Chereads / Drop Blood: The Successors / Chapter 48 - Chapter 48 Snow and Hug

Chapter 48 - Chapter 48 Snow and Hug

"Huf..." Neko menghela napas panjang sambil meletakan bukunya di atas meja.

Ia terdiam sebentar, lalu berjalan keluar dari ruangan rak besarnya. Tepatnya ruangan itu tadi adalah ruangan perpustakaan nya dengan banyak rak berdiri.

Ia awalnya melewati pintu kantor Felix di rumah Felix. Ia lalu berhenti berjalan dan melihat pintu itu. "(Apa yang harus aku lakukan?)" pikirnya lalu menghela napas panjang dan memilih masuk ke kantor Felix dan terlihat Felix ada di mejanya menerima telepon dari seseorang.

Ketika mendengar pintu terbuka dan melihat bahwa itu Neko dia langsung mematikan ponselnya dan berdiri. "Tidak se biasanya kau berjalan kemari sendirian, kau kesepian?" tatap nya.

". . . Aku tidak tahu," Neko membalas dengan wajah yang terbuang. Lalu Felix berjalan ke kursi sofa di kantornya dan duduk di sofa itu.

"Kemarilah.... Aku akan memanjakanmu," tatap nya.

"Aku tidak butuh itu... Aku hanya... Akan pergi," Neko akan berbalik.

"Kau serius kah... Jangan memikirkan aku lagi saat membaca buku atau kau tidak akan bisa fokus pada apapun," kata Felix. Lalu Neko terdiam dan berjalan mendekat. "Ke... Kenapa kau bisa tahu!" Neko menatap tak percaya.

"Aku sudah mengatakan dari awal, ekspresi mu bisa terbaca oleh ku, aku tahu kau baru saja membaca buku, tapi kau tidak tenang karena terpikirkan aku," kata Felix.

"(Haiz... Dia begitu akurat,)" Neko kembali pasrah lalu dia berjalan dan berhenti tepat di depan Felix.

"Sekarang jadilah gadis baik dan biarkan aku mengecek apa yang terjadi pada tubuhmu," tatap Felix. Kedua tangannya bergerak memegang punggung Neko lalu perlahan memeluknya. Neko juga memeluk kepala Felix dengan posisinya yang masih berdiri.

"(Ini hangat,)" Neko mengencangkan pelukannya.

Tapi ia tersadar sesuatu dan langsung melepas dan mendorong Felix.

"Kenapa.... Ini belum cukup kan, kenapa kau mau lepas?" Tatap Felix.

"Aku harus pergi... Ini... Bukan apa apa," Neko menyela dan berjalan pergi tapi Felix berdiri dan memojok nya di tembok dekat rak tersusun.

"Suatu keajaiban bisa memeluk seorang Gadis harimau... Tapi yang ku tahu kau hanya gadis kucing yang lemah. Kau suka menggigit leherku dan menjilat darahnya. Apa itu yang di lakukan vampir sepertimu.

Bagaimana jika ku tunjukan rasa sensasi saat ada yang menggigit leherku," Felix mendekat akan mencium leher Neko. Tapi karena panik, Neko membalik dan berlari tapi ia tidak tahu bahwa di sampingnya ada rak alhasil keningnya menabrak rak.

"Uhh..." ia terkejut dan kesakitan memegang kening nya.

"Pf.... Hahaha," Felix menjadi tertawa melihat hal itu.

"Kau mencoba lari dengan payah," ia menggendong Neko yang masih memegang keningnya sendiri.

"Biarkan aku melihatnya, aku akan mengeceknya," tatap Felix.

"Kenapa... Kenapa kau terus provokasi aku?" Neko menatap kesal.

Lalu Felix terdiam melihat kening Neko yang merah.

". . . Ha... Itu tadi sangat keras... Sepertinya."

Neko menjadi terdiam melihat ekspresi Felix yang serius menatap nya.

Felix menyentuh kening Neko lalu menciumnya. Seketika Neko terdiam kaku.

"Mau bagaimanan lagi, siapa yang bisa menahan hal ini di depan mu," kata Felix yang memegang kedua pipi Neko dengan satu tangan nya lalu menciun bibir nya tapi Neko terkejut dan langsung mendorong Felix membuat Felix terdiam.

"Aku sudah hilang padamu, kau tidak bisa mencium ku setelah merokok!..." tatap Neko dengan kesal.

