Chereads / Drop Blood: The Successors / Chapter 34 - Chapter 34 Display Cat

Chapter 34 - Chapter 34 Display Cat

Neko berjalan di bar dan melihat Matthew duduk di salah satu sofa. Matthew menoleh dan mengisyaratkan padanya untuk duduk bersamanya.

Neko mendekat tapi ia masih belum duduk.

"Kau datang sendirian?" Tatap Matthew, ia melihat baju yang di pakai Neko, Neko memakai gaun pendek. "(Biasanya aku melihatnya memakai baju formal ketat tapi kenapa ini sangat aneh?)" pikir Matthew, meskipun begitu dia masih belum tanya pada Neko.

". . . Aku kemari... Sendirian," balas Neko.

"Kalau begitu duduklah, aku ingin mengatakan sesuatu."

"(Ini menjengkelkan, sebenarnya aku tidak mau duduk di sana, aku harus pikirkan cara agar aku tidak duduk di sana... Berbicara padanya itu yang aku takutkan, tapi kenapa aku memasang wajah memelas padanya.... Apa karena ini hanya soal masa lalu?)" Neko terdiam.

"Neko, aku sudah sangat lama sekali menunggu mu..." kata Matthew, tapi Neko menyadari bahwa Matthew sedang mabuk, itu terlihat karena di awal bertemu tadi, Matthew tidak menunjukkan dia senang melihat Neko, tapi dia tampak lemas dan banyak pikiran, bahkan tak bisa menggerakkan tubuhnya.

Neko menjadi kecewa. "(Sejak kapan kau menjadi pemabuk begitu, dasar kau Lelaki bajingan.... Kau terlihat seperti pecundang sekarang....) Apa yang sedang dilakukan Beum untuk mengawasi ku?" Neko mendadak bertanya begitu membuat Matthew tiba tiba memegang kepalanya.

"Maafkan aku.... Tapi, aku benar benar sudah muak dengan nya, terakhir kali aku berbicara dengan nya, dia memukul kepalaku dengan keras..... Ugh.... Sekarang masih pusing, mungkin karena aku juga mabuk," Matthew membalas dengan nada aura yang kecil membuat Neko tampak iba melihatnya. "(Kenapa ini sungguh sangat menjengkelkan, bukankah dia harus bersikap layaknya Matthew yang aku kenal dulu.... Dia sekarang terlihat lebih tenang dan aku sama sekali tak menyukai itu.... Lebih baik aku segera pergi dari sini saja, tapi aku harus memikirkan cara untuk tidak bicara dengan nya....)" dia tampak berpikir hingga kebetulan melihat meja yang kosong. Ia terdiam dan terpikirkan sesuatu ketika melihat botol minuman alkohol di sana.

"Aku... Aku akan mengambil minum untuk mu terlebih dahulu."

"Terima kasih, hanya cukup satu saja," kata Matthew. Lalu Neko berjalan pergi.

Neko mengambilnya dari meja bartender. Ia mengambil sambil berpikir tidak nyaman. "(Aku mungkin harus kembali dan kabur, tapi ini semua karena aku sendiri meminta diriku kemari hanya untuk bertemu dengan nya, tapi setelah melihatnya. Rasanya hanya melihat dia tidak berubah sama sekali, kemana 2 tahun yang lalu, apakah 2 tahun itu tidak pernah datang padanya? Dia tidak terlihat berubah sama sekali, tampilan nya justru malah terlihat seperti Beum. Aku harap sifatnya juga tidak akan berubah,)" ia berpikir cemas dan kesal sambil berjalan kembali ke meja Matthew.

Setelah membawa botol kaca alkohol itu, ia akan kembali ke tempat Matthew tapi ia terdiam berdiri agak jauh karena melihat Matthew mencium seorang perempuan di sofa tempat duduknya tadi. Mereka saling mencium bibir dengan wanita itu yang duduk sangat dekat di sampingnya dan Matthew juga tak senggan senggan menerima itu karena di lihat dari tangan nya yang mendorong bahu si wanita untuk mendekat padanya.

Seketika Neko menjatuhkan botol alkohol itu hingga pecah di bawah.

