"Ah.... Aw..... Jangan sentuh itu," Neko terdengar kesakitan saat Felix memegang lengan nya. Lengan nya benar benar hampir memar memerah karena bekas Matthew yang menahan tangan nya dengan kencang tadi.
"Lelaki itu benar benar sialan.... Berani sekali dia melakukan hal ini," Felix mengambil perban di kantung belakang bangku supir dan salep dingin. Ia mengoleskan salep itu di tangan Neko dengan perlahan. Mereka saat ini juga masih berada di mobil.
Neko terdiam merasakan Felix yang mengobati nya.
"Apa ini panas?" tatap Felix.
"Tidak, ini dingin.... "
"Apa yang di maksud dingin, apakah itu nyaman atau tidak nyaman?"
"Kenapa kau terus bertanya, sudah jelas jika aku tidak berteriak, ini tidak sakit," kata Neko dengan kesal.
"Kekeke... baiklah, aku akan menutup nya," Felix menutupi luka Neko dengan perban putih yang ia ambil tadi dengan perlahan.
". . . Kenapa kau melakukan ini?" tatap Neko.
"Melakukan apa?"
". . . Mengobati ku."
"Karena aku peduli padamu...." Felix langsung membalas tapi Neko tidak mau mendengarkan itu dan lebih membuang wajah.
Tapi tiba tiba Felix mengencangkan perban nya membuat Neko kesakitan. "Ah... Apa yang kau lakukan?!" ia menatap kesal ke Felix. Tapi wajah kesal nya berubah menjadi berwajah merona karena melihat wajah Felix yang sangat dekat. Lalu Felix mendekat dan berbisik. "Jika aku tidak melakukan itu, kau tidak akan menoleh dan melihatku," bisiknya, seketika menarik Neko untuk mendekat dan mencium lehernya membuat Neko terdiam hanya bisa mendorong Felix dengan lemah. Felix mencumbu Neko di dalam mobil, sang supir hanya terdiam dengan tampang dingin nya menyetir fokus ke jalanan.
--
"Nona Neko, ini permintaan Anda tadi," terdengar Kim berbicara dengan Neko di depan pintu kamar besar di rumah Felix, Neko menatap ke apa yang di tunjukan Kim, yakni kotak kayu kecil yang terlihat cantik.
"Oh, kau sudah mendapatkan nya," Neko menerima nya.
"Ya, itu lengkap dengan peralatan lain nya.... Ngomong ngomong bisa aku bertanya, kenapa Anda memutuskan ingin membuat ini?" Kim menatap bingung.
"Hanya mengisi waktu luang, lagi pula, hanya ini yang bisa aku lakukan selain melamun memikirkan hal tidak jelas..." Neko membalas membuat Kim bingung dengan jawaban itu kemudian Neko memegang pintu akan menutup. "Baiklah, kembalilah ke tempat mu, aku akan bersantai...."
"Ah, tunggu.... Apakah aku boleh tahu jenis kelamin bayi Anda?" Kim menatap.
". . . Kenapa semua orang sangat ingin sekali mengetahui jenis kelamin bayi yang bahkan masih di dalam perut ku," Neko mulai menatap kesal.
"Yah, em.... Hanya sebatas ingin tahu juga.... Semua orang sangat ingin menantikan bayi itu muncul, aku yakin Tuan Felix juga begitu, karena itulah dia juga pastinya tak sabar mengetahui jenis kelamin bayi itu... Selain menyiapkan keperluan warna biru dan merah muda untuk bayi, kita juga akan bisa mengatasi bayi yang baru saja lahir...." tatap Kim.
Tapi Neko tampak berwajah datar. "Aku tak mengerti...." ia mengatakan nya dengan wajah dingin kemudian menutup pintu begitu saja membuat Kim terkejut kaku, ia menjadi kecewa kemudian pergi dari sana.
Setelah itu, Neko duduk di sofa dan meletakan kotak itu di meja sambil membukanya yang rupanya isinya adalah benang benang wol domba rajutan yang sangat cantik berwarna halus, juga ada beberapa jarum rajut juga membuat Neko tersenyum kecil senang. Kemudian mengambil warna wol merah muda dan biru. "Merah muda dan biru yah...."
