Chereads / Gairah kala Senja / Chapter 13 - Perjanjian dengan Caca.

Chapter 13 - Perjanjian dengan Caca.

Setelah mendapatkan Hardisk external yg berkapasitas 2 Terabyte, aku rasa cukup untuk data yg Caca butuhkan. Aku kembali ke kosan Caca, berpapasan dengan beberapa orang penghuni kost untungnya aku tak mengenal mereka, jadi santai saja aku tak perlu basa basi, sesampai di pintu kamar kost Caca, aku mengetuk pintu kamar.

" Iya, sebentar " terdengar suara Caca, Aku yakin dia mengintip dari lubang pintu terlebih dahulu sebelum membuka pintu, karena aku tak berkata apa-apa, tapi suara klik kunci pintu terbuka dan senyum manis Caca langsung menyambutku, hanya sebatas kepala dia menjulurkan di antara celah pintu terbuka, saat pintu terbuka lebar pun di bersembunyi di balik pintu.

" Ada engga Hardisk nya? " Celoteh Caca sambil tetap berdiri di balik pintu. Baru aku menyadari mengapa dia sembunyi di balik pintu, Dia mengenakan kaos yg super ketat yg hanya sebatas di bawah dada sedikit, kaos senam berwarna hitam tanpa lengan dengan potongan dada rendah, terlihat sangat jelas bulat buah dada Caca yg ukurannya hampir sama dengan punya Rima, aku bisa mengetahui dengan tepat puting Buah dada nya dengan tepat, karena Caca tak menggunakan bra sehingga membentuk tonjolan kecil di puncak Buah dada yg menjulang indah dan montok, celana yg tak kalah ketat seperti bicycle pan berwarna abu abu muda, tampak membentuk pinggul yg kecil, dan bulat bokong yg luar biasa sexy, aku pun bisa melihat perut Caca yg tampak rata dan berbentuk otot perut yg samar, aku yakin Caca rajin berolahraga membentuk tubuhnya nyaris sempurna, semua menyita perhatian ku, Caca seolah tak peduli dengan tatapan ku yg mampu menelanjangi tubuhnya.

" A a ada, 2 tb cukup kayanya " jawab ku terbata, karena koneksi otak ku yg tak siap menjawab sebuah pertanyaan.

" Cukup kok, cuma sedikit datanya " Caca berjalan di depan ku, pinggulnya bergerak dan bokong menari ke kiri dan kekanan seirama langkahnya, sampai aku memperhatikan kok tak tampak garis pembatas CD nya, apa dia tak mengenakan CD, hasrat ku menjadi liar, sambil terus memperhatikan setiap gerakannya baru aku sadari ternyata Caca menggunakan CD type G-string.

Aku langsung ambil posisi duduk di depan PC home yg sudah setengah terbuka covernya, memasang kabel untuk ke hardisk external dan mulai menyalahkan PC, Caca memperhatikan Sambil berdiri di belakang kursi ku, jaraknya dekat sekali sampai helaan nafasnya bisa ku rasakan. Saat layar meminta password, aku otomatis berdiri untuk mempersilahkan Caca memasukan password, tapi dengan sigap Caca menahan dan langsung menjulurkan tangnya ke arah keyboard dari belakang kursi ku, otomatis dadanya bersentuhan dengan pundak ku, mau bergeser akan menimbulkan kecanggungan nantinya, aku tetap diam dan menikmati lembut payudara menempel di pundak ku,

" File nya ada di "C" nama foldernya," tugas kampus " Caca tak merubah posisinya malah tanganya bersandar di pundak ku. Aku langsung mencari ke partisi C dan searching " tugas kampus" saat aku buka folder itu, ternyata banyak gambar dan diagram juga file word dan Excel.

" Satu folder aja deh di copy nya, dan kalo udah selesai, ada folder "data Caca " juga di "C" yg mau aku copy" sambil Caca menatap ku saat berbicara, aku coba menengok sangat dekat wajahnya di depan muka ku, awalnya aku menatap matanya, tapi bibirnya mengundang mata ku untuk melirik. Saat akan mulai meng-copy data itu, ternyata banyak dan butuh waktu 120 menit.

