Pagi itu masih enggan aku keluar kamar, jam 3 pagi baru aku bisa tidur pulas, sengaja aku buka pintu sisi arah kolam, masih bisa santai sekarang baru jam 6 pagi. Mau nya nambah tidur lagi. Tapi sayang kalo liburan banyak tidur. Dengan langkah gontai aku membuat kopi di kamar. Dan membawanya ke kursi santai di tepi kolam, saat berjalan aku sempat menoleh ke kamar Tante Rima. Tampaknya masih rapat tirai di kamar itu, lampu juga masih lampu tidur. Aku duduk di tempat biasa, yg dekat dengan kamar ku, juga bisa melihat kamar Tante Rima dari posisi ku duduk. Menikmati suasana pagi di tepi kolam, dengan pandangan lepas ke arah sawah dan gunung di luar batas pagar komplek hotel. Begitu segar dan syahdu. Suara buruk perkutut kembali terdengar. Ini suara burung liar, bukan suara burung yg berteriak merintih dengan di penjaranyanya ke bebasan. Serupa tapi tak sama, bisa saja kalian dengar suara burung dengan alunan nada yang sama. Tapi coba kau lebih dengarkan kembali kicau burung saat di alam bebas dan kicau saat di kandang suara mereka berbeda. Sudah habis dua batang rokok. Pintu kamar Tante Rima terbuka. Sosok wanita dengan mengenakan terusan sebatas paha, berbahan putih bergaris horizontal biru tipis, modelnya bagai kimono potongan dada rendah sehingga tampak sebagian menyembul sisa gundukan payudara. Baju hanya di ikat di pinggang, pandanganku tertuju pada siluet bra dan CD berwarna gelap, agak samar terlihat. Berjalan gemulai ke arah ku. Membawa baki berisi 2 cangkir kopi dan satu piring besar beberapa muffin, donat dan croissant.
"Pintu kamar kamu di ketuk tak ada jawaban, kata waiter tadi". Sambil Tante Rima duduk di kursi sebelah ku, meletakan baki di meja yang terletak di antara kita.
"Mungkin aku sudah di sini" jawab ku sambil memandang suguhan yg mami bawa.
"Kamu sarapan dulu, kopinya aku pesenin juga. Tapi kamu udah bikin kopi ternyata" sambil mami menyeruput kopi panas dan menyerahkan piring besar ke arah ku, aku mengambil croissant yg masih hangat. Mami meletakan ke meja kembali dan mulai memakan muffin coklat.
" Loh Caca kemana?" Tanya ku sambil mengunyah.
"Tadi Caca pamit mau mengambil tugas dari kampus, dan sore nanti baru dia bisa ke sini" mami menikmati sarapan sambil sesekali menyeruput kopinya. Aku pun larut dalam percakapan di pagi itu. Sambil menikmati sarapan.
"Tumben.." sambil aku melirik ke arah belahan dada mami yg menampakan renda di ujung bra hitam mami.
"Apa?" Sambil mami menatap ke arah mata ku yg sedang memandang dadanya dan kembali menatap mata ku. Dengan penuh tanda tanya.
"Pake Bra" aku senyum-senyum menatap wajah mami.
"Tadi ada Caca, dan aku panggil waiter buat pesen sarapan ini, cari aman aja pake bra"
"Kenapa sih mata kamu tuh senengnya liatin itu aja?" Sambil mami mengusap muka aku.
"Kalo liat Tante, jujur ya selalu deh itu dulu yang terlihat " sambil aku pegang tangan mami.
"Hmmm apa semua cowok kaya gitu ya, kan kamu udah sering liat, sayang. Apa engga bosen?" Tanya Tante sambil merapihkan bajunya dan membenarkan posisi payudaranya dengan ke dua tangannya.
"Ih...aku aja yg benerin"
"Kalo kamu yang benerin, malah jadi di lepas bra nya" mami mencubit hidungku.
"Mam aku jadi mau" sambil aku pindah duduk di samping mami.
"Riooo" mami mengelus kepala ku dan memegang pipi ku. Tangan ku merangkul pinggulnya. Dan mengecup bibir nya.
"Iiih..engga di sini ah" mami melepas ciuman aku dan memegang dada ku yg makin mendekat.
"Mam, aku kok makin kecanduan sama mami sih, maunya ML terus kalo liat mami ?,maafin aku ya mam" sejujurnya itu lah rasa yg bergejolak saat dekat dengan Tante Rima.
