Setelah itu, mereka kembali ke Korea dan menjalani kehidupan seperti sebelum pergi ke rusia.
Terlihat Felix duduk di sofa dengan memegang ponselnya untuk tetap di telinga nya. "Ya.... Aku mengerti... Ya... Urus itu sebentar," kata Felix yang masih menghubungi lewat ponsel di sofa.
"Ya.... Aku masih ada urusan," dia menambah lalu melihat ke samping bawah dan rupanya Neko tidur di pangkuannya.
"Akan ku kabari lagi," kata Felix lalu ia menutup ponselnya.
Neko membuka mata dan terdiam, ia memiringkan tubuh ke kiri. "(Gezz.... Aku hanya sampai di kaki kanannya ini... Apa sangking besar tubuhnya dia bahkan bisa menjadikan kedua pahaku bantal. Tapi kenapa aku tak bisa... Ini terlalu keras,)" Neko memukul pelan kaki Felix membuat Felix terdiam bingung.
"Ada apa.... Kau terbangun?" tatap nya dengan memandangnya lalu memegang perut Neko.
"Kau merasakan sesuatu?" tatap Felix.
"Dia masih 2 bulan, tak ada reaksi padanya," Neko membalas dengan aura bosan nya.
"Benarkah... Kalau begitu biarkan aku memeriksanya," Felix menatap lalu Neko duduk dan tangan Felix memegang perutnya. Felix menjadi terdiam dan berhenti seperti merasakan sesuatu yang membuat tangan nya merasakan hal itu.
"Sekarang apa kau bisa merasakannya?" lirik Neko.
". . . Apa dia tadi... Baru saja menendang?" Felix menatap lalu Neko mengangguk. "Aku juga merasakan nya... Sebelumnya gerakan nya tidak secepat itu..."
"Ini.... Sangat mengagumkan, dia bahkan baru dua bulan, apa ini sangat aneh atau dia memang kuat?" tatap Felix.
Lalu Neko sedikit tersenyum. "Lihatlah wajahmu, apa ini pertama kalinya untukmu?" tatap nya lalu Felix terdiam memikirkan kalimat itu kemudian menempelkan telinga nya mendengar perut Neko sambil mengatakan sesuatu. "Dari pertama kita melakukannya, apa aku belum pernah bilang bahwa aku belum pernah menyentuh seperti ini sebelumnya, banyak wanita yang telah aku tiduri tapi mereka semua tak ada yang hidup sampai sekarang apalagi membuat perut mereka berisi seperti ini, jadi kau sudah mengerti kenapa aku menahan mu seperti ini bukan. Kau bukan perempuan biasa, dari awal sudah memiliki pengalaman yang mengerikan, aku harap dari darah kita, dia bisa menjadi seseorang yang lebih hebat," kata Felix.
Lalu Neko berwajah khawatir dan menghela napas panjang. "Bagaimanapun juga.... Aku belum siap menerima ini... Ketika ini sejenak berlalu, kemudian aku menjadi ibu, apakah aku harus membesarkan nya dengan cara orang tua ku? Aku takutnya akan begitu," Neko tampak khawatir.
Tapi Felix memegang tangan Neko, memegang erat membuat Neko menatapnya. Dia mendengar Felix mengucapkan kalimat. "Itu tak akan terjadi.... Meskipun kita sama sama di besarkan dalam keadaan yang tidak nyaman, tapi paling tidak kita bisa berpikir lebih dewasa.... Dan tidak menganggap sesuatu secara berlebihan, juga, tidak perlu banyak takut..." kata Felix membuat Neko tersenyum kecil mendengar nya. "(Entah aku harus apa.... Tapi mungkin... Dia ada benarnya, aku mulai bisa terbiasa dengan perkataan nya...) Apa kau, sudah beri nama untuknya?" Neko menatap.
"Aku belum tahu dia laki laki atau perempuan jadi aku masih menyimpan nya. Ini juga permintaanmu sendiri untuk tidak mengecek bayi ini laki laki atau perempuan."
"Aku hanya ingin ini menjadi kejutan," kata Neko.
"Bagaimana dengan laki laki, dia akan menjadi pahlawan kedua."
"Itu tidak buruk, tapi perempuan akan lebih manis."