"Apakah itu benar benar tercium oleh mu, padahal selama kita ciuman aku hanya merasakan rasa manis pada bibir mu... Apakah itu karena kau suka memakan permen dulu atau, kue apel?" tatap Felix.

Lalu Neko menghela napas panjang dan mengambil sesuatu dari sakunya, ia rupanya mengambil permen tusuk berwarna merah, sama seperti permen yang dulu selalu ia makan.

"Aku baru saja meminta Kim membelikan permen ini karena aku sudah lama tak memakan nya... Kau bisa mengganti kebiasaan merokok mu dengan ini," Neko memberikan permen itu, sebelumnya ia membuka bungkusnya dulu.

Felix terdiam, ia menjadi bingung melihat permen itu. "Aku tidak pernah memakan hal yang seperti itu," ia menggeleng pelan dengan wajah bingung.

"Gezz... Terserah," Neko memakan permen itu sendiri. Tapi Felix memegang tusuk permen itu yang sudah di mulut Neko.

"Coba ku lihat dulu," tatap nya lalu menarik pelan dari mulut Neko membuat Neko terdiam.

Seketika ia memakan permen itu dari bekas mulut Neko membuat Neko terkejut. "Apa yang kau lakukan?!"

"Aku hanya mempermainkan mu soal aku tidak pernah memakan ini, aku hanya menunggu mu kau memakan permen ini terlebih dahulu dan benar saja rasanya seperti mulut mu yang manis," kata Felix, tusuk itu terlihat berada di mulutnya.

"(Utk.... Dia benar benar aneh,)" Neko menjadi berwajah merah dan menjadi sedikit kesal.

Tapi mendadak Neko memasang wajah terkejut karena melihat Felix yang terdiam memandang dada Neko.

"(Apa yang di pandang si brengsek ini?)" Neko menjadi terdiam kesal.

"Amai..... Apa Hwa belum minum asi pagi ini?" tatap Felix.

"Apa maksud mu?" Neko lalu memilih menatap dada miliknya sendiri. Seketika ia terkejut karena asi nya keluar begitu saja membuat basah baju nya.

"Apa yang...!?" Neko terkejut tak percaya, ia langsung mendorong Felix dan beranjak pergi.

"Amai!" Felix terkejut Neko berjalan buru buru begitu saja.

--

"Ini Terjadi lagi..... Sudah ke sekian kalinya...." kata Neko yang menatap dirinya di kaca sambil menegang dada miliknya sendiri. Ia sekarang ada di kamar mandi dan sudah berganti baju.

Lalu Felix membuka pintu membuat Neko menoleh.

"Amai, kau baik baik saja?" Felix mendekat.

"Haa... Entahlah...." Neko hanya bisa menghela napas panjang.

Lalu Felix melihat dada Neko. Ia kembali terdiam dan menjadi melihat sekitar, ia mundur ke pintu kamar mandi, melihat ke luar tak ada siapa siapa.

"Apa kau yakin Hwa ada pada Syung ha?" tatap Felix.

"Dia datang pagi tadi untuk mengambilnya," balas Neko.

Tapi tiba tiba saja Felix menggendong Neko membuat Neko terkejut. "Apa yang kau lakukan?! Turunkan aku?!"

Tapi Felix membawa Neko di bahunya dan berjalan keluar dari kamar mandi, ia meletakan Neko di ranjang.

"Apa yang mau kau lakukan?!" Neko menatap kesal.

"Apa kau lupa apa yang aku sukai dari mu setelah Hwa ada di sini?" tatap Felix. Seketika ia membuka baju Neko.

"(Sialan.... Si brengsek ini!)" Neko hanya bisa menutup mata dengan wajah yang merah.

"Jika Hwa tak ada di sini untuk mendapatkan asi ini, maka biarkan aku melakukan nya untuk mu," kata Felix, ia mencium dada Neko membuat Neko terkejut dengan wajah yang semakin merah.

"Utk..... Hentikan ini," ia mengangkat punggungnya mendorong Felix.

"Lihat, kau harus melihat ini, betapa merahnya tubuhmu sekarang karena malu padaku, aku melakukan ini padamu berkali kali dan rasa malu mu masih sebesar saat aku pertama kali menyentuhmu," tatap Felix, Neko hanya bisa bernapas panas.

Tapi ponsel Felix berbunyi membuat nya menghentikan itu tadi dan menatap ponselnya dengan kesal. Tapi wajahnya berubah terdiam ketika mengetahui nama kontak yakni "Nyie."

Ia langsung menyimpan kembali ponsel nya membuat Neko terdiam bingung melihat itu.