"Itu wajar kok Rio, gejolak hasrat kamu sedang besar-besarnya. Kamu butuh orang untuk melepaskan itu semua. Kalo tak tersalurkan. Akan timbul masalah buat prilaku kamu, dan aku sebenarnya juga butuh melepas hasrat itu. Hasrat itu timbul karena lama tak ada sosok yg menyentuh tubuh aku, setelah kepergian si Om. Tapi aku coba menyalurkan lewat kegiatan olahraga. Agar bisa melepas hasrat besar, aku coba menghilangkan keinginan libido aku. Karena tak menemukan lelaki dewasa yg bisa aku percaya. Setelah ketemu kamu aku merasa nyaman. Dan ternyata aku bisa melepas hasrat libido ku yg selama ini aku coba hilangkan. Aku engga jauh beda sama kamu. Selain aku nyaman ada di dekat kamu. Aku juga selalu ingin di sentuh kamu. Dan bercinta sama kamu. Aku puas setiap kali bercinta sama kamu. Jadi maafin aku juga ya." Mami menatap aku sendu.
"Jadi hasrat aku, engga mengganggu Mami?" Tanya ku dengan senyum lebar.
"Aku, suka gejolak yg kamu punya, aku menikmati semua" mami menggenggam erat tangan ku. Segera aku menyelesaikan sarapan ku, Mami pasti tau yg aku mau, tapi mami coba menunda dan tetap menghidupkan hasrat ku, dengan cara sentuhan lembutnya di paha ku, di dada ku, terkadang saat bercerita, tiba-tiba dia mengecup leher ku. Aku tak berani menyentuh bagian sensitif mami, paling hanya meremas jari, mencium pipi, sesekali meraba pahanya yg terbuka. Aku khawatir ada yg melihat.
"Renang dulu yuk." Tiba-tiba mami mengajak ku sambil menggenggam jemari ku.
"Hayu." Aku langsung melepas kaos ku.
"Aku boleh engga, pake bra sama CD ini aja?" Mata mami menatap ku, meminta ijin ku. Toh di kolam ini hanya kita saja kok. Kolam ini di buat privasi untuk kelas VIP terdiri dari dua kamar dan satu kolam. Sepertinya ini di peruntukan untuk keluarga.
"Terserah Mami, cuma kita juga di sini" aku menunggu mami, setelah melepas kaos ku. Mami mulai membuka ikatan bajunya. Tampak indah dan sexy saat mami hanya berbalut bra hitam yg berhiasan renda di sudutnya dan beberapa bagian tampak transparan.
"Mom, kamu sexy banget" aku menatap semua bagian tubuh mami. Dia menatap ku dengan bimbang.
"Terlalu sexy ya. Apa aku ganti baju renang aja?" Mami menutupi tubuhnya dengan baju yg ia pakai tadi, dengan raut wajah meminta pendapat ku.
"Udah biar aja, cuma aku kok yg liatnya" aku menarik tangan mami dan berjalan menuju kolam. Mami langsung mendudukan tubuhnya di tepi kolam, dengan kaki masuk ke dalam air. Aku mengikuti gerakannya duduk persis di sebelah mami, air kolam terasa segar dan sejuk. Untuk beberapa saat saja, aku langsung berhasrat ingin merasakan kesegaran itu ke seluruh tubuh.
"Mom, aku mau pemanasan dulu." Tanpa menunggu jawaban Mami Rima. Aku langsung berenang menuju sudut terjauh sisi sebrang kolam, segera berputar di dalam air untuk kembali ke arah mami duduk, kepala ku timbul di antara kedua kaki mami, dengan nafas tersengal-sengal, mami merapihkan rambut ku.
"Pemanasan tuh di darat, sayang. Bukan langsung berenang untuk menghindari keram tubuh kamu" Rima mengelus kepala ku dengan ke dua tangannya.
"Pengen cepet seger badan ku mom" tangan ku berpegangan dengan kedua paha mami.
"Nakal" kaki mami menjepit lembut kepala ku, aku hanya tersenyum dan mencium paha mami.
"Aku juga mau renang ah.." mami langsung maju dan turun ke air di hadapan ku, tangan ku menyanggah tubuh mami saat hendak turun ke air, kita jadi berpelukan saat sama-sama di dalam kolam. Mami merangkul pinggang ku.
"Iiih kok dingin sih Rio" sambil mami memeluk ku.
"Mami Renang dulu deh, biar jadi hangat" tubuhku sudah merasakan hal lain saat bersentuhan dengan tubuh mami yg hampir polos, dari pada aku makin terangsang bisa berbahaya. Mami senyum ke arah ku.
