Chereads / Drop Blood: The Successors / Chapter 33 - Chapter 33 Display Cat

Chapter 33 - Chapter 33 Display Cat

Tampak Neko membuka mata perlahan, tubuhnya telanjang dan banyak sekali bekas cupang maupun gigitan, ketika ia bangun, ia mendadak merasakan sakit di seluruh tubuhnya termasuk pinggang nya. "(Persetanan dengan hubungan yang baik baik saja pada masa ini....)" ia tampak kesal dan suram sementara Felix yang tertidur memeluknya tampak lebih fresh.

"(Sangat sakit sekali.... Rasanya punggung ku patah.... Aku bahkan tak sadar sudah berapa kali dia melakukan nya...)" Neko memegangi punggung nya yang tampak cenat cenut.

Kemudian secara kebetulan, menatap perlahan wajah Felix yang tampak masih tertidur, di saat itu juga dia ingin memikirkan apa yang akan di isi di kepala Felix, tapi mendadak saja, dia ingat sesuatu, yakni saat melihat wajah Felix yang tertidur, dia mendadak melihat wajah Matthew yang tengah kecewa, pandangan itu muncul tiba tiba membuat nya terkejut. "(A.... Apa yang terjadi.... Ke.... Kenapa aku tiba tiba teringat wajahnya setelah sekian lama.....)" ia tampak gemetar tak percaya tapi baru ingat akan Matthew yang dulu selalu saja membuat nya seperti gadis yang bisa lebih tinggi dari Matthew.

"(Jika di pikir pikir, kenapa aku sudah lama sekali tidak bertemu dengan Matthew? Apakah dia masih hidup, aku merasa dia juga tidak mati,)" pikir Neko yang membuka mata dengan tidur di samping Felix. Mereka tidur bersama dengan Felix yang berbaring memeluk Neko dengan tangan nya.

Tapi Neko membuka mata di tengah ruangan gelap tanpa lampu. "(Aku sangat merasa aneh, posisi seperti ini hanya yang di miliki oleh orang orang yang memiliki kehidupan yang....)" ia berpikir dan memikirkan pasangan yang saling bahagia saat kembang api itu. Dia berpikir seharusnya dia tidak tidur bersama Felix dengan posisi sama seperti kekasih padahal dia sendiri tidak menganggap sebagai apapun. Tapi Neko juga tidak tahu bahwa Felix menganggap itu lebih dari pasangan kekasih.

Di tengah berpikir itu, ponsel Neko tiba tiba berbunyi di meja dekat ranjang. Ia bangun duduk lalu menoleh ke meja dekat nya itu. Ia sebelumnya menatap ke Felix yang tertidur, ia memastikan Felix tidak akan bangun dengan menatap sangat dekat ke Felix. Setelah merasa Felix tidak akan bangun, ia keluar dari ranjang dan mengambil ponselnya.

"(Nomor tidak di kenal?)" ia terdiam lalu mengangkatnya.

"Neko..." terdengar suara itu memanggil namanya yang membuatnya begitu terkejut.

"Matthew..." ia sudah bisa mengira bahwa itu Matthew. Ia kembali menatap ke Felix yang masih tidur.

Lalu Neko berbalik dan berjalan perlahan, ia berniat akan pergi melewati samping ranjang dengan hati hati. Tapi siapa sangka, tangan Felix menghalanginya dan menahan tubuh Neko membuat Neko terkejut setengah mati.

Mendadak tangan itu menariknya masuk ranjang.

"Akh," Neko tertarik dan terpeluk Felix yang duduk di ranjang. "Kau ingin kemana?" bisik nya.

"(Bagaimana dia bisa secepat ini tahu?)" Neko terdiam dengan tubuh dingin sambil menutupi ponselnya dengan tangan nya.

Saat ini Felix benar benar menahan Neko dengan pangkuan nya di ranjang. Neko hanya terdiam, dia hanya menatap ke pintu keluar kamar itu.

"Aku... Aku hanya ingin ke kamar mandi," kata Neko sambil perlahan mematikan ponselnya.

"Tapi kenapa kau membawa ponsel?"

"Aku menggunakan nya untuk senter, karena lampu di sini gelap," balas Neko, dia membalas dengan cerdas.

"Baiklah, aku akan menemanimu agar kau tidak jatuh."

"Tidak perlu, di luar sudah ada Arthur," Neko menahan tubuh Felix. Ia lalu berjalan keluar ranjang dan pergi meninggalkan Felix yang terdiam memasang wajah datar nya.

Neko lalu segera berlari pelan ke balkon rumah, ia mencari nomor Matthew yang tadi dengan ponselnya. Ia menghubungi Matthew lagi. Sambil menunggu Matthew mengangkat ponselnya, ia terdiam memikirkan sesuatu.

"(Tentu saja, sebagai seorang alpha, dia pastinya selalu waspada dan bisa menebak apapun dengan mudah... Bahaya jika dia harus mencurigai ku terus... Sepertinya aku harus cepat melakukan ini,)" ia menatap langit malam dengan angin yang dingin. Dia hanya memakai kemeja putih milik Felix tanpa memakai bawahan apapun membuatnya nampak manis dan seksi.

Tak lama kemudian Matthew benar benar mengangkat ponselnya, dan Neko segera bicara.

"Matthew?"

"Aku pikir aku sudah kehilangan nomormu, ternyata aku berhasil menemukanya, lama tidak bertemu," kata Matthew.

"Bagaimana kau tahu... Aku tidak berada di jepang sekarang."

"Aku tahu itu, kau ada di korea bukan, Kakak ku yang memberitahu itu."