" Hehehe banyak ya, ngopi dulu deh kamu, mau aku ganti kopi panas engga??" Caca beranjak menghampiri kopi ku di meja yg mungkin di Akai untuk meja makan.

" Engga usah Ca, biar aja" aku ikut menghampiri ke arah meja, Caca lebih dulu mengambil cangkir kopi ku, dan saat menyerahkan cangkir itu ke aku, matanya menatap ku.

" Di sana aja yuk ngopinya " ucap Caca, smbil matanya mengisyaratkan ke arah tempat tidur. Agak canggung aku segera berjalan ke arah tempat tidur, aku segera duduk di lantai karpet bulu dan bersandar ke kasurnya.

" Di atas sini aja, " sambil Caca naik ke ranjang dan di lihat aku tetap berada di bawah, dia tidur telungkup dan menopang dagu dengan kedua tanganya.

" Di sini ajalah, sambil aku ngopi " aku duduk santai dan meletakan kopi di lantai.

" Ada yg mau aku tanyakan ke kamu " wajah Caca tampak serius menatap mata ku.

" Apa? Sambil aku menatap wajahnya, sempat melirik ke payudara yg tampak terjepit di kasur, terlihat dari belahan rendah kaos senamnya, tampak kontras, kulit putih mulus dan kaos hitam tanpa lengannya.

" Kamu harus jawab dengan jujur ya " tatapannya kali ini agak tajam dan serius.

" Tentang apa sih? Aku akan coba jujur sama kamu " aku mulai berpikir hal aneh tapi tak ingin mendahului, aku menunggu ke arah mana pembicaraan ini.

Caca diam sebentar menatap ku dan menatap lantai karpet di bawah, sepertinya dia coba menimbang -nimbang kata yg tepat untuk pertanyaan nya.

" Sebenernya aku sengaja mengajak kamu ke sini, biar aku bisa bicara berdua sama kamu, dan engga terganggu Mami " Caca memulai pembicaraannya, aku mulai terdiam sambil menatapnya serius, aku tak berani menebak arah bicaranya.

" Aku lebih mengenal Mami ketimbang kamu mengenal Mami, aku tau persis ketika ada perubahan dalam sikap Mami." Cara bicara Caca berubah, dia lebih serius dan langsung pada masalah tanpa basa basi, rasanya ini gaya bicara orang bule, mami pernah cerita kalo kakeknya ada juga keturunan Itali.

" Aku merasakan kalo mami, sedang jatuh cinta, apa itu sama kamu? " Caca menatap ku dengan pandangan menyelidik. Aku terdiam, badan ku terasa lemas, aku tak kuasa menatap mata Caca, selain umurnya lebih tua dari aku, Caca juga anak Mami, aku harus bagaimana mengatakan hubungan kami, yg tak mungkin bisa di anggap normal.

Setelah jedah agak lama, Caca melanjutkan bicaranya,

" Aku bisa saja menutup mata tentang ini, atau aku akan bicara dengan Eyang tentang hubungan kamu dengan Mami, dan jangan di tanya akan seperti apa konsekwensinya berhubungan dengan keluarga Eyang, yg banyak mengenal pejabat di pemerintahan dan keraton Yogyakarta." Caca mulai menyudutkan aku dengan cara berbicaranya. Aku makin tak bisa menatap mata Caca, tak terpikir oleh ku, bakal berurusan dengan keluarga ningrat Mami, yg sudah pasti banyak kenal orang berpengaruh di Yogyakarta dan pemerintahan, aku tak mampu mencari kata yg dapat membela ku tanpa menjatuhkan Mami. Aku lebih memilih diam, dari pada membongkar kisah kita pada Caca.

" Atau pilihan pertama, dengan banyak persyaratan yg harus kamu lakukan? " Caca memberi aku sebuah pilihan, aku segera menatap mata Caca, dengan penuh harap.

" Apa pilihan yg bisa aku ambil? " Dengan keberanian terakhir aku menatap Caca.

Caca diam sejenak, seperti berpikir lalu kembali menatap aku.