" Deket kamu juga udah hangat sih, sambil mami menyentuh dada ku. Aku tersenyum
" Balapan yuk mom?" Tantang aku.
"Ih engga bisa, akan habis nafas ku kalo Renang kaya kamu." Mami mulai bergeser tubuhnya coba untuk siap-siap berenang. Gaya mami renang sangat indah, santai dan enak di lihat. Mami renang gaya katak. Tampak terlihat kalo mami pandai berenang. Aku terpukau dengan gerakan tubuhnya, bagai seorang penari. Sampai di tepian terjauh dia balik lagi ke arah ku, tampak santai tak tersengal seperti ku, menikmati gerakan tubuh mami aku terdiam. Beberapa kali aku mengikuti gayanya. Tapi selalu tak berhasil. Gaya kupu-kupu juga mami sanggup, gaya punggung. Mami memang mencintai renang. Setelah aku lelah dengan renang ku. Aku lebih banyak diam di tangga kolam renang, mami terus saja berenang tak kenal lelah. Sesekali menghampiri ku bercanda dan bercerita lalu lanjut renang lagi. Setelah hampir satu jam mami menghampiri ku.
"Kok udah banyak diem nya, udah cape?" Tanya mami sambil memeluk ku di dalam air.
"Iya, aku udah pengap" tangan ku menyambut tubuh mami yang mulai merapat. Payudara itu telah menempel sempurna di dada ku.
"Mau udahan aja?" Mami mulai meraba-raba perut ku.
"Engga mau ah, kalo begini terus" tangan ku mulai meremas dan menarik bokong mami lebih merapat ke tubuh ku.
"Iiihhh mulai nakal deh" mami merapatkan pinggang ku ke tubuhnya. Ada benda yang mulai bergerak tanpa komando makin memanjang dengan mulai mengeras. Tangan mami langsung meraihnya, masuk kedalam boxer ku dan mulai menggenggamnya. Aku tak kalah dengan rangsangan mami, tangan ku mulai masuk ke balik bra mami, meremas payudaranya dan memainkan puting yg mulai mengeras, karena dingin dan karena rangsangan ku.
"Hhmmmmmhh" mami memejamkan matanya, tanganya mulai mengurut batang penis ku.
"Mom aku mau iih" mata ku mulai menatapnya syahdu. Aku beralih meremas bokongnya, dan masuk ke dalam CD nya. Mami hanya tersenyum, dan mencium bibir ku, tangannya makin giat mengurut dan mengocok lembut batang penis ku juga sambil merangsang kepala penis ku. Aku makin bergairah jemariku pindah ke depan dan masuk ke dalam CD hitam mami. Meraba, menyentuh, dan mulai menggosok vagina mami.
"Aaahhh, Rioooo" mami mulai mendesah.
"Kita ML di sini aja yuk mom?" Aku mulai menurunkan CD mami sedikit ke bawah.
"Iiih sayang, jangan aah" mami mulai menaikan kembali CD nya.
"Mom aku belum pernah ML di dalam air" jawab ku sambil memohon.
"Sayang, nanti air nya jadi keruh" mami menatap mata ku,
"Biar aja mom, aku mau coba" aku mulai memasukan jari ku ke lubang vagina mami.
"Aaahhhhh..sayang, jangan" mami menahan jemari ku. Aku mulai merangsang dengan menciumi leher mami, menjilati telinganya.
"Riooo sayang...udah aaahhh" mami coba menghindari cumbuan ku.
"Mom..aku mau, please' " aku memohon menatap mata mami.
"Sayang.. di kamar aja yuk" mami merapihkan CD dan Bra nya yg mulai berubah posisi. Dan merapihkan Boxer ku. Dia menarik tubuh ku untuk naik ke atas. Aku mengikuti. Kita langsung masuk ke kamar dalam keadaan basah, dan ke toilet. Mami terus menggandeng tangan ku untuk mengikuti nya. Di toilet di melepaskan semua pakaian dalamnya dan aku menurunkan boxer ku. Dia jongkok di hadapan aku, tanganya langsung meraih batang penis ku, mengelus dan mulai mengurut nya. Pertama hanya menciumi, akhirnya menjilati dan semakin bersemangat mengulum kepala penis ku. Terasa sekali hangat, ada tekanan lembut entah dari lidah atau dari mana, saat di tekan ke dalam dan di keluarkan bagai rasa nikmat bercinta. Rasa itu nikmat sekali, aku memejamkan mata tangan ku hanya memegangi rambut mami Rima agar aku bisa melihat ekspresi wajahnya, tapi selanjut nya itu terlupakan, aku menikmati permainan mulut mami Rima, untuk beberapa saat. Aku kembali menatap wajah cantik itu. Begitu cepat di belajar melakukan ini. Kalo aku biarkan sudah pasti segera sperma ini keluar dan butuh waktu lagi untuk membuat penisku berdiri seperti saat ini. Aku segera menahan wajah mami.
