Chereads / Drop Blood: The Successors / Chapter 37 - Chapter 37 Display Cat

Chapter 37 - Chapter 37 Display Cat

Hari selanjutnya Felix terbangun duduk dengan kebiasaannya telanjang dada nya. Lalu ia menoleh ke samping dimana Neko juga tertidur membelakangi nya.

Felix mendekat dan mencium bahu Neko membuat Neko membuka matanya.

"Kau suka caraku membangunkan mu?" bisik Felix. Neko terdiam tak menoleh.

Lalu Felix mengangkatnya dan menggendong nya di dada.

"Apa yang kau lakukan??!!" Neko terkejut karena sekarang Felix memangku Neko di ranjang.

"Tiba tiba saja, Aku ingin liburan... Bersamamu," tatap nya sambil memeluk Neko dan membiarkan wajahnya menyentuh bahu Neko.

". . . Apa maksudmu... Pekerjaanmu disini belum selesai, jangan mencoba memikirkan apapun lagi selain pekerjaan, lagipula bayi ini belum lahir... Aku tak mau pergi keluar sebelum dia lahir..." kata Neko.

Lalu Felix tersenyum kecil dan mengangkat kepala menatapnya dan mengelus perut Neko dengan tangan besarnya.

"Biar kupikirkan dulu, bayi ini mungkin juga ingin melihat dunia luar lebih dalam lagi," kata Felix.

"(Haiz.... Ini... Agak aneh,)" Neko terdiam dan meletakan tangan nya di kepala Felix sambil berwajah merah membuat Felix terdiam.

"Itu baru akan beberapa bulan lagi, jadi tunggu saja dengan sabar...." tatap Neko membuat Felix tersenyum kecil kemudian dia mencium bibir Neko.

Mereka akan menikmati pagi mereka, tapi mendadak ada yang mengetuk pintu, yakni Arthur, itu terdengar dari suaranya. "Tuan Felix, mohon maaf menganggu, tapi anda di panggil untuk melakukan pertemuan pagi..."

Seketika wajah Felix menjadi dingin kemudian meletakan Neko di ranjang. "Aku akan pergi sekarang, jaga dirimu...." dia mencium kening Neko kemudian berjalan pergi dari kamar itu membuat Neko masih kesal. "Cih.... Siapa yang mengharap mu datang...."

Tak lama kemudian, Neko tampak menatap ke arah jendela kamarnya dengan pakaian yang sudah berganti, dia lalu menghela napas panjang. "Aku bosan sekali.... Haruskah aku berjalan jalan...?" gumam nya sambil berpikir hingga ia benar benar keluar dari kamar itu, di sana hanya ada lorong lorong yang tampak mewah kemudian dia hanya berjalan melihat sekitar lorong itu hingga menemukan pintu yang sama di antara pintu lain, tapi ia merasakan sesuatu. "(Hm.... Sudah lama aku tidak masuk kemari....)" ia lalu berjalan membuka pintu itu yang rupanya, itu adalah kantor milik Felix, kantor yang berisi dokumen dokumen di rumah besarnya itu.

Neko yang melihat sekitar menjadi menggeleng sedikit kepala nya. Karena kantor itu benar benar berantakan, mulai dari kertas dan buku buku dokumen yang jatuh dan berantakan di meja kantor.

"Kenapa dia tak pernah membersihkan ini? Dasar aneh...."

Lalu kebetulan di luar, Kim berjalan akan melewati pintu itu, tapi ia berhenti ketika mengetahui pintu itu terbuka sedikit membuat nya masuk perlahan. Di saat itu juga, dia melihat Neko. "(Kenapa Nona Neko ada di sana?)" dia bingung lalu masuk dan ada di belakang Neko. "Nona Neko," panggilnya membuat Neko menoleh.

"Apa yang Anda lakukan di sini?" tanya Kim.

"Ah, aku hanya melihat lihat dan ini benar benar menjengkelkan memandang ini semua... Apa dia memang semalas itu?" Neko mengkritik kemalasan Felix.

"Haha.... Tuan Felix memang tidak memperhatikan kondisi kantornya," kata Kim. Lalu Neko menghela napas panjang dan berjalan di meja Felix.

