Sementara itu di sisi lain, tepatnya di organisasi viktor. Beum dan Matthew saling menghadap.
Tepatnya Beum ada di meja nya dan Matthew berdiri di hadapan nya.
Matthew di depan Beum yang duduk di meja kantor.
"Setelah mendapatkan kabar bahwa dia mati, kemudian aku juga mendapatkan kabar bahwa dia masih hidup, sebenarnya apakah dia mati atau malah masih hidup?" tatap Beum dengan bingung membicarakan Neko.
"Mungkin karena kematiannya memang di palsukan."
"Siapa yang memalsukannya?"
"Dia memiliki bawahan yang bisa melakukan hal pemalsuan seperti ini, lagipula ini sudah sangat lama, kenapa kau mencarinya?"
"Hmp... Gadis itu adalah Gadis yang istimewa untuk semua orang, dia tak sama seperti manusia lain. Hanya makhluk terkutuk yang punya mata merah itu. Jika benar dia menjalin hubungan dengan PCS maka dia sudah jelas mengandung," kata Beum. seketika Matthew terkejut.
"(Apa karena itu.... Jadi dia mengandung bayi dari PCS, aku tahu Pria itu...) Kenapa.... Kenapa dia mau melakukanya dengan PCS?!" tatap Matthew dengan wajah tak percaya.
"Memangnya ada apa, bukankah kau bilang harus melupakanya?"
"(Neko.... Neko menolak menjalin hubungan lebih dalam bersamaku, tapi kenapa dia melakukanya dengan PCS Felix?!)" Matthew kesal dan mengepal tangan. "(Ini tidak bisa di maafkan.) Biarkan aku meminjam bawahanmu," tatap nya.
"Untuk apa?" Beum menatap bingung. Lalu Matthew terdiam serius.
--
Esoknya Neko menidurkan Hwa dengan meletakan nya yang sudah tertidur di ranjang bayi di ruangan nya. Ia lalu melihat ke jam dinding menunjukan pukul 10 pagi.
"(Aku akhirnya dapat menerima ini, tapi mau bagaimana lagi...seseorang terus saja muncul di pikiran ku,)" ia memikirkan Matthew, hal itu membuatnya menggeleng kepala dengan cepat tak mau memikirkan Matthew, tapi ia malah mendapat pesan masuk di ponselnya dari Matthew. "Aku ingin berbicara denganmu, jika setuju, hubungi aku duluan," kata pesan itu.
Neko terdiam membaca pesan itu. "(Aku mulai ragu, aku tak bisa berbicara pada lelaki lain karena aku telah menjadi miliknya,)" ia khawatir Felix akan mengetahui hal ini.
Tapi ia tak bisa membiarkan Matthew menunggu jadi dia menghubungi Matthew sesuai dengan permintaan Matthew tadi.
"Kenapa, kau ingin bicara dengan ku?" kata Neko sambil memasang wajah serius pada pandangan nya.
"Kenapa kau tidak memberitahuku sebelumnya soal hal hubunganmu dengan Pria itu?"
"Kenapa, ada apa denganmu... Bukankah aku sudah bilang padamu tak perlu urusi urusanku lagi bukan?"
"Aku hanya..."
"Jangan ganggu aku lagi Matthew, lebih baik kau pergi dari ku... Carilah wanita jalang lain," kata Neko dengan menyela. "Aku akan menutup..." ia akan menutup ponselnya.
"Neko... Tunggu! Aku mohon jangan tutup," Matthew memohon hingga menambah perkataan nya. "Aku ingin mengatakan sesuatu.... Kenapa kau memilih bersama PCS dari pada aku, bukankah kita pernah berjanji sebelumnya," kata Matthew.
"Apa kau tidak mengerti Matthew, aku dulu mengejar mu karena kau adalah lelaki yang polos tapi sekarang, semuanya sudah terlambat.... Aku masih belum tahu apa itu kehancuran dan apa itu seorang penolong, kau sudah gagal membuat senyuman di bibirku Matthew. Kau juga sudah terlambat."
"Apa kau sungguh tidak akan menyesal dengan hal ini?"
"Entahlah.... Tapi.... Maaf Matthew, tapi pergilah sekarang juga dari hadapan ku, tidak, tapi aku yang akan pergi dari mu... Aku tidak akan menunjukan wajahku lagi padamu sehingga kau tak perlu terpikirkan aku terus menerus... Jadi, selamat tinggal," balas Neko lalu ia benar benar menutup ponselnya.
