"Manusia itu, apa?" ungkap anak muda itu dengan nada serius.
Pemilik gubuk itu pun mau tidak mau merasa aneh dan kebingungan ketika mendengar ada seseorang yang mempertanyakan sesuatu yang paling dasar mengenai dirinya sendiri.
Ia pun setengah menoleh karena penasaran, namun ia mencoba untuk tetap mempertahankan ketenangannya sembari memasak air yang ia bawa dari luar.
"Hah, apa kamu kehilangan ingatanmu atau semacamnya?"
Anak muda itu memiringkan kepalanya seakan ia bocah polos yang tidak mengetahui perbedaan antara api dan air.
Dengan wajah kesulitan, gadis itu menepuk jidatnya seakan tidak percaya dengan fakta yang baru saja ia ketahui. "Baiklah, kalau begitu, apa setidaknya kamu bisa beritahu siapa namamu?"
Mendengar pertanyaan yang tidak jelas bagi anak muda itu, ia sekali lagi melayangkan pernyataan yang tidak relevan dengan logika dasar, "Aku tidak tahu, tapi biasanya aku dipanggil dengan bodoh, bajingan, atau anak setan," jawabnya dengan muka datar yang nampak tidak merasa bahwa itu adalah sesuatu yang salah.
Sesaat gadis itu mengetahui panggilan yang diberikan pada sang anak muda, ia secara perlahan menghentikan pekerjaannya, lalu menatap anak muda itu.
"Kamu, berapa umurmu?" tanya gadis itu sembari mengelap tangannya pada pakaiannya yang kecoklatan.
Tanpa pikiran untuk memanipulasi umurnya, anak muda itu menjawab, "Kalau tidak salah, tahun ini aku baru berumur empat belas tahun."
"Seriusan!?"
Tunggu, kalau begitu anak ini masih dibawah umur, kan. Apa yang sudah anak ini lalui sampai namanya sendiri saja dia tidak punya, tidak, aku tidak ingin memikirkannya.
Sudah cukup aku membantu anak ini sampai dia siuman. Aku bukan orang kaya atau semacamnya, jadi tidak mungkin aku mengurus anak ini disini.
Saat memikirkan hal itu, mata keduanya saling bertemu satu sama lain. Dengan gadis itu yang melihat tatapan iba yang terpatri pada anak muda itu, membuatnya seakan ingin merawatnya.
Seketika, hal itu membuatnya memalingkan wajah.
Ugh... Tidak, aku tidak boleh mengasihani orang lain lagi. Bahkan, terakhir kali, aku....
Disisi lain pikiran, anak muda itu kini berpikir dengan keras terhadap situasi yang ia alami saat ini.
Karena terlalu banyak informasi yang tidak ia ketahui di dunia ini, ia merasa harus lebih banyak mendengarkan dibanding menjawab.
Ia harus menahan semua itu demi sebuah kebebasan yang telah lama ia idam-idamkan dalam setiap mimpinya.
Dengan pikiran untuk kabur dari tempat itu, sang pemuda menunggu pembicaraan itu berlanjut secara natural agar ia dapat menanyakan hal-hal yang tak ia mengerti.
Tanpa peringatan, gadis itu berteriak kesulitan sembari mengacak-acak rambutnya. Setelahnya, ia menatap anak muda itu dengan serius.
"Hei nak, karena aku lebih tua empat tahun darimu, mulai sekarang panggil aku kakak."
"Kenapa ia tiba-tiba saja memutuskan untuk menjadikanku sebagai adiknya?" Itulah yang dipikirkan sang anak muda yang tersesat dalam dunia kebebasannya.
Sudah jelas, ia langsung saja menggelengkan kepalanya dengan cepat setelah mendengar pernyataan yang begitu tiba-tiba dari seseorang yang baru ia kenal.
Meski begitu, sang gadis tetap memberikan senyuman manisnya pada orang yang tidak dikenalnya itu, dan memberikan sebuah nama yang akan diingat oleh semua makhluk yang ada di dunia.
Dengan begitu bersemangat, gadis itu menepuk kedua sisi bahu dari orang yang ada di depannya, dan berkata, "Baiklah! Mulai sekarang, namamu adalah Arnak!"
Semakin kebingungan dengan progres yang tidak terduga, anak muda itu mengerutkan keningnya untuk bersiap membantah perkataan gadis di depannya.
Namun, gadis itu telah menyadari jawaban yang akan diberikan oleh anak itu, dan segera menyelanya, "Arnak, aku tahu kamu tidak menyukai ini, begitu pula denganku. Namun, aku lebih tidak suka lagi, jika melihat ada seorang anak kecil yang berkeliaran tanpa penjagaan dari orang dewasa. Maka dari itu, meski hanya sebentar, maukah kamu tinggal bersamaku?Setidaknya, sampai kamu bisa mengerti hal-hal dasar untuk bertahan hidup."