"Mam udah, aku mau ML sekarang" aku memohon. Dengan wajah sendu ku
"Sebentar sayang, mami masih suka" mami tetap menjilati dan memasukan kembali kepala penis ku ke mulutnya.
"Mami, aku mau keluar di dalam punya mami." Aku coba membangkitkan mami untuk berdiri. Mami mengalah, aku segera memeluknya, menciumnya.
"Sayang, langsung ML aja ya, aku udah basah banget" mami mengarahkan batang penis ku mendekati vaginanya.
"Mam, mau dari belakang" aku meminta mami, mami mengikuti mau ku, aku segera menempelkan tubuh mami ke wastafel dari sini mami berputar. Bokong mami yg benar-benar indah tampak begitu menggairahkan aku remas, akan coba menempelkan di sela-sela nya dan mami menjepit batang penis ku, dan aku menekan kedalam pelan. Aku mulai menggesek kan kepala penis ku ke liang vagina mami. Benar saja sudah basah. Segera aku menekannya lebih keras dan memasukan kepala penis ku. Nikmatnya. aku mendorong pelan dan menarik lagi, lalo mendorong lebih dalam lagi.
"Aaaaahhh Riooo, nikmat sayang.."
"Terus sayang.."
"Uuuuhhhhh Riooo"
"Aaaahhhh"
"Sayaaaaang" mami terus saja mendesah membuatku makin bergairah, pompaku ke vagina semakin gencar tangan ku mulai meremas payudaranya.
"Uuuhhh sayang, aku engga tahan kalo begini"
"Sayang terus aku mau di gigit putingnya " Rima memohon. Segera aku balikan tubuh Rima dan menggendong tubuhnya segera kududuki tubuh mami di Westafel, langsung aku menyerang payudara montoknya aku jilatin, aku gigit putingnya. Sambil mulai ku masukan penisku lagi. Posisinya tepat sekali hingga aku mudah menyerangnya di dua tempat. Sambil meremas dadanya dan menjilati juga menghisap kedua payudara itu. Tangan satu lagi menekan bokongnya agar tak bergeser saat ku hentakan penis ku kedalam vaginanya. Ke dua tangan mami membantu untuk menekan bokong ku saat aku hentakan kedalam. Permainan ini sangat menguras tenaga, kita sama -sama menikmati. Desahan Rima menambah semangat aku dalam bercinta.
"Ooohhh Riooooo"
"Terus sayang..gigit yg keras putingnya"
"Ssshhhaaahh..iya gitu..uuuh"
"Sayang..keluarin di dalam aja"
"Uuuuhhhh sayang.."
Desahan Mami berhenti, tubuh kami kejang saat bersamaan semua berakhir. Mata Rima terpejam mulutnya terbuka tak mengeluarkan suara
"Aaaggghhhhh" aku hentakan beberapa kali saat sperma ku keluar di liang vagina Rima hangat dan nikmat. Kita terpuaskan bersama nikmat bercinta.
Kita mandi bersama. Saling menggosokan tubuh. Saat selesai mandi kita melepas lelah di kasur masih menggunakan kimono mandi. Sambil bercengkrama tangan mami tak pernah melepas batang penis ku. Meski penis ku mode off tertidur dia terus merangsang dengan sabar. Aku memainkan payudaranya sambil bercerita. Tak lama suara hp mami berbunyi. Tertulis nama "Caca". Mami mengangkat telponnya. Tetap santai di kasur memeluk ku.
"Alooo, apa sayang?" Mami menjawab suara di hand phonenya.
"Apa ya?, terserah kamu aja deh, sebentar aku tanya Rio mau makan apa dia?" Mami mematikan suara masuk.
"Kamu mau makan apa?" Tanya mami
"Terserah aja deh, samain sama mami" jawab ku, mami kembali berbicara di hp
"Sayang..terserah kamu deh"
"Boleh juga, kita pergi sama -sama"
"Oh..boleh juga.mami tunggu di sini aja kalo gitu ya"
"Bay take care" mami meletakan hp nya .
