[SNOW AND HUGS]
2 Minggu berlalu Acheline dan Kim menatap sesuatu dari dekat bersamaan. Rupanya mereka melihat bayi lucu yang imut di kasur bawah.
Bermata biru seperti Felix dan memiliki kulit putih dan rambut hitam seperti Neko. Dia adalah bayi laki laki Neko dan Felix.
"Dia lebih mirip Nona Neko," kata Kim.
"Tidak, dia lebih mirip Bos," Acheline menambah.
"Apa maksud mu, sudah jelas kulitnya dan juga rambutnya sangat mirip milik Nona Neko," Kim melirik.
"Lihat saja mata miliknya, biru kristal... Itu genetik dari Boss sendiri, sangat langka," tambah Acheline.
Lalu bayi itu menjadi tersenyum sendiri melihat tingkah mereka. Hal itu membuat mereka berdua terkejut melihat ke imutan nya.
"Astaga kenapa dia sangat imut!! Aku tidak menyangka bayi ini imut banget!!" Acheline menjadi klepek klepek.
"Ya, sangat imut," Kim menjadi berwajah merah sendiri. Dia bahkan bisa merona hanya karena melihat bayi lelaki itu yang imut.
Sebelumnya Felix menatap mereka berdua di luar ruangan. "Jaga dia untukku, aku akan mengajak Amai pergi, jangan sampai dia menangis atau kalian tidak akan pernah bisa bernapas," tatap nya dengan kejam.
"Siapa namanya tadi?" tatap Acheline
"Dia Hwa, Hwa Park Choisung, itu diambil dari nama belakang Tuan Felix, PCS," Kim membalas.
"Benar benar imut."
"Yah.... Dia sangat imut," Kim mengeluarkan ponsel dan memotret nya.
"Tidak adil, aku juga ingin," Acheline juga mengeluarkan ponsel.
"Bukankah dia gemesin...?"
"Ya.... Lebih lucu dan imut dari pada bayi lain."
"Mungkin memang gen Nona Neko dan Tuan Felix memanglah cocok."
"Takdir mungkin."
-
Sementara itu, Neko hanya terlihat melihat ke luar jendela dari dalam mobilnya. "(Bayi itu hampir membunuhku, rasanya bahkan masih sakit saat aku membayangkan nya... Aku benar benar tidak tahu apa yang harus aku lakukan pada sesuatu yang akan datang untuk bayi itu...)" pikir Neko, ia menggigit bibirnya sendiri dengan perasaan yang strees.
Felix yang melihat itu menjadi bingung, ia melirik Neko. "Ada apa?..." tatapnya.
"Ini baik baik saja..." Neko membalas tanpa menatapnya.
"Bukankah Bayi itu lucu, dia sangat imut sekali... Mata miliknya hampir lentik," kata Felix membicarakan Bayi mereka.
"Kenapa kita tidak di rumah saja, aku ingin di dekat Bayinya," Neko menatap.
"Aku hanya mengajak mu sebentar, ini baik baik saja.... Oh, aku baru ingat, bagaimana dengan asi mu?" Felix menatap.
"(Asi?) Aku tidak mengerti, itu keluar sedikit sekali, tapi Dokter bilang itu akan keluar normal jika aku meremas nya atau ada sesuatu yang, menghisap nya..." balas Neko.
Seketika Felix tersenyum seringai. Lalu mereka kembali ke rumah. Felix mematikan mobil dan menatap ke Neko. "Tetaplah di situ, jangan keluar dulu," kata Felix. Hal itu membuat Neko terdiam bingung, lalu Felix keluar dan memutar ke depan pintu bangku Neko, ia membuka pintu mobil itu dan mengambil Neko.
"Apa? Apa yang kau lakukan?" Neko menjadi terkejut dan Felix menggendong nya di dada dan berjalan ke dalam.
"Hentikan ini, orang orang bisa melihat kita," Neko menjadi berwajah agak merah.
"Kalau begitu sembunyikan wajahmu itu di pundak ku jika kau merasa malu," kata Felix. Neko menjadi terdiam, dia memang malu, hingga ia menempelkan wajahnya di bahu Felix sambil meremas baju nya.
Felix berjalan membawa Neko ke dalam dan melihat Acheline dan Kim yang mengobrol berdiri sambil berjaga di depan pintu ruangan kamar Neko.
