Hari esoknya Felix membuka mata nya dengan keadaan menatap langit dan telanjang dada. Ia samar samar melihat Neko yang duduk di atas perutnya.
"Hei... Bangun kau... Pemalas," tatap Neko.
"(Sial, kepala ku masih pusing....)" Felix membuka mata dengan lebar dan baru sadar Neko telanjang duduk di atasnya. Neko hanya memakai selimut menutupi punggungnya.
"Kau... Apa yang kulakukan tadi malam?" tatap Felix dengan wajah yang sepertinya pusing.
"Kau mabuk, sangat mabuk, kau muntah dimana mana termasuk di bajuku," kata Neko. Seketika Felix terdiam kaku.
"Pftt.... Pwahahaha... Hanya bercanda, ekspresimu sangat mudah di permainkan, kau hanya mabuk dan tidur bersama ku," Neko menatap dengan tawa kecilnya.
". . . Haiz... Untuk sebentar kau membuatku hampir malu setengah mati," Felix menghela napas panjang.
Tapi mendadak Neko menambah dan menekan kedua pipinya. "Kau pikir kau tidak menyiksa ku!! Bagaimana bisa kau melakukan itu dengan kehilangan kendali seperti itu huh!" dia juga mendekatkan wajahnya. "Untung nya kau selalu menggunakan kondom yang kau bawa di celana mu itu, jika tidak... Kau mau aku mati lagi hanya karena melahirkan!" tambahnya dengan ekspresi yang terlihat kejam membuat Felix bahkan langsung terdiam dengan pipinya yang sedikit bekas tamparan tadi.
"Ehem... Lalu apa yang kau lakukan di atasku. Tak biasanya kau melakukan ini, biasanya langsung mandi dan memakai bajumu."
"Aku hanya sedang malas.... Sebenarnya apa yang terjadi dengan mu?" Neko menatap kesal.
Hingga mendadak Felix memegang kepalanya. "Masih begitu pusing... (Memang benar aku meminum obat itu... Benar benar sialan.... Sekarang masih pusing....)" ia tampak kesakitan, sepertinya obat itu bukan sembarangan.
Lalu Neko mendekat memegang kepala Felix. "Kau baik baik saja?" dia menatap sangat dekat, karena dia mendekat begitu, buah dadanya yang telanjang menyentuh dada Felix juga.
Lalu Felix tersenyum kecil. "Aku baik baik saja... Aku juga sedang malas...." dia bisa memasang wajah tenang itu.
Neko yang mendengar itu menjadi terdiam bingung, tapi ia ingin mengatakan sesuatu. "Sebenarnya, aku punya permintaan," tatapnya membuat Felix menatapnya juga.
"Kau pernah bilang akan membuat tato lagi saat itu, setelah aku melayani mu..."
"Oh, kau ingin tato lagi di tubuh ku? Aku tahu kau suka melihat Pria mu memakai tato," tatap Felix dengan menggoda membuat Neko menjadi kesal, tapi ia juga meneruskan permintaan nya. "Yah.... Terserah.... Setelah kupikir pikir aku ingin kau membuat tato disini," Neko menyentuh dada kiri Felix.
"Ini yang kau maksud memikirkan dulu, sekarang kau sudah mendapat tempat untuk tato itu... Kenapa itu di dada bukan di leher lagi ataupun tangan agar terlihat oleh orang."
"Tak apa, ini akan cocok dilihat untukku, hanya untukku saja, aku ingin terukir 2 hati disini, milikku dan milikmu," tatap Neko. Lalu Felix tersenyum. "Kau suka saat aku memiliki tato di tubuhku?"
"Ya... Aku sangat suka," balas Neko dengan sedikit senyuman. Sepertinya kehidupan yang sudah membiasakan dirinya.
"Kau... Sekarang mood mu berubah drastis ya, kau terlihat menggoda ku," Felix bangun duduk membuatnya memangku Neko.
"Memang kenapa jika aku seperti ini? Bukan kah aku milik mu?" tatap Neko memegang leher Felix dan menunjukan lidahnya. "Berilah aku sesuatu di sini," tatap nya.
"Oh tentu, akan kuberikan padamu," balas Felix yang memeluk pinggang Neko dengan satu tangan nya lalu mencium bibir Neko.