"Lebih baik kamu segera ganti baju, dan tunggu di kamar aja. Nanti kalo Caca pulang aku kabarin" mami segera berdiri dan berjalan menuju lemari bajunya. Aku menghampiri. Memeluknya dan mencium bibirnya.
"Aku sayang mami" ucap ku
"Mami selalu butuh kamu sayang. Love you" mami membalas ciuman ku. Aku berjalan ke kamar.
Tidak segera ganti baju. Aku tetap dengan kimono ku. Aku masih menikmati bercinta tadi. Aku jadi merindukan saat hanya berdua dengan mami. Tanpa ada Caca. Bukan salah Caca, kalo Hanya berdua Caca juga aku menikmati. Tapi tidak bila harus ada mereka berdua. Harus bisa menjaga rasa agar tak ada yg tersakiti atau merasa di abaikan. Ini yg membuat ku lelah dan malas harus berjalan bertiga. Aku malah asik tiduran di kasur sambil memakai head set.
Caca sudah ada di sebelah ku, saat tanganya memegang head set ku.
"Pantas aja engga denger, pake ini sih. Di panggil mami dari tadi " Caca menatap ku gusar.
"Kok kamu belum pake baju?, mami ngajak makan siang di luar?" Mata Caca menatap tubuhku yg hanya di balut kimono mandi.
"Aku lagi lemes Ca, kalian aja deh aku engga ikut ya" sambil tetap tiduran.
"Kamu sakit" tangan Caca menyentuh kening ku. Aku meraih jemarinya
"Aku sehat, cuma lemes tadi aku renang mungkin" aku menatap Caca, sambil tetap menggenggam jemari Caca. Dia duduk di samping ku.
"Kamu kenapa?, biasnya engga gini." Caca memegang tangan ku juga.
"Engga ada apa-apa Caca, sana kalo kamu mau pergi, mami nungguin loh." Aku meletakan tangannya di dada ku. Caca menatap ku dalam dan mengusap rambutku
"Aku yakin ada sesuatu, tapi kalo kamu engga mau cerita sama aku, aku engga bisa maksain " Caca terdiam.
"Caca" aku bangkit dan duduk di tepian ranjang. Memegang kedua tanganya. Kami saling menatap.
"Aku janji sama kamu, kalo ada sesuatu aku akan cerita sama kamu"
"Janji" tatapannya menembus mata ku
"Iya Caca " aku senyum padanya.
Caca menatap ku sebentar, dan pergi meninggalkan kamar ku. Tak lama HP ku berdering, mami Rima memanggil.
" Rio, ke sini sebentar, mami ada perlu sama kamu." Mami Rima meminta ku datang ke kamarnya dari nadanya memanggil seolah tak ingin aku menolak permintaannya.
"Iya, bentar mam" jawab ku singkat, segera memakai celana pendek dan kemeja santai ku. Dengan perasaan enggan menghampiri kamar mami. Aku akan tetap menolak sebisa mungkin bila mami memaksa makan di luar bersama. Bila memungkinkan. Terkadang mami tak bisa di tolak bila sudah mengharuskan sesuatu.
Di dalam kamar mami bersandar di tepian ranjang dan Caca duduk di sofa menatap TV, saat aku masuk Caca menatap ku tersenyum dan pandangan matanya mengikuti langkah ku, mami melambai kan tangan memanggil ku agar mendekat ke arah nya.
" Sini Rio, mami minta tolong" panggil mami
"Apa mam?" Sambil aku duduk di tepian Ranjang mami. Setelah aku duduk dia menatap ku.
"Bisa bantu Caca ambil barang di kosannya, Caca mau bawa PC home nya. Banyak data yg harus di backup ke laptop nya, kemarin sempat error laptop nya. Dan tugas di alihkan ke PC home." Mami menatap ku memohon.
" Kenapa mesti di bawa semua. Ambil hardisk nya aja, jadi engga repot bawa PC home ke Jakarta" aku menyarankan.
" Tuh Ca, Rio bilang engga perlu di bawa semua, gimana menurut kamu?" Mami mengkonfirmasi ke Caca sambil menatap Caca yg duduk di sofa dengan santai.
" Iya kalo bisa boleh juga, tapi aku engga ngerti ngelepasnya. Tetep Rio mesti ke sana copot hardisk nya." Caca menatap ku, memohon.
" Iya aku ke sana, bantu kamu ambil barangnya" aku menjawab permohonan Caca.