"Tidak bisa, jika itu perempuan, apa itu akan menyaingi kecantikan mu?" tatap Felix. Seketika Neko terdiam kaku.
Lalu Felix merasakan sesuatu lagi. "Oh... Dia bergerak lagi, kali ini aku bisa menebak ini lebih kencang, dia menggunakan kakinya pasti, tapi aku benar benar masih berpikir. Ini baru dua bulan dan aku sudah bisa merasakan dia bergerak."
"Aku juga sudah bilang itu dari awal," balas Neko.
Lalu Neko melihat ke jam dinding. "Kau harus pergi sekarang," tatapnya.
"Aku akan pergi sebentar lagi, aku menunggu reaksinya lagi," Felix masih duduk di bawah Neko membelai perutnya.
"Kau bisa menyentuhnya lagi nanti, kau tidak bisa terlambat ke kantor, Tuan Bosss," kata Neko.
"Baiklah, aku akan kembali, jaga dirimu baik baik," Felix mengecup kening Neko lalu berjalan pergi.
Awalnya Neko terdiam dengan sedikit senyuman tapi wajahnya berubah menjadi sedih ketika Felix pergi.
"(Ini bukan aku, kenapa aku membawa bayi darinya, ini semua salah bukan...Tapi, jika ini tidak terjadi, aku sudah terpuruk oleh tubuhku yang rusak. Dia... Menganggap dirinya sebagai pahlawan untuk ku, saat bayi ini lahir... Apa yang harus kulakukan?)" pikirnya dengan diam. Rupanya dia masih diam diam memikirkan hal yang tidak sehat seperti itu untuk bayinya.
---
"Hoam~" terlihat Acheline menguap di depan pintu ruangan kantor Felix.
"(Ini sangat membosankan, lebih baik aku bertukar tugas bersama Kim... Dia benar benar yang mengawal Akai... Harusnya aku yang mengawal Akai dan dia yang bertugas bersama Bos Felix... Haiz....)" dia menghela napas panjang.
Tak lama kemudian Kim datang melewatinya begitu saja di lorong itu membuatnya bingung. "(Baru saja aku bicara soal dia, langsung muncul begitu saja....)" ia menatap tak percaya, tapi ia menjadi tersenyum seringai.
"Hei ganteng," dia menarik lengan Kim dan mendekat membuat Kim berhenti berjalan dengan bingung. "Ada apa?"
"Hei... Bisakah kita bertukar tugas?"
". . . Maksudmu kau yang menjaga Nona Neko?"
"Ya ya..." Acheline menganggukkan kepala dengan cepat.
"Tapi kenapa, bagaimana jika Tuan Felix bertanya?"
"Jangan khawatir tinggal bilang saja Akai yang meminta bertukar, Bos tidak akan menolak jika itu permintaan perempuan nya kan," kata Acheline.
"Tidak bisa," Kim menolak seketika Acheline terkaku.
"Hei kenapa...?"
"Itu tidak ada untungnya sama sekali untukku."
"Baiklah... Malam ini... Pergilah ke hotel dan tunggu aku."
"Ha... Apa kau... Bermaksud memberikanku... tubuhmu?" Kim menatap dengan terkejut seketika Acheline tersenyum sendiri membuat Kim gemetar tidak nyaman.
"Apa kau... Mau melakukan pertama kali bersamaku, aku bukan Pria bangsat!"
"Haha bodoh... Aku tidak ada pertama kali, kau bisa sesuka hati memuaskan kita berdua malam ini... Terima kasih sampai jumpa," Acheline melambai sambil berjalan pergi.
"(Haiz... Terserah...)" Kim menghela napas panjang.
Beberapa jam kemudian Felix keluar dan terdiam ketika melihat Kim.
"Kenapa kau tidak menjaga Amai?"
"Maafkan aku tapi... Nona Neko sendiri memintaku bertukar dengan Acheline."
"Begitu kah.... Kalau begitu pergilah, aku akan pulang sekarang," kata Felix. Lalu Kim menundukkan badan dan pergi.
Sesampainya di rumah, Felix membuka pintu dan seketika dia terdiam kaku karena melihat Acheline yang membelai perut Neko dari tadi. Dan Neko hanya berwajah kesal.
"Bukankah dia lucu... Aku ingin mengelus nya terus."
"Cukup... Aku sudah bosan, perutku masih belum ada ukuran nya," Neko kesal dan mendorong kepala Acheline.