Neko terdiam kaku dengan mengepal kedua tangannya. Seharusnya ia akan marah mendekat memukul lelaki itu tapi ia lebih memilih tidak melakukannya karena tahu ia sedang mengandung bayi. Ia tak percaya apa yang ia lihat benar benar terjadi di depan mata miliknya sendiri.

Ia lalu berjalan keluar dan terlihat di luar dengan keadaan malam yang dingin, Felix merokok sambil bersandar di samping mobil.

Felix menoleh sedikit dengan matanya pada Neko.

Ia terkejut diam. "Apa yang terjadi?" Felix bermata lebar lalu perlahan membuang rokoknya dan menginjaknya sembari mendekat ke Neko yang rupanya meneteskan air mata.

"Kenapa kau menangis lagi?... Katakan padaku... Apa dia melakukan sesuatu padamu?!... Benar benar brengsek!!" Felix akan masuk tapi Neko menahan tangannya.

"Tidak... Jangan lakukan!!!!"

Felix berhenti dengan menoleh kesal. "Apa yang kau lakukan... Dia menyakitimu!!!"

"Dia tak melakukan apapun padaku... Aku hanya... Lelah!!! Aku ingin pulang!!!" teriak Neko dengan masih menangis. Hingga merosot kan dirinya ke bawah dengan masih menahan kaki Felix.

Felix menjadi terdiam lalu berlutut.

"Dia... Aku tak bisa percaya ini... Kau benar benar melakukan semuanya... Perkataan mu tidaklah salah....Tapi kenapa kau mengatakan hal itu... Sekarang ini semua menjadi salahmu," Neko berkata sambil menangis di bawah.

"Aku tahu apa yang terjadi, aku sudah bilang padamu bukan, kau harus percaya padaku... Semuanya tidaklah benar jika kau sudah menganggap itu semua tidak berguna. Hanya karena masa lalu kau mau melakukan ini."

"Aku hanya lupa pada masa lalu... Aku mencoba mengingat ingat dengan bertemu dengannya... Ini semua salahmu," Neko terus menyalahkan Felix dengan terus menangis meneteskan air mata.

"Jika kau tidak mau aku melakukan ini, kau juga tak perlu melakukan ini. Membuat perempuan menangis karena sakit hati semua orang bisa melakukanya, tapi tidak dengan membuat perempuan menangis karena bahagia, semuanya tak bisa melakukanya... Kau tidak perlu menangis di depanku, atau ini semua akan di anggap seperti kalimat pertamaku, membuat perempuan menangis karena sakit hati," tatap Felix yang mengusap air mata Neko.

"Kau tak bisa melakukan keduanya, semua Lelaki tak bisa melakukan itu padaku," Neko menatap dengan masih memasang wajah sedihnya.

"Aku tahu... Kau gadis yang kuat karena itulah kau tidak pernah menganggap ini semua ada," Felix membalas lalu menggendong Neko di dada.

"Lebih baik pulang."

"Hiks.... Utk... Huhu," Neko mencoba menahan tangisnya dengan menekan wajahnya di pundak Felix.

"Ssh.... Tenang saja, kau bisa keluarkan itu disini, aku lebih suka jika menangismu mulai bersuara."

"Utk... Huhu... Aku.... Payah..." Neko mulai merengek.

Dan Felix tersenyum kecil sendiri. "(Sangat imut.)"

"(Ini bukan soal apapun, ini bukan soal apapun yang di pikirkan.... Tapi ini memang terjadi... Mau bagaimana lagi... Aku tidak bisa melakukan apapun, perkataan Pria besar ini benar benar benar dari awal dan aku tidak mau mengakuinya.)"

--

"Uhk... Pergilah dariku," Neko masih menangis dengan Felix yang meletakan nya di ranjang.

"Lihat bagaimana aku melihat reaksi mu tadi, aku sudah bilang apa dari awal, kau Gadis yang bodoh," Felix mendekat dan mencium kening Neko, dilanjutkan mengecup beberapa kali pipi Neko.

"Hentikan...Aku tidak suka... Aku sedang badmood," Neko mendorong wajahnya untuk pergi.

"Kenapa... Apa karena dia seseorang yang pernah kau kejar, atau bukan hanya dia... Seseorang yang kau kenal akan mudah berubah karena lingkungan mu yang berbeda dengan mereka," bisik Felix.