Mereka berdua menoleh dan Kim yang melihat itu menjadi terkejut sendiri. Melihat Neko di bawa Felix, tapi Neko tidak menunjukan wajahnya, dia memeluk leher Felix untuk menutupi wajahnya sendiri di hadapan mereka.
"Di mana Hwa?" tatap Felix pada mereka berdua.
"Dia sedang tidur di ranjang, di dalam tepatnya," kata Kim.
Lalu Felix merogoh sakunya di celana dan memberikan sesuatu pada Kim. "Besok adalah hari selasa, aku harap kau tahu apa yang harus kau lakukan, itu kunci brankas dokumen. Aku ingin kau menghapus semua dokumen itu," kata Felix sambil memberikan kunci brankas pada Kim, ia bisa menggunakan satu tangan untuk menggendong Neko karena selama ini dia memang menggunakan satu tangan untuk membawa Neko.
"Baik, aku mengerti," Kim membungkukkan badan. Lalu Acheline dan Kim berjalan pergi dan Felix masuk ke dalam ruangan itu. Di saat itu juga Neko mengangkat kepala nya dan mereka berdua bisa melihat Hwa kecil yang tertidur sangat manis di ranjang besar mereka.
"Turunkan aku.... (Lihat itu, kau pikir aku tak tahu kedok mu.... Kau ingin melempar ku di ranjang? Padahal ada Hwa di sana....)"
"Belum lagi," balas Felix, tiba tiba ia meletakan Neko di meja tinggi di sana dan memojok Neko.
"Hentikan, Hwa akan bangun," Neko menahan wajah Felix yang memojok nya di meja itu.
"Dia tidak akan bangun jika kau tidak berteriak," kata Felix, dia membuka kancing baju Neko dan melepas baju atas nya membuat Neko telanjang dada.
"Aku bilang hentikan."
"Aku ingin sesuatu yang selalu aku dambakan padamu," tatap Felix. Lalu Neko terdiam.
"Milikmu," kata Felix seketika mencium dada Neko.
"Ah... Hentikan," Neko menjadi terkejut dia berwajah merah dan segera menutup mulutnya untuk menahan suara aneh nya keluar.
Lalu Felix menatap nya. "Aku sedang membantumu menghisap asi yang keluar sedikit itu.... Kau harus memberikan asi pada bayi yang baru lahir," kata Felix, ia lalu melanjutkan menghisap dada Neko.
"(Sialan... Dia benar benar melakukan itu,)" Neko menjadi terdiam menahan gairah nya dan di saat itu juga Felix membuka matanya di saat fokus pada dada Neko. Ia lalu mengangkat kepalanya dan terlihat cairan putih keluar sedikit dari mulutnya. Neko menjadi bernapas cepat dan menghela napas panjang. "Kau puas sekarang?" tatap nya pada Felix karena Felix berhasil membuat asi Neko keluar, bahkan asi itu terus keluar.
"(Ba.... Bagaimana bisa.... Rasanya lega sekali.... Dadaku tak sakit....)" Neko tampak berwajah tak percaya.
"Tak ku sangka, milik mu benar benar sangat enak di sini," tatap Felix. Seketika Neko terkejut, lalu Felix mencium bibir Neko dan kembali ke dada Neko.
"(Akh sialan.... Ini sangat aneh,)" Neko hanya bisa menutup wajahnya dengan lengan nya.
Beberapa jam kemudian Felix keluar dari kamar dengan mengusap bibirnya dengan adanya bekas cairan putih di sana. "(Sangat nikmat, itu yang ku tunggu, ini membuatku seperti bayi saja.)"
Sementara itu Neko melempar tisu ke keranjang sampah dan memakai baju atasnya.
"(Sialan.... Dia benar benar.... Cih,)" Neko menjadi memerah.
Tapi tiba tiba saja Hwa menangis dari ranjang. Neko menoleh dan segera mendekat. Saat Hwa membuka mata, Hwa melihat mata Neko yang berwarna merah membuat Hwa terdiam.
"Kau terdiam lagi, apa kau tengah takut melihat mata ku... Kau bisa menganggapku monster dan menangislah," kata Neko dengan wajah yang sedih.