" Ada empat syarat yg harus kamu penuhi agar aku bisa menerima kamu sebagai, pacar mami " Caca menggerakkan dua jari kiri dan kanan ketika menyebutkan pacar mami, lalu Caca diam menunggu respon ku.

" Apa menurut kamu aku bisa memenuhi syarat yg kamu minta, karena kamu baru sebentar mengenal aku " aku mulai khawatir apa aku mampu memenuhi empat syarat yg ia minta.

" Aku engga tau, tergantung kamu " Caca menatap aku langsung ke mata ku.

" Coba sebutkan ke empat syarat itu, biar aku pertimbangkan apa aku mampu " ada keyakinan dalam diri ku, bahwa Caca bukan seorang gadis yg jahat atau berprilaku buruk.

" Aku akan memberikan persyaratan pertama, dan selanjutnya akan aku lihat apa kamu mampu melanjutkan persyaratan berikutnya. " Ucap Caca sambil agak lebih santai dan mulai tidak lagi menegang wajahnya.

" Aku ikut apa kata kamu " karena memang bukan saat tepat untuk bernegosiasi, ini seperti perintah. Bukan sebuah pilihan.

" Yang Pertama, pembicaraan ini, kesepakatan ini, hanya kita berdua yg boleh tau, mami tidak boleh di libatkan, apa pun yg akan terjadi hanya kita berdua yg boleh tau, dan dalam jangka waktu yg tidak terbatas. Dan hanya syarat pertama saja yg sekarang boleh kamu tau, sisanya seiring waktu berjalan, kalo menurut aku kamu snggup baru aku ucapkan syarat berikutnya. Satu lagi, aku engga mau kamu berubah di depan mami, tidak ada yg boleh berubah hingga membuat mami curiga." Caca kembali menatap ku

" Baik, kalo begitu menurut kamu " aku merasa persyaratan berikutnya akan bersifat tentang sikap dan prilaku, bukan sebuah materi atau hal lain yg mungkin tak sanggup aku lakukan.

" Kalo tidak boleh ada perubahan, berarti aku tetap dekat dengan Mami seperti kemarin?" Tanya ku lebih lanjut.

" Terserah kalian aja, bukan berarti aku merestui atau membolehkan, tapi semua terserah mami aja. " Caca mulai memasang muka tegas lagi. Aku tak banyak lagi bicara, dan tak ingin terlalu dekat dengan Caca, bisa saja dia balik menyerang aku saat terdesak dan menjalankan ancamannya tadi. Penampilan sexy yg kulihat di hadapan ku, berubah jadi biasa saja. Aku tak ingin mendapat masalah sama Caca, meski indah dan sempurna badan Caca, aku lebih baik menghindar. Selanjutnya aku fokus dengan pekerjaan ku meng-copy data yg Caca butuhkan, sedikit mungkin aku berbicara dengan Caca, suasana agak kaku, tapi aku tak mencoba mencairkan suasana, sepertinya Caca juga begitu. Hingga kita selesai mengerjakan itu semua dan balik ke hotel, saat hendak masuk ke dalam kamar Caca menatap ku tajam tanpa berkata apapun, aku paham maksudnya agar aku bisa menjaga kerahasiaan percakapan kita tadi. Ternyata mami tak di kamar, saat Caca menelpon mami aku beranjak ke kamar ku, melewati Caca, tampak Caca mengiringi langkah ku dengan sudut matanya. Aku langsung masuk kamar dan berdiam diri di kamar, ada rasa marah karena terintimidasi dan ada rasa khawatir bila ini menjadi masalah besar, hingga mama tau dan Jenny juga tau. Akan banyak perubahan yg menyudutkan aku, ternyata tak semudah yg aku kira bila harus berhubungan dengan orang dewasa. Aku harus bisa berpikir dewasa dan bersikap tenang layaknya orang dewasa. Aku mulai resah dan berpikir keras tentang sikap yg harus aku lakukan. Aku mengutuk semua yg terjadi, tapi terlambat, atau tak bisa lagi untuk mundur dan sepertinya akan banyak kendala bila harus di teruskan, aku berpikir sambil berdiam diri.