"Sebentar lagi haha.... Meskipun baru dua bulan, tapi ini sudah ada reaksi.... Benar benar bayi yang unik," Acheline menjadi ketagihan.
Tiba tiba sesuatu yang besar datang membuat Acheline menoleh, seketika ia berkeringat dingin karena itu Felix memandangnya dengan penuh dendam.
"Ah... Hahah aku akan pergi sekarang, dadah bayi," Acheline melambai dan diam diam melarikan diri dengan cepat.
"Haiz... Dia tak akan melepas ku sampai besok," kata Neko.
"Apa kau yang meminta mereka bertukar?" tatap Felix.
"Kupikir kau yang menyuruhnya," Neko membalas seketika Felix terdiam bingung.
"Apa terjadi sesuatu?" tatap Neko dengan bingung melihat ekspresi Felix.
Lalu Felix menghela napas panjang dan duduk di samping nya yang di sofa. "Haaa.... Aku masih heran dengan ini semua."
"(Apa yang dia herankan?)" Neko menjadi terdiam mendengar itu tadi.
Lalu Felix menoleh padanya. "Bagaimana perasaan mu?" tatap nya.
"Aku baik baik saja, kenapa kau selalu bertanya itu setiap detik?"
"Kau tahu, sebuah kekhawatiran yang harus di tanyakan. Sama seperti khawatir pada kucing kecil yang butuh pelukan hangat," kata Felix. Seketika Neko terkejut dan berwajah merah.
"Aku bukan kucing kecil!!" teriaknya dengan kesal.
"Kekeke aku mengerti, kemarilah," Felix menarik punggung Neko dan memangkunya.
"Kau tidak harus melakukan ini setiap kali," Neko menatap dengan menekan gigi kesal.
"Kekeke kau tidak mau menggigit kalajengking yang ada di leher ku ini? Sudah lama kau tidak melakukan nya," tatap Felix. Lalu Neko menatap leher Felix. "Aku sedang tidak mau," balas nya.
"Baiklah, kalau begitu biarkan aku yang bergantian melakukan nya," kata Felix, ia mendekat menggigit pelan leher Neko membuat Neko menutup mata menahan itu.
"(Entah kenapa ini geli, sakit dan sangat nyaman,)" Neko menutup mata merasakan itu dengan wajah merah bahkan napas yang panas. Lalu Felix menatapnya, dia memegang pipi Neko dan mencium bibirnya membuat Neko membuka mulut untuk melakukan ciuman bibir.
"Kau tak bisa...."
"Aku bisa..." Felix langsung mengatakan itu.
Dan hal itu membuat Neko terkejut. "Apa jangan jangan.... Kau ingin melakukan nya?!"
"Yah, seperti yang kau lihat bukan...." Felix menatap sangat dekat. "Aku sudah sangat lama menantikan kau baik baik saja, kau tidak memikirkan apapun dan tampak lebih baik, sekarang aku butuh tanggapan yang sempurna...."
"Tapi, jika kau melakukan nya.... Bagaimana dengan bayinya?" Neko menatap khawatir dengan wajah merah.
"Justru jika melakukan seks pasca kehamilan itu akan baik baik saja, bahkan itu memberi manfaat-
"Akh.... Bisakah kau tidak membahas hal seperti itu..." Neko menutup bibirnya langsung.
"Kalau begitu, langsung saja...." Felix mendadak mengangkat Neko dan menggendong nya di dada.
"To... Tolong perlahan lah...." Neko memohon dengan wajah yang malu membuat Felix semakin bersemangat dan langsung jatuh di ranjang menatap Neko. "Yah, aku akan lembut, seperti terakhir kali."
"Apa?! Tidak!! Terakhir kali sama sekali tidak lembut!" Neko memberontak.
"Oh oke... Oke.... Jadi hanya perlu tenang..." Felix membuka baju Neko dan mencumbu seluruh tubuh Neko membuat Neko bernapas panas kemudian memakan buah dada Neko.
"Ah!... Kenapa.... Harus di sana.... (Aku benci melakukan ini, tapi kenapa setiap kali dia menyentuh ku dengan tangan nya itu, rasanya dingin, memang tangan nya terasa dingin tapi tubuhnya.... Begitu hangat....)"