". . . Ungh... Aku akan membunuhnya," teriak Neko dengan air mata yang masih mengalir.

"Sush... Pikirkan bayi itu," Felix memeluknya dan menenangkannya.

"(Ini semua payah... Aku benar benar sangat malu... Aku menangis di luar kendali di depannya.)"

"Aku akan membelikan mu kue apel... Jika kau berhenti menangis."

". . . Aku bukan anak kecil."

"Aku tahu itu... Kalau begitu aku akan membelikan mu baju maid lagi."

"Apa maksudmu brengsek!" Neko kesal.

Sebelum itu di tempat bar malam, Matthew melihat sekitar dengan Neko yang belum datang datang. Ia menunggu sendiri di meja.

"(Kenapa dia tidak datang?....)" ia bingung lalu kebetulan melihat seorang pelayan yang membersihkan lantai dari bekas jatuhnya satu botol alkohol. Dari sana Matthew mulai berpikir dan menyadari sesuatu.

"(Apa jangan jangan.... Dia melihatku tadi!!)" ia berpikir benar bahwa Neko melihatnya bersama dengan wanita pelacur tadi yang merayunya dengan singkat saja.

Matthew kemudian berdiri dengan terkejut sekaligus panik. Ia lalu berjalan keluar dan melihat sekitar, di saat itu juga ia melihat sesuatu. Ia melihat seorang Felix dan Neko. Felix yang berlutut mengusap air mata Neko.

Matthew yang melihat itu secara kebetulan menjadi terkejut tak percaya, ia bahkan sampai mengepal tangan dan kembali melihat Felix menggendong Neko di dada dan mereka pergi menggunakan mobil.

Matthew masih diam tak percaya melihat apa yang terjadi, rupanya ia melihat Felix dan Neko tadi.

"(Gadis itu benar benar gadis pembalas dendam, dia melakukan hal yang sama dengan apa yang ia alami.... Dia pasti melihatku bersama dengan Wanita itu dan sekarang dia malah bersama dengan Pria lain..... Sialan.... Aku akan membuat mu kembali pada ku Neko,)" Matthew benar benar bermata melotot tak percaya dengan mengepal tangan sangat kencang lalu berjalan pergi.

Hari berikutnya Neko terbangun duduk dan melihat ke samping tidak ada Felix di ranjang nya. Ia juga tidak telanjang, ia melihat sekitar dengan keadaan yang sudah pagi. Tapi sesuatu yang sangat aneh membuatnya mengingatnya tadi malam, dimana dia menangis melihat Matthew yang bajingan kemudian di bawa pulang oleh Felix. Nasib baik ada Felix yang membawanya pulang, jika tidak ada dia, Neko pasti masih menangis sendirian hingga di hampiri Matthew untuk membuat Cek cok di sana.

"(Sebenarnya kenapa.... Kenapa aku bertingkah seperti anak kecil.... Aku tak mau merasakan ini lagi... Aku hanya ingin kembali pada kehidupan ku lagi.... Tapi, aku sudah ada di dunia lain....)" ia menghapus halusinasi tubuhnya dan melihat sekitar dengan bingung dan turun dari ranjang, ia berjalan keluar dari kamar dan bertemu dengan Arthur yang kebetulan di lorong. "Nona Amai, selamat pagi. Jika Anda mencari Tuan Felix, dia berangkat dari tadi pagi dan akan pulang nanti malam, dan sekarang sarapan anda sudah siap, lewat sini," Kata Arthur yang berjalan duluan. Lalu dengan wajah datarnya, Neko berjalan mengikutinya.

Wajah Neko seperti cemas akan sesuatu. Sudah jelas dia masih memikirkan Matthew. "(Soal tadi malam, aku tentunya tak akan memaafkan dia.... Dia benar benar bajingan.... Nasib baik aku membuang kalung nya.... Seharusnya aku juga menghancurkan nya...)" ia sudah sangat kesal.

Tapi pikiran nya mendadak memunculkan Felix yang menolong nya tadi malam membuatnya tersadar. "(Dia menolong ku, dia memeluk ku ketika aku menangis dan dia menenangkan ku, meskipun dia menjengkelkan dimata ku, tapi, apakah ini akan berarti.... Aku seharusnya menurutinya saja....)"