Ada suara ketukan di pintu kaca penghubung kamar ku dengan kamar mami, pintu ini langsung ke kolam renang, tampak Caca dengan kemeja putih ketat, dan celana legging wanita berwarna hitam. Wajahnya tampak sayu, iya menatap ku dalam langsung ke mata ku. Aku dengan malas bangkit dan berjalan menuju pintu dorong dari kaca. Saat aku buka Caca langsung masuk dan duduk di tempat tidur ku.

" Kan aku bilang engga boleh ada yg berubah, kenapa kamu di kamar terus, menghindari aku dan mami?" Caca langsung nyerocos berbicara tatapannya sendu dan hampir menangis, beda dengan tadi saat di kostan.

" Aku cape Ca, dan tadi ketiduran " jawab ku sambil duduk di sebelahnya.

" Kamu marah sama aku ya, pasti kamu akan bersikap sama seperti aku, kalo papa kamu deket sama perempuan yg umurnya di bawah kamu, iya kan! " Wajah Caca berubah antara marah dan sedih, air matanya mulai menggenang.

"Terus di mana salah aku, sampai kamu marah, aku engga mau mami juga merasa kehilangan kamu, aku juga engga mau mami sedih, dan aku sayang sama Mami, kamu engga boleh nyakitin mami. Aku akan benci banget sama kamu kalo bikin mami sedih.." Caca mulai menangis sambil mendorong dorong tubuh ku.

"Iya aku ngerti, aku cuma kecapean tadi Ca" jawab ku berbohong, aku luluh melihat sikap Caca seperti ini, aku pun merasakan apa yg di raskn Caca, seandainya itu terjadi dengan keluarga ku.

" Aku bakal benci sama kamu, aku benci. BENCI SAMA KAMU " Caca memukul mukul dada ku, sambil menangis, aku segera meraih tubuhnya dan memeluknya, meski dia meronta-ronta menolak, aku tetap memeluknya dan akhirnya dia membalas memeluk ku sambil menangis lebih keras lagi. Aku mengelus pundak dan rambutnya.

" Maafin aku ya, membiarkan semua terjadi pertemuan pertama karena aku nganter Mama ke tempat Mami, waktu reuni kemarin, semua terjadi begitu aja, " aku tak berani lagi bercerita tentang segala hal, aku akan tetap menyimpan rapat rahasia antara aku dan Mami Rima.

Caca terus saja melepas marahnya dengan menangis di bahu ku. Aku tak mampu berkata apa-apa lagi. Aku hanya mengelus pundak dan rambutnya, hingga tangisannya Reda.

Tak beberapa lama Caca mulai melepas pelukannya perlahan.

" Ke Mami yuk, tadi mami nyariin kamu " sambil Caca berjalan ke arah sliding door, saat akan membuka pintu dia menatap ku dan berputar balik ke arah ku.

" Keliatan abis nangis engga aku? " Caca menatap ku.

" Heheh, cuci muka dulu sana " jawab ku sambil senyum ke arahnya.

" Kamu sih.." sambil Caca cemberut ke aku.

" Iiihh kamu nya aja Cengeng.." ledek aku.

"Iiiihhhh, di tonjok lagi loh" Tubuh Caca langsung berputar menghampiri ku, saat aku menghindar dia malah mengejar.

" Udah sana cuci muka.." ucap ku saat Caca memaksa ingin memukul aku.

Saat ku buka sliding door di kamar mami sore itu, mami langsung menoleh ke arah kita. Caca merangkul tangan ku dengan cara memeluk lengan ku di dadanya, lagi-lagi sentuhan itu begitu lembut dan hangat mampu mengaliri getaran aneh yg terus bergelombang, selama tangan ku berada di payudara indah milik Caca, aku membayangkan keindahan itu titisan dari Mami Rima, milik Rima saja mampu menghipnotis aku terus ingin menjamah dan mencumbunya apa lagi milik Caca yg masih original bentuknya.

" Kecapean ya, mas Rio? Caca banyak minta tolong ya tadi siang?" Mami tersenyum manis ke arah ku, gaya bercandanya dengan memanggil ku di tambah "mas" membuat rasa berbeda di telinga ku.