---
"Hah.... Apa yang...!!" Syung ha mendadak terkejut ketika kebetulan melihat Felix melepas bajunya di kamar mandi bagian pencucian baju karena Syung ha kebetulan juga ingin mencuci baju.
Felix menoleh dengan lirikan datar.
"P... Punggung anda!!" Syung ha menunjuk punggung Felix yang penuh cakaran kuku.
"Oh ini... Hanya sebuah bekas," kata Felix dengan nada tenangnya. Sudah jelas yang melakukan nya adalah Neko ketika mereka benar benar menikmatinya tadi malam.
"(Gadis itu, aku akan membuatnya berteriak selain di ranjang.)"
"Apa Anda benar benar baik baik saja?" Syung ha menatap dengan khawatir.
"Aku baik baik saja,. . . (Aku masih heran dengan mood nya tadi pagi.) Apa kau tahu soal alkohol yang mengalir ke tubuh orang lain hanya dengan sentuhan?" tatap Felix dengan serius. Ia masih heran dengan sikap Neko tadi pagi, biasanya Neko yang cuek dan tak mau dekat dengan nya, tapi tadi dia menggoda Felix.
"Oh maksud Anda, setelah berhubungan dengan seseorang yang mabuk maka pasangan akan ikut merasakan dampaknya," balas Syung ha.
"(Ha.... Sudah ku duga, saat aku mabuk tadi malam, aku langsung menciumnya dan itu membuatnya tadi pagi bertingkah aneh itu karena mabuk,)" Felix menghela napas panjang. Kini ia tahu ada apa dengan sifat Neko tadi pagi, karena Neko sudah ikut merasakan aroma obat perangsang itu.
Sementara itu Neko memotong sayur di meja dapur, ia memotong sambil berpikir tadi malam. "(Sialan.... Aku terpengaruh obat yang kuat itu... Kenapa dia mabuk sampai ada yang memberinya obat itu... Yang pasti pelakunya sudah tahu apa yang peia itu tak bisa hadapi... Aku terpaksa bersikap aneh padanya tadi pagi karena pengaruh obat itu... Huh... Sialan,)" Neko tampak putus ada, ia malu tadi paginya.
Tapi ada suara orang terkejut. "Nona Neko! Anda tidak perlu memasak!" itu adalah Arthur dengan nada paniknya karena tugas memasak bukan Neko, tapi Neko selalu memasak. "Anda sudah di peringati beberapa kali.... Anda jangan memasak, itu tugas kami pembantu," tambah Arthur, dia juga panik karena takut Felix memarahinya karena membiarkan Neko memasak.
Tapi Neko tak mempedulikan itu dan memasak dengan tenang. Ia hanya membalas dengan dingin. "Hwa sedang tidur, aku tak tahu harus melakukan apa, aku bosan dan aku memasak.... Apa salahnya... Jadi pergilah urus pekerjaan mu," Neko menatap tajam, dia juga tidak lain dari Felix yang sedang dimakan kemarahan. Arthur yang terusir menjadi kecewa kemudian berjalan pergi dengan lesu.
"(Dasar... Aku selalu memasak di sini, dan mereka selalu saja mengganggu... Memang nya apa salahnya dengan masakan ku....)" Neko tampak masih sangat kesal sambil memotong sayuran dengan kekuatan yang kuat.
Lalu ia menjadi terdiam mendadak dan merasakan sesuatu yang besar di belakangnya dan disusul kedua tangan yang memojok nya di meja itu yang rupanya adalah Felix.
"Pergilah, aku sedang memegang pisau disini," kata Neko dengan cuek.
"Kau memasak, aku tidak pernah melihatmu memasak? Apa jangan jangan yang selalu memasak adalah kau?"
"Aku hanya mengisi kebosanan ku.... Membuat cemilan juga bisa.... Ketika aku ingin makan sesuatu, aku akan memasak."
"Kalau begitu aku juga ingin sesuatu, kau tidak ingin menolaknya bukan?" kata Felix. Seketika Neko menunjukan potongan wortel dengan sumpit padanya.
"Apa ini?"
"Kau bilang ingin sesuatu, makan saja ini," tatap Neko.