"(Jika di pikir pikir, saat aku menjadi bawahan Nona Neko, meja kantor Nona Neko selalu rapi dan tidak berantakan seperti ini... Rupanya perempuan seperti Nona Neko benar benar berbeda dengan Pria seperti Tuan Felix,)" Kim terdiam, ia lalu ikut membersihkan dokumen dan kertas kertas yang ada di bawah.

"Mentang mentang dia pergi untuk pertemuan dan mengizinkan ku masuk ke ruangan nya seperti ini, ini benar benar aneh.... Dia benar benar tidak seperti yang aku pikirkan, sangat berantakan, ini baru kantor di rumah, bagaimana jika kantor di gedung nya.... Kau selalu keluar masuk ke sana, pastinya di sana berantakan..." kata Neko.

Kim yang mengambil dokumen dokumen itu menjadi menoleh ke wajah Neko. "(...Nona Neko terlihat tak berubah, sebenarnya memang benar aku selalu menghampiri Tuan Felix untuk laporan, tapi yang aku lihat, di kantornya yang besar itu, tidak berantakan sama sekali...)" Kim menatap diam diam Neko yang berdiri di depan meja menata sebuah kertas. Tapi ia menjadi tersadar sesuatu, yakni wajah Neko yang mulai begitu menawan.

"(Kecantikannya sama sekali tidak berubah, terlihat seperti tak pernah bertambah umur. Apa dia muda terus?)" pikirnya. Lalu Neko menoleh padanya membuat Kim terkejut dan segera menoleh ke sisi lain.

"Apa yang sedang kau lihat huh?!" Neko menatap kesal membuat Kim berkeringat panik dan melanjutkan membersihkan dokumen dokumen itu dengan buru buru.

Di sisi lain, Felix memegang kepalanya di meja kantornya, ia menghela napas panjang seperti banyak pikiran. "(Mengingat lelaki kemarin yang menarik tangan Amai, aku jadi curiga bahwa organisasi Viktor mungkin masih mengincarnya.... Kupikir aku sudah memalsukan semua nya agar dia tidak di kenali lagi, rupanya persembunyian nya tidak sepenuhnya aman di sini....)" dia tampak memikirkan kondisi Neko.

"(Jika organisasi Viktor masih tetap berjalan, Viktor pasti akan tetap mengincar Amai.... Ini benar benar sangat buruk, jika begini caranya.... Dia mungkin akan dalam bahaya terus menerus...)" ia semakin berpikir serius, apalagi mengingat kondisi Neko yang tengah mengandung bayi.

Lalu, dia kemudian memutuskan untuk berdiri dan berjalan pergi dari kantornya sambil bergumam. "Lebih baik pulang saja...." sepertinya dia meninggalkan jam kantornya.

Setiba nya di rumah nya, ia membuka ruangan tepat di mana Neko selalu berada. Terlihat Neko duduk di sofa sambil membaca buku. Perutnya juga terlihat membesar.

Neko menoleh pada Felix yang membuka pintu, wajahnya berubah bingung sekaligus heran sambil melihat ke jam dinding. "Kenapa kau pulang awal? Ini masih siang," tatap Neko.

Lalu Felix melangkah mendekat dan duduk di sampingnya. "Akhir akhir ini aku terlalu lupa pada sesuatu," kata Felix sambil memegang kening nya.

Neko terdiam sebentar melihat bukunya, ia lalu mengatakan sesuatu. "Itu karena kau terlalu tua," kata Neko seketika Felix terdiam.

"He~ Apa yang kau katakan..... Hanya karena umur kita beda kau mengatakan aku tua? Aku belum bisa di katakan tua, apa kau sengaja mengejek ku begitu?" tatap Felix sambil memegang dagu Neko untuk mereka saling menatap.

"Akui saja, kau juga selalu merokok, minum dan yang lain nya," Neko membalas dengan wajah jutek nya.

"Apa? Kupikir aku sudah berhenti melakukan itu semenjak kau hamil."

"Kau berbohong, Kim bicara sendiri pada ku bahwa kau selalu kebanyakan merokok di kantor."

"(Kim? Sial... Harus ku apakan dia nanti....)" Felix memasang wajah suram memikirkan Kim dengan kesal.

