jemari ku terus menyentuh dan menggesekkan di belahan vagina Rima yg telah basah oleh cairan pelumas.
"Sayang..aku beneran engga tau, semuanya bikin geli banget" tangannya memegang pipi ku. Pangkal paha nya tak bisa diam sesuai gerakan tangan ku, membuka dan menutup.
"Sayang udah dong, jangan siksa aku begini" mami menggigit bibir bawahnya. Aku memperlincah gerakan lidah ku, dan hisapan ku di klitoris nya. Jari ku masuk perlahan.
"AAAHHHHhhh, ssssshhhhhh sayaaaaang" wajahnya sudah tak lagi menatap ku, mulutnya mulai terbuka, menahan sesuatu, matanya sedikit terbuka, tapi warna hitamnya menghilang ke atas. Jari ku mencari G spot, lidah ku menari di klitoris nya. Tiba-tiba tubuh Rima mengejang kakinya lurus terbuka.
"AAARRGGGHHHHHhh,"
"Akuuu keluar sayang.." aku menjilati cairan harum dan gurih rasanya, hingga tak tersisa entah mengapa aku menyukai rasa itu. Aku coba menghisap ketika tak ada lagi yg keluar.
"Aaahhhhhh," Rima merintih.
"Udah dong, sayang..aku mau ML" pinta Rima memohon, sambil menarik tubuh ku ke atas, sesampai di atas dia memutar tubuhnya, kini dia yg di atas tubuh ku, sambil terus tanganya mengurut dan merangsang penis ku agar maximum panjang dan besarnya.
"Jadi mulai sekarang aku boleh ya ciumin punya kamu?"
"Iya, boleh. Aku juga suka banget, tapi rasanya geli, geli banget, dan bikin cepet keluar" sambil jemarinya terus mengurut dan membangkitkan penis ku yg sedari tadi nganggur. Kini mulai tegak memanjang dan berurat. Mami tersenyum menatap ku.
"Aku masukin ya" sambil posisinya agak menungging, kedua tangannya memegang penis ku, dan bersiap masuk, dia menggesek-gesekan kepala penis ku di liang vaginanya yg telah basah. Perlahan dia memasukan wajahnya tampak menikmati pergerakan benda masuk ke liang vagina, terasa hangat, dan gesekan dinding vagina basah nan lembut terasa nikmat hingga seluruh batang masuk sempurna,
"Aaahhhhhh" kami hampir bersamaan mendesah, terasa hangat seluruh batang penis ku, dan terjepit sempurna. Rima menikmati ini semua, lubang vaginanya terasa penuh dengan masuknya penis ku yg panjang dan bulat besar berurat, tegak sempurna, terasa mentok. Perlahan Rima menggoyangkan pinggulnya, terasa ada sesuatu yg mengurut dari pangkal hingga ke ujung kepala penis, gerakan nya agak lambat, tapi ini membangkitkan gairah ku, vagina Rima sangat lembut tapi juga mampu menjepit dan terasa di urut, batang penis ku berkedut-kedut.
"Sebentar ya sayang, aku mau nikmatin punya kamu. Rasanya penuh semua di dalam, hangat, enak banget sayang." Rima terus mendesah.
"Hmmmmmhhh..terserah kamu, mau di apain aja, enak banget di dalam terasa di urut uuuuhhhh" aku menikmati setiap gerakan pinggul Rima.
Semakin lama semakin cering dia mendorong pinggulnya nya terasa masuk dan keluar dari lubang itu. Semakin nikmat, aku melihat buah dada itu bergoyang-goyang menantang, aku raih, ku remas dan ku hisap puting itu, bagai menghisap sesuatu, bukanya kempes malah bengkak, kenyal terasa puting itu makin mengeras aku bisa menggigit lembut.
"Asshhhhhh, uuuuhhhh " seirama dengan maju mundur pinggul Rima . Tarian pinggul Rima di atas pangkuan ku makin lincah, ini yg membuat perut Rima nyaris rata di umur nya sekarang, aku menikmati goyangan itu dan membantu memegang pinggangnya mana kala makin menggila hingga tubuh Rima terus ke belakang, aku bangkit dari duduk ku.