" Iya sebelum pergi ke sana, kalian makan dulu, mami udah pesen makanan, sebentar lagi datang." Mami menatap ku dan menggenggam jemari ku, hanya sebentar khawatir Caca menatap apa yg dia perbuat.
Selesai makan siang, aku pergi berdua dengan Caca membawa mobil sewaan. Kosan Caca agak jauh dari hotel tempat kita menginap. Tapi tempat nya nyaman. Bangunan berlantai dua yg asri, berisi kamar-kamar layaknya hotel melati. Fasilitas lumayan lengkap, tampak sejuk dan nyaman. Kosan ini di isi perempuan dan lelaki, setiap kamar ada teras di depan kamar dengan sepasang kursi dan meja juga tanaman dalam pot. AC dan toilet masing-masing kamar, cukup luas ruangannya, ada space ruangan kecil untuk dapur kering juga sofa untuk ruang tamu, seperti apartemen type studio. Kamar Caca tampak rapih dan tertata. Caca pandai mengurus rumah.
" Di sini computer nya, aku masak air dulu ya, kamu mau kopi atau teh?" Caca langsung menunjukan meja dimana dia meletakan Computer, dan berjalan menuju satu sudut ruang yg iya jadikan dapur kering.
" Engga usah repot-repot, kita cuma sebentar kok, cuma 10 menit paling lama" jawab ku sambil coba langsung membuka box PC. Caca tersenyum aneh, yg tak ku mengerti arti senyuman itu, hanya sekilas dan langsung menghilang. Dia tetap memasak air, dan menyiapkan. Susu coklat panas dan kopi plus cream. Sempat terlintas dalam benak ku coba mencari makna senyum nya tadi yang sepintas ku saksikan, tapi aku segera konsentrasi dengan box yg sedang ku buka untuk melepas hardisk PC, dan ternyata kabel datanya ber beda dengan kabel laptop. Percuma di lepas tak akan bisa di baca juga di rumah nanti.
"Ca, kabel datanya beda, percuma di angkat hardisk nya juga, ga bisa di ambil datanya?" Aku duduk lemas, pekerjaan ini tak semudah yg aku bayangkan.
"Trus harus gimana??" Caca duduk di dekat ku sambil meletakan baki berisi dua cangkir minuman panas. Wajah nya menatap ku sambil tersenyum.
"Ada dua cara, yg pertama : kamu beli hardisk external, dan copy data yg kamu butuhkan dari PC ke Hardisk yg baru, yang ke dua : bawa PC seperti rencana awal kamu." Aku menatap wajahnya yg kini semakin dekat dengan aku. Aku menetap matanya, ada rasa lain dalam benak ku ini, perasaan nakal mulai menjalar, apa lagi kini kita hanya berdua di kamar, segera aku mengusir perasaan itu. Akan menjadi masalah besar bila aku berani menyentuh Caca .
" Kalo kamu aja yg beli gimana? Aku engga ngerti barang yg akan di beli." Caca menatap ku memohon.
"Jauh engga toko nya?" Aku balik bertanya sambil menyeruput cafe cream.
" Deket kok, di ujung jalan ini dekat perapatan ada toko perlengkapan computer, tapi ya aku engga tau dia jual atau engga barang yg kamu mau?" Caca menatap ku sambil menyeruput susu panasnya.
" Kalo engga ada kita harus cari pake mobil ke arah campus, itu tokonya lebih besar" sambung Caca.
" Ya udah aku ke perempatan dulu, siapa tau ada." Sambil aku berdiri menuju pintu kamar.
"Riooo, belinya pake daun? " Sambil Caca berdiri menghampiri tas dan mengambil dompet nya.
"Oh iya, eh pake uang aku aja dulu" jawab ku sambil balik berjalan ke arah pintu, belum sampai pintu ada tangan yg menarik pundak aku.
"Pake uang aku aja ah, berapa harganya?, atau bawa ATM aku aja deh, pin nya 5 enam kali." Sambil Caca menyerahkan kartu ATM ke aku.
" Pake aku aja, tar susah lagi cari ATM nya. " Jawab ku tanpa mengambil kartu yg di sodorkan Caca.
" Di pintu masuk ada, Rioooo." Caca memaksa memasukan kartu Nya ke saku celana ku. Aku menganggukkan kepala, tak ingin berdebat dengan Caca cuma karena ini.
" Aku pergi dulu ya" sambil menoleh sepintas ke arah Caca sebelum menutup pintu kamarnya.
" Iya, hati-hati ya Rio" sambil Caca melambaikan tangan ke arah aku.