"(Aku tidak mengerti apa yang di pikirkan oleh Neko... Tapi aku tidak bisa menerima perlakuan ini.... Dugaan ku.... Dia menerima pernikahan dari Pria itu, Neko... Sebenarnya kenapa kau melakukan ini padaku... Aku sebenarnya saat itu ingin menolong mu, tapi aku berpura pura kejam seperti kakak ku karena aku takut dia curiga padaku bahwa aku membelamu dan dia yang tidak akan percaya padaku lagi, itu akan membuat masalah untuk kita, karena itulah mengapa sikap ku tampak mengabaikan mu,)" Matthew tampak putus asa menatap ponsel nya yang mati.
Sementara Neko menatap tangan nya yang ada cincin pernikahan saat itu, sangat cantik dan cocok untuk jarinya, tapi wajahnya tampak ragu, kemudian menghela napas panjang.
Kemudian dia teringat pada Felix. "(Dia pasti belum kembali....)" ia tampak merindukan Felix, tapi siapa sangka, ponselnya berbunyi pesan dari Felix.
-Aku ada di kantor rumah, jika ingin bertemu, kemarilah-
"Kenapa tidak langsung ke kamar?" Neko bergumam dengan bingung. Lalu ia berdiri akan menemui Felix, tapi ia tersadar sesuatu. "(Tunggu, kenapa aku ingin menemui nya? Ada masalah apa memang nya... Jika aku datang, dia pasti berpikir aku merindukan nya.... Tapi, aku tak mau mengakui itu....)" Neko tampak bimbang dan ragu, kemudian menoleh ke Hwa yang masih tertidur sangat pulas di keranjang bayinya.
--
Tak lama kemudian Neko benar benar memutuskan untuk membuka pintu ruangan kantor Felix yang ada di rumah. Lalu berjalan mendekat ke Felix yang ada di meja nya sambil menatap laptopnya.
Tapi ada sesuatu yang aneh, dimana Felix memakai kacamata membuat Neko terkejut langsung berwajah merah, bahkan wajah Felix masih tetap baik di pandang meskipun memakai kacamata, justru Neko tampak menyukainya karena dia sekarang berwajah merah melihat itu.
Felix terdiam melirik Neko yang memakai pakaiannya yang tertutup. "(Dia memakai rok panjang dan selalu memakai baju yang panjang, ini benar benar aneh... Pakaiannya mulai tidak formal sejak dia melahirkan Hwa, lebih tepatnya ia lebih memilih pakaian yang tidak ketat itu,)" Felix kemudian melepas kacamatanya dan berdiri untuk berjalan mendekat ke wajah Neko yang menjadi bingung.
"A-ada apa denganmu?" tatap Neko dengan perasaan tidak nyaman.
"Aku ingin kau menggunakan celana pendek dan pakaian musim panas, kau bisa melakukanya?" kata Felix seketika Neko teringat dirinya sendiri saat memakai pakaian musik panas di desa.
"Aku tidak ingin melakukanya!" Neko berjalan berbalik tapi tiba tiba Felix menahan nya dari belakang dengan memeluk nya menggunakan tangan kanannya. Neko menengadah melihat belakang dengan kesal. "Lepaskan, aku harus pergi."
"Aku akan membuat tato lagi di tubuhku jika kau mau melakukan permintaanku ini," kata Felix seketika Neko terdiam.
"Aku tahu kau suka tato bukan?" tatap Felix yang berbisik. Lalu Neko menundukan wajahnya dan berkata. "Baiklah."
Sebenarnya Neko suka pada tato ukiran yang di pakai Felix. Karena itulah dia meminta tato kalajengking itu untuk di ukir di leher Felix.
--
"Sangat, manis," Felix menatap Neko yang berdiri di samping sofa nya dengan pakaian musim panas yang manis. Yakni dengan memakai celana levis pendek dan kaus putih lengan pendek nya. "Aku akan membunuh mu," Neko menatap kesal.
"Bawakan minuman untukku," kata Felix.
"Apa... Kenapa harus aku!?"
"Bukan kah membawakan ku minuman bukanlah hal yang sulit."