"Aaaahhhhh, saaayang...iiiiihhhh" Rima menari semakin cepat, aku khawatir justru aku yg akan keluar lebih dulu, karena makin berdenyut penis ku di buat oleh urutan vagina Rima. Tubuhnya nyaris rebah, kakinya mengunci di pinggang ku, kini aku di posisi atas, aku tambahkan hentakan ke lubang vaginanya makin kedalam. Rima kejang, menjepit keras pinggang ku, tanganya bergelantungan di leherku.
"Sssaaaaaayaaaaanngg aaahhh" Rima keluar, aku masih berusaha menghentikan penis ku meski agak susah dan itu usaha ku terakhir.. aku lepaskan sperma ke dalam tubuh Rima
"Aaaaggghhhhh" nikmatnya, tubuh kami banjir keringat masih aku hentakan beberapa kali melepas semua sperma hingga tetes terakhir. Masih Rima menggoyangkan beberapa kali, terasa mengurut batang penis. Rima memeluk ku rapat, meski kita basah karena keringat, aku mengecup pipinya, ku biarkan penis ku masih menempel di dalam.
"Sayang, makasih ya, nikmat banget kali ini" Rima mengelus kepala ku. Aku merapihkan rambut nya, mencium keningnya, pipinya, matanya, dia menatap ku manja.
" Aku selalu merasa bahagia setiap bercinta sama kamu, selain melepas libido ku yg selalu saja tinggi, tapi aku merasa bisa membahagiakan kamu juga lewat bercinta ini, aku akan selalu berusaha buat kamu bahagia dengan cara apa aja. Aku sayang sama kamu" aku memeluk Rima. Dia menarik lebih erat tubuhku, hingga terasa ada yg menjepit penis ku di lubang vaginanya, aku menarik sedikit dan menekan lagi.
"Aauuwww Rio iiih" Rima menggigit bibir bawahnya,
"Masih geli sayang, cabut duluuu" Rengek Rima manja. Sebenarnya enggan aku lakukan, perlahan Aku mencabut penis ku, Rima merintih menahan ngilu dan plup, lepas dari vaginanya. Keluar sebagian sperma dan pelumas. Rima ke toilet membersihkan diri, kembali hanya mengenakan baju hijau tipis berbentuk seperti kimono nya tali ikatan pinggang potongan kerah rendah, sebagian payudara besarnya tak mampu tertutup. Pundak leher dan sebagian punggung mulusnya tampak jelas, membuat dia tampil sexy di mata ku, setiap melangkah bagian pangkal paha nampak sesekali ketika tersingkap.
"Badan kamu mau di elap handuk basah?" Tanya Rima sambil memegang handuk tangan, menatap ku. Sejenak aku terdiam sambil membayangkan, sepertinya asik tangan lembut Rima membersihkan tubuh ku.
"Boleh sayang kalo tidak merepotkan" jawab ku sambil tersenyum. Rima manis membalas senyum ku sambil berjalan ke toilet. Saat berjalan membawa wadah air dan handuk tangan, dengan baju yg mengundang selera. Aku membayangkan bila mungkin saat ku menjadi suaminya, akan seperti ini bentuk kasih dan sayangnya. Dia meletakan wadah air itu di sisi meja kecil, di duduk di sisi ranjang. Aku memperhatikan setiap gerakannya, wajahnya tampak tenang, seolah menikmati setiap apa yg dia lakukan. Dia mengusap wajah ku dari kening, kedua mata, pipi dan dagu, lalu telinga dan leher..gerakannya lembut dan luwes bagai seorang penari.
"Apa dulu Om selalu mendapatkan hal ini" tanya ku tiba-tiba sambil menatap Rima.
"Kalo suami aku dulu, tak pernah aku melakukan ini, kalo ayah aku sering dapat perlakuan seperti ini oleh ibu ku. Dan menurut aku, itu romantis" Rima menjawab sambil tanganya terus mengusap tubuh ku dengan lembut, hampir semua tubuh ku kena sentuhan air hangat itu. Baru sampai dada di sudah kembali ke toilet, mengganti air baru.
"Aku baru kali ini di perlakukan seperti ini sama kamu, dan itu membuat ku sangat tersanjung, dan sangat di cintai, aku setuju ini romantis" aku hanya menurut setiap perintahnya, tanpa ucapan hanya gerakan dan senyuman, Rima tak banyak bicara atau bercanda, dia hanya diam dan tersenyum saat aku menatapnya.
"Boxer nya mau tetap kamu pakai atau mau di lepas?" Dia sudah mulai membersihkan dada dan perut ku.