"Engga juga kok mam, cuma memng agak lama, karena data Caca banyak, jadi butuh waktu untuk mengcopy nya." Jawab ku sambil menghampiri mami yg duduk di sofa dekat TV, Caca melakukan hal yg sama duduk di sebelah mami.

" Mumpung kita masih di Yogya, dan besok pagi kita take off, kalian ada yg mau di beli engga? " Rima menatap aku dan Caca.

" Rio buat mama kamu mau di beliin apa?" Tanya Rima menatap aku.

" Kemari kita udah beli buat mama, cukup lah mam." Jawab ku sambil bersandar dekat bahu mami.

" Caca, ada yg mau kamu beli?, sayang " Tanya mami sambil mencium kening Caca.

" Engga lah, aku cuma kangen kamar aku di rumah " jawab Caca sambil memeluk mami.

" Kalo gitu kita ngopi aja yuk di luar " ajak mami smbil menoleh ke aku dan Caca.

" Mam, engga ikut aja boleh ga? Aku ngantuk, mami sama Rio aja ya " Caca memejamkan mata smbil memeluk Rima.

" Rio ngantuk engga? " Mata Rima menatap ku sendu, seolah berharap bisa menemani pergi ke luar.

" Boleh juga, mumpung masih di Yogya " jawab ku dan di sambut tatapan bahagia di wajah Rima.

Saat kembali lagi ke kamar Rima setelah aku mengganti kemeja santai dan celana pendek PDL lengkap dengan sendal Gunung, kulihat Rima juga mengenakan kemeja berbahan lembut hingga jatuhnya lekukan kemeja membentuk indah payudara mami, seperti biasa dua kancing atas kemeja mami di buka, celana katun warna krem senada dengan kemeja hijau gelap berbunga kecil-kecil yg hanya 3/4, membentuk pinggul dan bokong mami tampak indah. Saat hendak pergi ku lihat Caca mulai terkulai tertutup selimut, kaos tangtop putih tampak tak mampu menampung payudaranya yg sedikit tersembul di antara dada dan lengan. Mami membaca tatapan ku. Meski berbeda tafsiran.

" Caca udah tidur dari tadi aku ke toilet dan ganti baju, kayanya dia cape juga " mami berbisik di telinga ku smbil berjalan ke pintu kamar, tanganya seger memeluk lengan ku sebelum membuka pintu mami menyempatkan mencium bibir ku, aku membalas ciumannya, lembut dan hangat. Kali ini kita tak lagi naik becak, karena agak jauh lokasi dari ramai kota, kita bawa mobil dan mami yg membawanya, aku menikmati lagi mami, ku pandang Rima dari atas dan ke bawah, dadanya berguncang saat melewati jalan tak rata, tampak asik melihat itu, aku mulai mendekat di sebelah Rima, aku membelai rambut sebahunya yg hampir sama dengan Caca, wajahnya mirip cuma ini versi matang.

" Duuuh, kok kalo udah begini aku tetap aja rasa gerogi ya, engga ngerti deh aku " Rima seperti berbicara dengan diri sendiri.

" Kalo di gini in, makin gerogi atau jadi enak " aku mengecup pipi Rima dan telinganya. Rima coba menghindar tapi terlambat dan seperti menikmati, meski tatapannya tetap ke depan bibirnya di gigit.

" Mam, mami sexy banget sih? " Sambil aku menyentuh leher dan masuk ke bahunya dan menyentuh tali bra nya, dan menelusuri hingga ke punggung meraba bra mami.

" Baju aku terlalu sexy menurut kamu? " Sambil Rima menatap ku dan menggoyangkan tubuh saat aku menelusuri pundaknya.

" Bukan, badan mami aja yg sexy, jadi pake apa aja jadi keliatan sexy " tangan ku makin menjalar kemana-mana karena kancing bajunya terbuka bagian atas jadi aku bisa meraba hingga bagian kait Bra nya. Aku memainkan itu.

" Riooo, jangan di buka iiiih.." Rima menggerakkan tubuhnya.