Tapi Hwa menjadi tertawa manis, dia benar benar tertawa dan mengangkat kedua tangan nya membuat Neko terkejut melihat itu. Lalu ia menyentuh tangan Hwa, dan seketika Hwa memegang jari telunjuk Neko.
"(Ini....)" Neko menjadi terdiam kaku melihat hal itu. "(Apakah ini benar benar nyata... Dia tertawa melihatku... Yeah, bagaimana pun juga aku yang melahirkan nya, aku adalah ibu dari bayi ini... Seorang ibu,)" Neko juga menjadi tersenyum kecil.
Sebelum semuanya berlalu, Felix terlihat menunggu di luar ruangan rumah sakit. Ia duduk terdiam berpikir. "(Padahal belum ada dua minggu terakhir, bisa di bilang, kelahiran bayi itu terlalu cepat. Seharusnya di pertengahan musim dingin,)" Felix mengangkat kepalanya melihat dari jauh jendela di depan nya, jendela rumah sakit yang mengarah langsung memperlihatkan kan apa yang ada di luar, dan di saat itu juga Felix terdiam dengan mata terbuka lebar, ia melihat perlahan salju putih kecil turun.
Hal itu membuat nya berdiri dan mendekat ke kaca itu, ia melihat banyak sekali salju turun menandakan bahwa musim dingin telah memunculkan salju putih.
Di saat itu juga, ia tersenyum kecil dan menyenderkan baju nya di jendela besar itu.
"(Benar benar keajaiban, bayi itu yang seharusnya lahir di pertengahan musim dingin, kini lahir di awal salju turun,)" pikirnya, ia senang jika bayi nya lahir di saat musim dingin.
--
Empat minggu kemudian bertambah, terlihat bayi kecil Hwa ada di kedua tangan Felix dengan kedua tangan Felix yang memegang badan bayi itu.
"Dia begitu lucu," kata Felix, Hwa memasang wajah lucu nya saat berada di gendongan Felix saat ada di sebuah taman sakura. Sakura akan mekar setelah musim dingin dan berselang waktu yang lama.
Hwa melihat ke banyak pohon Sakura itu dan menjadi tersenyum senang sendiri. "Oh lihat, dia tersenyum sangat imut," tambah Felix.
Tapi Neko hanya memasang wajah kosong nya. "Kau mungkin sudah bisa melepas ku, dia sudah lahir disini," kata Neko.
"Apa maksudmu, dia belum sepenuhnya besar, dia masih bayi," Felix menatap. Tapi ponselnya tiba tiba berbunyi.
"Aku harus mengangkatnya," dia memberikan Hwa pada Neko lalu berjalan untuk menerima panggilan.
Neko duduk di bangku taman dengan Hwa yang ada di pangkuannya.
"(Apa yang kupikirkan, kenapa aku ingin meninggalkan nya, apa aku sudah bodoh,)" Neko terdiam sendiri.
"Wah... Bayinya lucu banget," mendadak ada 2 orang perempuan datang mendekat.
"Iya sangat imut, apa kau ibunya?" tatap mereka.
". . . Aku... Aku hanya bibinya," Neko membalas dengan wajah ragu.
"Tapi dia agak mirip denganmu, sangat imut," mereka menjadi terpesona. Lalu Felix selesai menghubungi dan datang mendekat.
"Ah... Itu, itu adalah Ayahnya," kata Neko memberikan Hwa pada Felix yang bingung.
"Wah... Ayahnya juga tampan, kira kira secantik apa ibunya ya," dua perempuan tadi menatap.
". . . Apa?" Felix masih bingung.
Setelah mereka pergi, Felix menatap dan menoleh ke Neko yang terdiam.
"Kenapa kau mengatakan hal lain pada mereka?" tatap Felix namun Neko hanya terdiam. Lalu Felix menghela napas. "Aku akan menikahi mu," kata Felix. Seketika Neko terkejut. "Apa maksudmu, aku sudah jelas tidak mau itu!" Neko menyela.
"Karena apa, apa karena kau sudah memberikan Hwa padaku, kau seharusnya memberikan senyuman pada Hwa hingga dewasa nanti, dan dia bisa memanggilmu ibu dengan senang hati, ingatlah, jadikan dia sebagai mawar biru yang kau sebutkan itu...." kata Felix lalu Neko terdiam tak tahu harus membalas apa.