"Aku harus pergi, tunggulah aku nanti malam..." ia mencium kening Neko, lalu berjalan pergi membuat Neko masih terdiam, yapi Neko tampak kecewa. "(Aku tak suka.... Kau pergi....)"

--

Sorenya, Felix nampak menghentikan mobilnya yang ia kendarai sendiri, ia berhenti karena lampu merah di depan nya.

Ia terdiam mengingat seauatu. "(Aku sudah berusaha datang, dia tidak mungkin bisa menangkap Amai,)" pikirnya, ia memikirkan rencana jahat Nyie yang akan datang.

Di sisi jalan lain, ada seorang perempuan menggunakan syal rajut merah berjalan dengan membawa se gelas kopi kertas, ia tak melihat jalan dan malah melihat ke arah lain sambil berjalan, alhasil ia tak sengaja menabrak mobil Felix dan kopinya tumpah begitu saja di bagian depan mobil membuat kotor mobil Felix.

Perempuan itu terkejut dan langsung panik. "Astaga....!!"

Felix yang ada di dalam menjadi keluar mobilnya. Ia menatap ke depan bagian mobilnya.

"Ah.... *Ahjushi.... Aku benar benar minta maaf. (Ahjushi= panggilan Pria dewasa yang baik dalam bahasa korea,)" dia membungkukkan badan beberapa kali saat tahu bahwa Pria besar muncul dari dalam mobil itu.

Felix terdiam, ia menatap perempuan itu dengan tatapan datar. "(Jika ini harus di lakukan... Ini benar benar menggangguku,)" Felix aslinya sangat marah pada perempuan itu, jika tidak di publik dia pasti sudah membunuhnya.

"Ahjushi, aku benar benar minta maaf.... Aku akan membersihkan nya," perempuan itu membuka syal yang ia pakai. Di saat itu juga Felix melihat syal berwarna merah itu, ia langsung teringat syal yang saat itu di buat Neko dengan warna merah dan biru.

"(Syal itu? Kenapa aku baru ingat sekarang?)" pikir Felix, ia lalu menghentikan perempuan itu mendekat ke mobilnya dengan merentang satu tangan nya.

Hal itu membuat perempuan itu terdiam di tempat dan kembali menengadah menatapnya.

Lalu Felix bersandar di mobilnya dan mengeluarkan rokok. "Syal itu akan kotor," tatap nya.

"Uh um.... Aku bisa mencucinya."

"Syal rajut seperti itu kau tidak bisa mencucinya," kata Felix. Lalu perempuan itu terdiam tak tahu harus menjawab apa.

Tapi ada sesuatu yang muncul yakni ponsel Felix berbunyi alarm. Ia mengambil ponselnya sendiri di sakunya dan melihat alarm peringatan itu. "Aku tak ada banyak waktu, katakan saja nama mu," tatap Felix.

"Aku.... Choka," balas perempuan itu, rupanya dia benar benar Choka. Gadis yang melihat bayangan di dalam tubuh Neko. Gadis itu sudah menjadi perempuan dewasa.

Lalu Felix terdiam, ia lalu menunjuk syal itu. "Syal itu... Terlihat seperti buatan sendiri," tatap nya.

"Um... Aku membuat nya sendiri, sebenarnya aku membuat dua, satu untuk Ayah ku dan satunya lagi untuk ku, ini seperti pasangan yang manis, meskipun Ayah selalu sibuk pada pekerjaan nya," balas Choka.

Tapi Felix dari tadi diam tak fokus mendengarkan perkataan Choka, dia seperti berpikir sambil mengingat ingat, lalu ia berdiri dan mematikan rokoknya dengan membuang nya dan menginjaknya di bawah. "Dengar, nama mu itu dan wajah mu... Aku seperti pernah melihatnya dan mengenal nya... Katakan siapa nama Ayah mu itu?"

". . . (Lagi lagi pertanyaan ini lagi...)" Choka menjadi mengepal tangan. Ia lalu menundukan badan. "Ahjushi, Ayah ku tidak salah apapun, aku mohon jangan kaitkan ini dengan Ayah ku... Aku akan mengganti rugi mobil mu," tatap Choka yang menjadi serius.

Lalu Felix terdiam dengan tatapan datarnya, ia lalu menghela napas panjang. "Jangan panggil aku dengan sebutan itu, aku memiliki nama lain," kata Felix, ia lalu masuk dan berjalan pergi meninggalkan Choka yang terdiam.