--
Tak lama kemudian, pintu terbuka yang rupanya itu adalah Felix dengan pakaian rapinya, tapi ia melepas dasinya dan mendekat ke Neko yang duduk di sofa. Sebelum duduk, dia melihat Neko yang merajut dengan rasa bingung membuatnya ingin bertanya mendekat.
"Aku ingin bertanya sesuatu," kata Felix yang ikut duduk di sofa bersama Neko yang juga dari tadi duduk di sofa sedang merajut sesuatu dengan benang woll berwarna biru dan merah.
Neko hanya menatap dingin pada Felix sambil masih menggerakan tangan nya untuk merajut.
"Dari mana kau belajar merajut?" tatap Felix. Lalu ia ingat Satori, perempuan teman dari Choka, perempuan yang membaca bayangan hitam milik Neko. "Hanya seseorang," balas Neko dengan singkat.
"Seseorang? Apakah lelaki itu?" lirik Felix menebak Matthew.
"Seorang perempuan!" balas Neko yang langsung menyela.
"Baiklah, sepertinya aku juga tidak akan tahu itu perempuan atau laki laki."
"Berisik... !! Apa kau tidak percaya padaku!!... Dan tadi, apa yang mau kau tanyakan padaku?" tatap Neko dengan kesal.
"Aku hanya ingin tahu, kapan sesuatu yang putih itu akan keluar dari dada milik mu?"
"Apa? Apa maksud mu?" Neko menjadi bingung.
"Aku baru saja baca di internet bahwa asi akan muncul di usia kandungan 5 sampai 6 bulan," kata Felix sambil menatap ke ponselnya sendiri dan masih merangkul Neko di sofa.
"Kenapa kau malah membaca hal seperti itu di internet, seharusnya kau fokus saja pada pekerjaan mu."
"Jika aku fokus pada pekerjaan ku, aku tidak akan punya waktu untuk mu, aku akan berlanjut terus dan tidak akan mengingat mu yang ada di rumah. Aku tahu kau selalu mencemaskan ku dan takut aku tidak pulang ke rumah bukan?" tatap Felix.
"Apa.... Aku tidak melakukan nya?!" Neko menjadi terkejut.
"Yah, itu tidak bisa di pungkiri."
"(Sialan!!)" Neko menjadi kesal sambil berwajah merah.
"Kenapa kau merajut?" Felix menatap dengan penasaran.
Tapi Neko menjadi terdiam dengan wajah sedikit merah, ia lalu menggeleng. "(Apa yang harus aku jawab, sebenarnya ini adalah syal untuk ukuran nya... Tidak tidak, aku harus mengalihkan jawaban.)"
"Tepat di sembilan bulan kelahiran bayi nya, itu adalah saat musim dingin dan akan ada salju turun membuat suasana semakin dingin. Aku berniat memberikan bayi yang lahir agar dia tidak kedinginan nantinya," balas Neko. Padahal dia membuat Syal untuk Felix nantinya.
"Tapi bukan kah lebih baik jika warna biru untuk laki laki dan merah untuk perempuan, untuk lebih jelasnya kenapa kita tidak melihat tes nya bayi yang kau kandung itu perempuan atau laki laki," tatap Felix.
Lalu Neko mengelus perutnya sendiri dan menggeleng pelan. "Tidak perlu, perempuan ataupun laki laki aku tidak mengantarkan salah satu diantara mereka, yang jelas syal ini hanya akan mewakili mereka," balas Neko.
Lalu Felix melihat hasil rajutan yang ada di paha Neko. Satu benda rajutan itu memiliki dua warna, yakni biru dan merah. "(Dia benar benar pandai menggabungkan pilihan,)" ia menjadi tersenyum kecil lalu menyilangkan kakinya untuk mendekat ke Neko dan ikut mengelus perut Neko.
"Tepat perut ini akan terus membesar nantinya, aku tidak sabar merasakan saat bayi ini menendang dengan kuat di usianya yang beberapa bulan," kata Felix.