"B... Baiklah," Neko membalas dengan wajah tidak ikhlas lalu dia pergi dan kembali lagi membawa segelas air.
Tapi tiba tiba saja Neko tersandung dan tak sengaja menumpahkan minum itu ke celana Felix yang duduk di sofa. Seketika Felix terkejut tapi ia mencoba tenang.
"Kau....!!" Felix berdiri dengan aura dendam membuat Neko terdiam tidak nyaman.
"(Aku... Aku akan mati,)" Neko berkeringat.
"Aku akan memberimu sesuatu untuk hukuman, berhubung bayinya tak ada di sini..." kata Felix menatap sekitar, itu karena Hwa di bawa Syung ha. Hingga tiba tiba saja, dia menggendong Neko dengan cepat dan membuat Neko terkejut.
"Lepaskan aku....Brengsek!"
Seketika Neko jatuh di ranjang. "Ah... Apa yang kau lakukan.... Lepaskan aku!" Neko berteriak kesal. Tapi tiba tiba ia terkaku karena air berisi teh manis hangat itu mengalir dari gelas di tangan Felix dan mengenai paha Neko.
"Lihat... Kaki milikmu terlihat manis jika memakai celana yang pendek ini... Mungkin aku harus memintamu memakai rok saja atau yang lain, maksud ku, rok pendek," kata Felix. Dia mencium paha Neko dengan dalam membuat bekas merah. Tak henti juga Felix menggigit paha nya.
"Uhk... (Ini sialan,)" Neko memerah dan menutup mulutnya dengan tangan nya sambil bernapas hangat.
Felix juga menjilat teh itu di paha Neko.
"He...Hentikan... (Lidahnya sangat panas.)"
"Sekarang aku tahu kenapa kau memakai pakaian yang tertutup," tatap Felix lalu mendekat dan berbisik. "Kau sangat sensitif."
"Aku..... Tidak..... Akh!!" Neko berteriak mendorong wajah Felix, karena kepala Felix semakin naik mencium perut Neko.
Lalu Felix mengangkat kepala nya melihat perut Neko. "Bahkan perut ini tidak mengendur, perut mu masih tetap ketat dan langsing... Sudah ku bilang kau berbeda dari manusia lain, Gadis penghisap darah," kata Felix. Lalu ia semakin dekat pada Neko dan berbisik. "Paha lembut mu adalah bantal untuk ku."
Di tengah hal itu, Felix akan membuka baju Neko tapi mereka berdua menjadi terdiam ketika mendengar suara ketukan dari luar ruangan itu.
"Tuan Felix maaf mengganggu," suara nya seperti suara Syung ha.
Felix menjadi memasang wajah suram, ia lalu memperingati Neko. "Tetap lah di sini," tatapnya membuat Neko kesal dan terpaksa menunggu di ranjang. Tapi Felix menjadi ragu hingga ia melepas dasinya dan mengikat tangan Neko.
"Ke... Kenapa?!" Neko menatap tak percaya, tapi Felix tak menjawab, mungkin dia tidak mau Neko melarikan diri.
Lalu ia berdiri dan membuka pintu, terlihat Syung ha membawa Hwa yang tertidur.
"Tuan Felix, aku kembali ke kamar Nona Neko ini karena kupikir anda di sini, rupanya benar Anda di sini, di kamar Nona Neko. Aku hanya ingin menitipkan Hwa yang telah tertidur untuk di letakan di ranjang bayi, aku tak mau masuk langsung karena aku tahu anda di dalam," kata Syung ha. Jadi ia ingin meletakan Hwa yang tertidur di ranjang bayi di ruangan Neko.
Felix terdiam lalu menganggukkan kepala. "Masuk saja, letakan dia dan pergilah," tatap nya yang mundur memberi jalan untuk Syung ha. Lalu Syung ha berjalan masuk, tapi ia terkejut ketika melihat Neko berbaring di ranjang dengan kedua tangan nya yang terikat di atasnya. Neko melirik padanya dan ia berusaha terkejut sendiri. "(Sialan.. Dia memasukan Syung ha?)" Neko langsung beranjak dengan duduk.
Syung ha menjadi pura pura tidak lihat dan langsung menoleh ke arah lain, ia meletakan Hwa dengan pelan pelan di ranjang bahu lalu berjalan pergi.
"(Sialan....)" Neko masih kesal menanggung malu.