" Mom, aku mau ML iiih " sambil aku mengecup leher Rima. Rima hanya mendesah dan kembali menggigit bibirnya.

" Kenapa engga bilang dari tadi, kita engga usah keluar, pindah kamar kamu aja " Rima menatap ku syahdu.

" Iya, kita balik lagi aja yuk. Beli kopi di cafe hotel dan ngopi di kamar aku aja. " Aku mengeluarkan tangan ku dari dalam kemejanya dan merangkul pinggang Rima.

" Beneran kita putar balik aja?? " Rima menatap ku.

" Iya aku kangen pengen ML " tangan ku meraba payudara Rima dari luar kemejanya.

" Iya, tapi jangan berantakin baju aku Rio.. tanganya engga bisa diam iih " mami merajuk manja. Kita putar balik mobil kembali ke hotel, dalam perjalanan ke hotel, tangan ku tak pernah berhenti bergerilya menelusuri sudut-sudut tubuh Rima, coba membangkitkan birahinya, sentuhan ciuman bahkan remasan tak lepas dari setiap daerah sensitifnya, sesekali Rima juga berusaha mencumbu ku, memainkan penis ku yg sudah tegak berdiri, tapi keterbatasan kesempatan dan ruang gerak karena sambil mengendarai mobil, mengalahkan aku yg terus mencumbunya. Meski tak sampai melepas bajunya, beberapa kali Rima memohon agar aku berhenti mengganggunya, tapi itu menambah birahi ku makin membara.

masuk ke kamar aku. Baru juga menutup pintu Rima m langsung mendorong ku ke pintu, langsung jongkok di hadapan ku, dengan cepat melepas celana pendek ku, menarik cepat ke bawa boxer ku bagian bawah sudah lepas semua, batang penis ku yg sudah tegak sempurna menjadi sasaran mulut nya, dari mengurut, menjilat bahkan mengulum kepala penisku begitu bersemangat, aku menikmati oral sex yg di lakukan mami, sambil melepas pakaian ku, tangan ku hanya memegangi rambutnya agar aku bisa melihat dengan jelas yg dilakukan Rima, permainan Rima yg sedikit liar membuat birahi ku makin memuncak.

Suara dari liur di mulutnya bercampur batang penis besar di mulutnya menimbulkan irama yg khas benda keluar masuk di dalam genangan air, sambil aku mengusap rambut Rima, aku mencium keningnya, ia menatap aku di antara kesibukannya.

" Udah yuk sayang, aku mau ciumin punya kamu juga, kita pindah ke tempat tidur " aku memohon ke Rima. Dia tersenyum dan berdiri, aku segera mencium bibir nya, tangan ku dengan cekatan melepas kancing bajunya secepat yg ku bisa melepas kemeja itu dari tubuh Rima, berikutnya celana katun ku buka, sambil kita berjalan ke tempat tidur kini mami Rima hanya mengenakan bra berwarna putih yg beberapa bagian tampak transparan di antara motif renda, tampak gunung indah milik Rima mencuat indah sebagian tak tertutup bra, bulatannya terasa penuh ingin rasanya menempelkan penis panjang ku di apit payudara yg montok dan besar ini, sensai itu akan nikmat sekali. Bagian perut Rima agak turun sedikit tapi masih tetap rata, tapi tidak sekencang perut Caca, CD putih berenda membentuk belahan vagina Mami Rima dengan sangat jelas, tampak telah basah.

Aku mulai melepas ciuman ku, sambil berjalan perlahan membalikan tubuh Rima dan bonkahan bulat sempurna bokong Rima menjadi sasaran ku juga, penis ku sudah menempel di situ berusaha menjepitkan diri, tangan Rima segera membuka CD nya, makin leluasa aku menempelkan batang penis ku yg sudah tegak sempurna, tangan Rima membimbing ke arah yg benar, tiba di tepian kasur Rima menjatuhkan diri dengan posisi bokong di sudut, kaki di tekuk hingga ke lantai. Ini posisi yg paling aku suka.