"Aku mau lepas aja," aku bersiap akan bangkit melepas boxer, dia menahannya aku cukup mengangkat bokong ku dan dia yg melepaskannya, tampak penis ku terkulai, ketika polos jadi mulai agak bergerak, karena dari sini aku bisa melihat payudara Rima tampak bergoyang saat dia menggosok tubuh ku. Saat perut mulai tersentuh handuk basahnya, penis ku mulai bergerak, aku bingung harus bagai mana, tapi wajah Rima tetap tenang, tak menunjukan ekspresi apa-apa, dia menjadi sosok yg tak biasa, lebih banyak diam menghayati setiap gerakanya, aku pun tak berani menyentuh bagian tubuhnya, karena sikapnya berbeda, meski tampak jelas belahan payudaranya dari hampir menonjol jelas letak puting di balik baju tipis ini. Aku suka baju yg Rima pakai saat ini, menggairahkan. Aku menahan nafas saat dia menyentuh penis ku, dan menggosoknya perlahan, sangat lembut gerakannya, malah membuat penisku bergerak tegang, tetap dia mengusap membersihkan seluruh batang penis ku, tanpa ekspresi, hanya tenang. Agak di urut perlahan dari pangkal hingga ujung terdapat sisa cairan kental, dia mengelap dengan lembut, bagian kepala
"Sssshhhhhhh" aku tak tahan dengan perlakuannya terhadap penis ku, tak lama dia mengganti air kembali, tetap dalam diam dia meminta aku berbalik badan. Dia menggosok pungungku. Seluruh badan ku terasa bersih tapi jadi lemas hingga timbul rasa ngantuk. Entah bagai mana ceritanya aku tertidur saat di mandikan oleh Rima.
Saat terbangun ku lihat Rima dengan baju yg sama, bersandar di sisi ranjang, sambil menyaksikan drama Korea ke sukaanya. Aku menghampiri tidur di pahanya sambil merangkul pinggulnya.
"Udah bangun, enak engga Bobonya?" Tanya Rima sambil mengelus rambut ku
"Maaf ya aku jadi ke tiduran" mataku mencari sorotan mata Rima, kali ini Rima sudah menjadi sosok yg aku kenal kembali. "Engga apa-apa sayang, fungsinya di lap itu ya biar kamu jadi enak buat tidur, makanya kamu ngantuk" terang Rima dengan tatapan ke ibuan.
"Aku suka, di lap seperti tadi, cuma kok kamu jadi beda," aku kembali menatap Rima. Dia hanya tersenyum, mengelus pipi ku. Aku melihat belahan bajunya tersingkap hingga ke pangkal paha, ada renda hitam yg sexy mengintip. Aku mencium pangkal paha itu. Tanganku menelusup kebalik jubahnya
"Aku jadi teringat ibu saat melakukan itu pada bapak ku," Rima membiarkan tangan ku meraba kemana pun yg aku suka, dia mengelus rambutku sambil bercerita.
"Kata ibu, salah satu bakti istri ke suami adalah, menyenangkan suami, mengurus suami, dan mendo'akan suami. Dan tadi aku berusaha menyenangkan kamu, meski prakteknya ternyata aku yg lebih di senangkan kamu, aku tau kamu malas untuk sekedar ke toilet, mau nya langsung tidur setelah ML, aku senang bisa bantu kamu mengelap badan kamu, biar bisa langsung tidur, dan ibu bilang do'a kan suami mu hal yg baik-baik, sepanjang aku membersihkan kamu aku berdo'a, ibu dulu mengajarkan aku, saat membasuh muka berdo'a ini, basuh tangan berdo'a ini, ketika basuh kaki berdo'a ini, sampai membasuh kelamin ber do'a ini... Karena aku belum punya suami, dan selama ini kamu yg menggantikan posisi itu, ya aku anggap kamu suami aku. Dan aku melanjutkan tradisi ibu, agar aku bahagia" Rima mengecup kening ku. Tanpa sadar aku menyimak semua ceritanya. Aku merasa bangga di anggap menjadi suaminya.
"Maafin aku ya, yg tak paham semua ini, tapi aku janji akan terus belajar tentang semua ini. Aku akan berusaha bisa menjadi suami yg baik buat kamu" aku bangkit memeluk Rima. Dan kembali tiduran di kedua pahanya. Sambil bermanja-manja dengan Rima.