"Bukan kah selama ini bayi nya terus saja bergerak?" tatap Neko dengan bingung.
"Pukulan dan tendangan nya masih belum kuat, aku ingin merasakan yang lebih kuat lagi... Kita tunggu saja," balas Felix.
Lalu Neko diam diam tersenyum kecil dengan wajah yang senang, tangannya sendiri yang ada di perutnya, di pegang oleh Felix juga. Saat ini yang ia rasakan adalah kehangatan cinta yang akan lahir menghiasi dunia.
--
Sementara itu, Matthew ada di bar, mabuk beberapa minuman alkohol di meja salah satu bar malam.
Ia terdiam dengan kesal dan tiba tiba memukul meja dengan satu tangan nya, ia lalu melihat telapak tangan nya, tepat tangan itulah yang di buat untuk menahan tangan Neko tadi. "(Aku telah menyakiti tangan Neko.... Lelaki apa aku ini... Benar benar brengsek.... Aku harap luka nya tidak parah, dia melepas tangan ku dengan paksa membuat geseran yang menyakitkan di seluruh lengan nya.... Tapi sebelumnya,)" ia terdiam berpikir. Saat Neko mengatakan sesuatu. "Matthew, kau harus melepasku.... Atau dia tidak akan memaafkan mu, apa kau mau di hajar olehnya.... Lepaskan aku sekarang."
"(Dia mengatakan nya sambil berwajah cemas... Apa dia sengaja membela ku... Dan.... Dia juga menghawatirkan ku.... Tapi tidak mungkin, Neko sudah menjadi milik Pria itu... Kupikir kakak ku membawa Neko untuk ku, tapi apa hasil nya.... Benar benar menyesal kan.... Aku benar benar bingung harus apa.... Apa Neko juga masih memiliki rasa padaku, karena dia benar benar mengkhawatirkan ku, apa dia juga memikirkan ku di setiap apa yang dilakukan nya?)" Matthew terdiam. Ia lalu menurunkan kepala nya dan menyandarnya dengan tangan nya di meja. Dia benar benar terlihat seperti orang yang putus asa, mau bagaimana lagi, saat Neko dalam masalah, dia benar benar tidak menolong dan malah memperburuk dengan mencelakai dan terus memojok Neko saat menjadi Luna. "(Mungkin aku salah..... Aku mengakui jika aku salah.... Dan aku ingin meminta permintaan bahwa dia ingin memaafkan ku dan kembali padaku ketika aku mendekatinya dan mulai meminta maaf, tapi sepertinya.... Itu mustahil...)"
--
Hingga ketika malam hari, Neko masih merajut, di sampingnya tak ada Felix, tapi rupanya, Felix ada di pangkuan nya, dia tertidur dengan kepalan nya di pangkuan Neko, sementara Neko terus merajut bahkan rajutan itu sampai mengenai wajah Felix yang tak menyadari itu.
Hingga Felix benar benar terbangun membuka mata. "(Kapan aku tidur?)" ia bingung lalu bangun duduk menatap Neko yang kebetulan juga selesai merajut, ia menyimpan hasil rajutan yang belum selesai ke kotak kayu tadi kemudian menatap Felix yang tampaknya mengantuk. "Ha.... Baiklah, kita harus istirahat..." tatapnya membuat Neko terdiam, hingga mendadak Felix menggendong Neko di dada membuat Neko terkejut. "(Ke.... Kenapa dia selalu melakukan ini....)" itu juga membuat nya berwajah merah. Kemudian Felix meletakan nya tidur dan dia sendiri, kembali bangun untuk melepas kemeja putihnya menyisakan celana panjang yang ia pakai kemudian tertidur memeluk Neko. "Selamat malam..." dia juga mencium kening Neko membuat Neko terdiam menghela napas panjang. "(Yah.... Dia akhirnya bisa bersikap seperti ini....)" ia juga diam diam tersenyum kecil.
"Aku melihat mu, Amai," tatap Felix seketika Neko terkejut. "(Di.... Dia melihat ku tersenyum?!)"