"Oh... Kau menyuapiku untuk pertama kalinya?"
Mendengar itu seketika Neko terkejut dan menarik kembali sumpitnya, dia tak mau menyuapi Felix tapi tangan Felix menahan tangan nya untuk memasukan wortel itu hingga akhirnya Neko benar benar menyuapi Felix karena paksaan tangan nya.
"(Apa yang....?)" dia terkejut kaku.
". . . Aku sudah berpikir lain, yang kau masak benar benar sangat enak," kata Felix.
"I... Itu tidak penting," Neko membuang wajahnya dengan sedikit malu.
"Apa kau tidak mengerti, aku memandang mu apa saat aku melihat mu seperti ini," bisik Felix. Ia mulai menarik perut Neko untuk mendekat padanya membuat Neko terkejut menjatuhkan pisaunya di meja.
Seketika Felix mencium leher Neko.
"Ah... Apa yang kau lakukan...?" Neko mendorongnya dengan wajah yang merah.
"Kau sudah tak bisa menghindar padaku, karena aku adalah orang yang telah kau anggap sebagai pahlawan menyelamatkanmu dari keterpurukan mu," kata Felix yang menatap mata neko.
Neko hanya terdiam membuang wajahnya, lalu Felix melanjutkan nya dengan mencium bibir Neko.
"Setelah ini apa kau mau menemaniku di sofa?" tatap Felix.
"Apa maksud mu?" Neko menatap dengan kesal.
"Di ruang tengah rumah ku, mari menonton televisi bersama."
"Aku tidak mau," Neko langsung membalas.
"Bukankah aku mencoba meluangkan waktu, tadi pagi kau merayu ku begitu dan ingin tato di dada ku bukan... Mari lakukan permintaan ini...." kata Felix.
"Haiz.... Terserah," Neko terpaksa menyetujuinya.
--
Terlihat Felix meletakan kepalanya di pangkuan Neko yang duduk di sofa. Ia tidur dengan menjadikan paha Neko sebagai bantal dan Neko perlahan membelai rambut dan kepala Felix. Felix juga menutup mata menikmati apa yang ia lakukan saat ini.
Lalu ponsel Felix berbunyi, ia menjadi membuka mata dan bangun duduk dan mengangkatnya.
".... Letakkan saja di sana," kata Felix dengan berbicara di ponsel. Tapi Neko terdiam mendengar itu, ia melihat paha nya sendiri. "(Bekas ia tidur di pangkuan ku, rasanya hangat,)" pikirnya, lalu ia kembali menatap ke Felix. Tatapan nya menoleh ke pipi Felix. "(Kenapa tiba tiba, aku ingin menciumnya....?!)" dia tampak berwajah merah dan siapa sangka, dia menjadi mendekat dan mencium pipi Felix membuat Felix terdiam menatap. Belum pernah Neko menggodanya ketika dia sedang berbicara di ponselnya.
Neko akan menciumnya lagi tapi siapa sangka Felix menutup mulut Neko dan mendengarkan ponselnya, karena dia harus fokus pada ponselnya.
Neko terdiam dengan masih tertutup tangan Felix di mulutnya. Lalu setelah selesai menghubungi, Felix menutup ponsel dan membuka tangannya, seketika Neko mencium pipi nya kembali.
"Aku suka kau saat kau menjadi Gadis baik," tatap Felix sambil kembali menutup mulut Neko. Tapi ia terkejut ketika Neko memasang wajah kesal. Felix menjadi terdiam tidak enak. "Kau sudah jadi gadis baik," dia menatap lalu mendekat mencium bibirnya membuat Neko tersenyum sedikit.
"Apa obat itu masih? Kau bertingkah menggoda ku atau memang sengaja?" Felix menatap sangat dekat.
"Apa maksud mu? Bukan kah aku harus bersikap seperti ini?" tatap Neko seketika Felix terdiam, ia lalu tersenyum kecil dan seketika mengangkat Neko membuat Neko terkejut.
Felix berdiri membawa Neko ke ruangan kamar dan berhenti di ranjang. "Tunggu... Ini masih pagi!!"
"Kenapa memang nya, aku akan membuat mu bangun pada sore hari," tatap Felix yang mendekat.