" Sayang, please langsung di masukin aja, aku udah engga tahan, nanti lagi aja ciumin punya aku, aku mau sekarang " sambil bicara seperti itu, ia menoleh ke arah ku Deng posisi kepala bersandar di dasar kasur, posisi tubuh Rima telah siap untuk serangan terbaik ku. Aku hanya tersenyum menanggapi permintaan Rima, karena memang aku sudah bersiap-siap memasukan penis ku.

Sambil aku juga satu kaki berdiri dengan tumit dan tubuh membungkuk, aku peluk Rima Dar belakang, tangan Rima segera menggesekkan kepala penis ku, di liang vagina yg telah basah, saat berada di lubang senggamanya, ia coba memasukan, aku bantu mendorong perlahan dan blass kepala penis ku terjepit sempurna di lubang hangat dan basah, ku dorong perlahan.

" Uuuuuuhhhhhh....ssssshhhhayang" Rima mendesah panjang. Batang penis ku terus masuk ke dalam perlahan.

"Aaaaaggghhhhhhh..Rioooo" Rima merintih saat batang bulat besar berotot telah sampai di sudut terdalam bagaimana menyentuh dinding rahim. Aku mulai menarik keluar dan memasukan ke dalam dengan irama perlahan.

"Sssshhhhhh aaahhhh, sayang enak bangeetttsssshhh " Rima berbicara sambil mendesah, tangan ku sudah mulai membuka pengait bra nya, kini payudara itu lepas dari kekangnya, bagaimana tumpah dari dadanya aku meraih dan meremas lembut payudara kenyal dan mulai terasa berisi dan puting mulai mengeras tanda Rima dalam posisi birahi, kini rangsangan itu menjadi di dua titik sensitifnya. Tampak Rima menikmati itu

" Uuuhhh sayang, remas yg keras iiihhh enak banget sih " Rima ikut memajukan dan memundurkan bokongnya seirama dengan hentakan ku yg mulai sedikit agak cepat dan mendorong agak ke atas hingga menyentuh titik G spot di dalam vagina Rima,

" Aaaahhhhh saaaayaaaaaannng " Rima merintih, aku makin mempercepat gerakan batang penisku yg memang agak melengkung ke atas. Aku menambahkan rangsangan dengan cara menciumi leher dan menjilati di balakang telinga Rima, makin gelisah lah Rima atas serangan ku di tiga titik sensitifnya,

" Iiiihhh Ampuuun sayang....Aaaahhhh " Rima terus merintih. Hentakan ku semakin cepat, remasan di payudaranya mulai menjepit puting dengan kedua jari telunjuk dan jari tengah, sambil meremas.

Rima makin tak terkendali, kepalanya menengadah ke atas mulut terbuka tanpa suara, tanganya coba menggapai paha ku yg terus bergerak makin cepat, hentakan itu semakin ke dalam, nikmatnya bercinta dengan Rima, jepitan dan urutan di dalam liang vaginanya terasa begitu menjepit.

Tubuh Rima mengejang, rintihanya tak lagi bersuara hanya mulut terbuka, matanya terbuka tapi tak tampak warna hitam untuk beberapa saat.

"Aaaaahhhhhhh..." Rima terkulai lemas, aku mengurangi gerakan pompa menjadi perlahan.

" Iihh sayang aku udah keluar.. uuuuhhh ngilu banget tapi enak.. pelan - pelan ya " Rima menoleh ke arah ku. Kini aku mendorong tubuh Rima ke tengah kasur dan Rima memutar tubuhnya, dia bangkit dan mendorong aku hingga tertidur, kini Rima mulai duduk di selangkangan ku, di masukan lagi perlahan penis ku, kini aku yg akan tak berdaya, Rima bagai penari erotis meliukan pinggulnya, memutar dan mengocok, penis ku terasa nikmat di perlakukanya, ini juga gaya terbaik Rima, lekukan pinggulnya mampu memberi sensasi lain di batang penis ku, aku menyukai posisi ini saat bercinta dengan Rima, tarian erotis nya mampu membuat sperma ku keluar lebih cepat, terbukti dalam waktu 20 menit aku tumbang dan kita mendapatkan puncak bersenggama di gaya ini, kita keluar hampir bersamaan.