Lalu Neko menatap ke arahnya sambil memasang wajah khawatir. "Apa ini akan baik baik saja?"

Kalimat itu membuat Felix terdiam mendengarnya. "Apa maksudmu?"

"Maksudku... Apakah sejauh ini, aku akan baik baik saja.... Dan mengapa... Mengapa aku merasa aneh jika di sini... Aku tak lagi di kenal sebagai sosok yang sangat aneh, dan sekarang, aku tak pernah bisa berbaur dengan mereka yang sudah mengenal ku dari awal...." Neko mengatakan nya dengan kecewa membuat Felix berpikir. "Apakah maksudmu.... Kau ingin pergi keluar?" Felix menatap.

". . . Lebih dari itu, aku hanya ingin pergi keluar lagi.... Aku tak mau di dalam sini..."

"Tinggal bilang saja padaku, aku akan menemani mu..."

"Apa?! Inilah yang membuat ku tak mau mengatakan nya padamu.... Itu karena kau tak membiarkan ku sendiri-

"Mengingat kondisi mu, apakah kau masih ingin tetap berpikir ingin sendirian?" Felix menyela dengan tatapan serius membuat Neko kesal dan membuang wajah. "Terserah saja...."

"Tak perlu kesal jika memang aku harus menemani mu, lagipula, aku punya tempat yang bagus..." kata Felix membuat Neko terdiam menatapnya.

--

Tak lama kemudian, mobil putih yang mewah itu berhenti di atas bukit yang di sebut bukit Bintang. Neko terdiam menatap Felix yang mematikan mobilnya. "Baiklah, kita sudah sampai..." kata dia, cuaca di sana juga menenangkan, yakni sore yang sangat indah jika dilihat dari bukit itu.

"Keluarlah, apa kau tak mau melihat hal ini?" Felix menatap sambil melepas sabuk pengaman nya dan keluar, lalu Neko keluar perlahan dan berjalan melihat pagar di bukit itu, sore yang begitu gelap hampir memunculkan langit malam.

Neko yang menjadi terpukau perlahan berjalan ke pagar dan menatap lebih dekat cahaya cahaya di bawah, yakni di antara kita kota maupun gedung yang masih terlihat, beberapa menit kemudian, langit yang masih sore gelap menunjukan bintang bintang yang bercahaya redup, mereka muncul perlahan secara bergantian di langit atas.

"Ba.... Bagaimana bisa...." Neko menatap dengan wajah yang terpukau sementara Felix bersandar di bamper depan mobilnya sambil menyilang tangan. "Aku senang jika kau menyukai nya..." tatapnya membuat Neko menoleh ke belakang. "Kenapa kau membawaku kemari?"

"Hanya sekedar mengingatkan, bahwa di antara malam yang gelap, masih ada bintang yang terang, tak hanya satu, melainkan beribu ribu bintang yang menghiasi semua langit malam. Percaya pada dirimu sendiri, meskipun kau merasa sendirian di dalam hidup mu, masih ada orang orang di samping mu yang siap mendengarkan cerita sedih mu," kata Felix sambil berjalan mendekat, kalimat kalimat yang terucap padanya membuat Neko terdiam mendengar itu, dia juga menjadi agak terbuka hatinya. "(Mungkin ini memang pilihan yang sangat baik... Aku bisa memutuskan hal ini....)" ia memegang perutnya dan tersenyum kecil.

"Yah... Kalau begitu..." dia menengadah menatap Felix yang juga menatapnya. Lalu Neko menambah kalimatnya. "Mungkin ini pilihan yang baik jadi, tolong, selalu berada di samping ku," tatap Neko membuat Felix tersenyum kecil.

"Yah, tentu saja... Jangan ragukan kedekatan mu dengan ku... Mari kita buat ini bersama, jika kau kesulitan, hanya perlu mengadu padaku.... Aku akan membantu mu..." tatapnya membuat Neko menjadi berwajah merah, tapi ia membuang wajah. "Ba.... Baiklah.... (Kemudian, aku akan memutuskan ini... Pastinya.... Aku harap, aku bisa menerima ini dengan sangat baik.)"