Wajah anak muda itu menunjukkan keraguan. Namun, apa yang dikatakannya juga bukan sesuatu yang salah. Jika ia kabur dari tempat ini tanpa mengetahui apapun, mungkin ia akan mati konyol.
Dengan sedikit enggan, anak muda itu mengangguk perlahan. Mulai saat ini, ia harus menerima nama Arnak yang telah diberikan oleh gadis itu kepadanya.
Senyumannya yang lebar pun memenuhi wajah gadis itu, ia dengan bangganya berkata, "Bagus! Mulai sekarang namamu Arnak Seraphina, dan kamu akan menjadi adikku untuk sementara waktu."
"Oh ya, aku belum memperkenalkan diri. Salam kenal, Arnak, namaku Masha Milady. Meskipun margaku adalah Seraphina, tapi aku tidak terlalu suka dengan penyebutannya berada dinamaku, jadi kamu tidak perlu heran dengan nama belakang kita yang berbeda."
Saat mendengarkannya, Arnak pun hanya mengangguk dalam diam.
Di dalam keheningan singkat, Masha menatap keluar jendela dengan senyumannya yang menghilang. "Arnak, apa yang ingin kamu ketahui dari tempat ini?"
Dengan wajah serius dan penuh kehati-hatian, Arnak menatap Masha, lalu, ia akhirnya membuka mulutnya, "Mash... Kak Masha. Kenapa banyak sekali orang yang tinggal di dalam kegelapan seperti ini? Apa mereka tidak ingin tinggal di tempat yang memiliki lebih banyak matahari?"
"Yah, aku malah bingung sama kamu yang bisa datang ke permukaan tanpa peralatan apapun. Bahkan, aku sempat menganggapmu anak ajaib karena dapat bertahan di tempat yang memiliki banyak sekali radiasi kosmik."
Kebingungan dengan kata radiasi, Arnak justru mempertanyakan permukaan yang dibicarakan oleh Masha. "Kak Masha, jika tempat yang aku datangi itu permukaan, apakah berarti saat ini kita berada di bawah tanah?!"
Dengan wajah keheranan, Masha pun menjawab, "Hah, jangan bilang kamu juga lupa bahaya dari permukaan? Hei, biar aku beritahu kamu satu hal, jangan pernah kamu berani-beraninya keluar ke permukaan lagi tanpa peralatan dan tim yang memadai, apa kamu mengerti?"
"Ba-baiklah. Tapi, kenapa kita harus melakukan itu?"
"Huff... Sepertinya aku harus menceritakan semuanya dari awal ya. Baiklah, dengarkan ini baik-baik, mengerti?" ucap Masha sembari menunjuk wajah Arnak dengan nada agak mengancam.
Pada suatu hari, di tahun 2039, umat manusia mengalami sebuah perang berkelanjutan yang mengakibatkan hampir semua ekosistem rusak total.
Disaat itulah, secercah harapan tiba-tiba mendatangi mereka. Harapan itu datang dengan wujud sebuah kekacauan total yang diakibatkan oleh pertarungan antar dewa dewi di seluruh alam semesta dan di berbagai realitas.
Peperangan mereka akhirnya mengakibatkan kiamat, namun, itu ternyata bukanlah akhir. Karena, ada seseorang yang berhasil memanfaatkan kekacauan dan kegilaan itu, untuk menyatukan semua kekuatan yang selama ini netral, dan menjadi berpihak kepadanya.
Nama aslinya sampai saat ini belum diketahui. Namun, ia memperkenalkan dirinya sebagai pengganti dari sang pelindung, dan memilki alias, Ash Andromeda.
Lalu, masalah yang sebenarnya baru terjadi sekitar 100 tahun kemudian, dimana hampir seluruh permukaan di setiap planet menjadi tidak layak huni akibat terlalu banyak terkontaminasi oleh energi atau radiasi kosmik yang tidak cocok dengan tubuh manusia normal.
"Lalu, sekarang sudah 50 tahun semenjak masalah itu muncul sehingga kami yang merupakan manusia biasa telah menyerah sejak dahulu."
Setelah mendengar sebuah cerita yang lebih cocok disebut sebagai dongeng, Arnak pun terdiam seribu bahasa sembari memegangi dagunya.
Pikirannya yang hanya memikirkan kebebasan, kini dipenuhi dengan berbagai pertanyaan, termasuk pertemuannya dengan sosok bercahaya setelah kematiannya.