"Kita sudah tak ada urusan apa apa lagi, aku akan menutupnya," kata Neko.

"Tunggulah sebentar Neko, aku benar benar rindu padamu, apa kau tidak berpikir sama... Bukankah kau selalu memikirkan ku, maaf kan aku Neko... Dari awal model itu sudah jadi.... Tapi Kakak ku menghancurkan nya."

". . . Kau tidak perlu meminta maaf, Matthew," Neko mengatakan nya dengan suara yang agak memaaf kan Matthew.

"Neko... Kau mau kembali kemari bukan, mencintai aku lagi..... Jika kau kemari aku bisa katakan aku suka padamu beberapa kali tanpa adanya rasa yang memalukan, aku lelaki pertamamu kan?"

". . . Maafkan aku.... Aku tidak bisa."

"Kenapa... Dengan siapa kau ada di korea... Apa ini pekerjaan mu?"

"Kau belum tahu aku bersama siapa?"

"Apa maksudmu, kau tidak sendirian...?"

". . . .(Beum tidak memberitahunya sama sekali.) Akan kututup," kata Neko.

"Tunggu Neko... Bagaimana jika bertemu denganku."

"(Bertemu... Dengan nya?)" Neko seketika terdiam terkejut dengan wajah yang seperti tidak sabar.

"Ya... Aku akan ke sana... Ketika sudah sampai, temui aku di bar malam," kata Matthew. Lalu Neko menutup ponselnya, ia menjadi terdiam menatap dingin pada jam di ponselnya.

"Ha....Aku payah... (Aku sudah berusaha melupakan semuanya dan apa yang terjadi dalam hidupku ini, tapi kenapa sekarang kembali lagi... Dia selalu mencari ku tanpa sebab, sekarang aku benar benar tak butuh bantuan nya karena aku sudah terpuruk di sini, aku harap tak akan ada apa apa lagi darinya.)" ia menghela napas dengan kecewa. Merasakan hal yang aneh dari lelaki yang telah lama tidak ada dalam hidupnya.

Lalu ia berbalik dan berjalan ke lorong, ia masuk ke kamar dan menjadi terdiam ketika melihat Felix duduk di samping ranjang sambil menatap ponselnya di ruangan yang gelap itu. Ia menoleh pada Neko dengan senyum kecilnya. "Kau sudah selesai? Apa kau tidak terjatuh?"

". . . Kenapa kau terus bertanya aku terjatuh? Aku bisa menjaga diriku."

"Yah aku tahu itu, meskipun usia kandungan mu masih di bilang tidak terlihat tapi tetap saja itu memiliki resiko, dan juga aku baru baca dari internet, kau tidak bisa menatap lelaki lain jika bukan Ayah dari bayi itu," kata Felix. Seketika Neko terkejut bermata lebar.

Tiba tiba saja Felix mendekat dan memukul tembok di belakang Neko. Ia memojok Neko dengan tatapan datar membuat Neko terdiam kaku.

Sebelumnya saat Neko diam diam ke balkon. Felix rupanya berjalan mengikutinya dengan wajah datar dan dingin itu. Ia mendekat ke pintu balkon dan bersender di tembok belakang Neko. Ia mendengar semuanya, semua yang di katakan Neko pada Matthew. Saat hampir selesai, Felix memilih berjalan pergi dan kembali ke kamar, wajahnya benar benar tidak bisa di tebak ia ingin apa sekarang.

"Kau tidak bisa menyembunyikan ini dariku, kau sudah tahu kau harus waspada pada setiap perbuatan mu itu padaku karena aku bisa tahu sedikit saja soal hal itu... Apa kau mau aku merantai mu kembali agar kau tidak mendekati maut lagi?" tatap Felix sambil mengelus dagu Neko.

Tapi Neko menampar tangan Felix sambil berteriak. "Dia bukan lelaki berbahaya!!. . . Kau tidak bisa menilai dia sama seperti Beum!!"

"Apa yang aku katakan tidak akan pernah salah, dia sama seperti setiap orang yang mencelakai mu di siang ataupun malam. Meskipun dia tidak bisa mencelakai tubuhmu tapi dia pasti bisa melakukan sesuatu pada setiap raga mu," kata Felix.

Hal itu membuat Neko terdiam dan membuang wajahnya. "Aku tidak akan mendengarkan mu."

--

Malam selanjutnya, Neko akan bersiap siap untuk menemui Matthew, dia menatap dirinya di kaca dan terlihat di antara helaian rambutnya yang mulus, ia masih memakai anting pemberian Felix itu, tapi Felix datang masuk ke ruangannya.

". . . Kemana kau akan pergi... Kenapa tidak bilang padaku? Apa ini sesuatu yang penting?" tatapnya dengan serius.

"Aku akan menemui seseorang."

"Siapa? Dengan siapa? Kau mau apa dengannya?"

"Dia hanya seseorang yang kukenal."

". . . Hmp... Kau pikir aku tidak tahu... Jika dilihat kau tidak pernah mau bertemu dengan orang yang membuang waktumu dan sekarang kau mau bertemu dengan seseorang yang hanya kau kenal. Aku akan mengantarmu," kata Felix.

"Apa kau bercanda, kenapa kau mencampuri urusanku!?" Neko berteriak tak terima.

"Memangnya kenapa jika aku hanya bisa mengantar mu, bukankah aku sudah bilang aku akan melihat reaksi kecilmu saat keluar dari sana nanti."

"Memangnya apa yang akan terjadi pada reaksiku?..."

"Kau akan memendam kesedihan lagi... Neko," Felix berbisik padanya seketika membuat Neko terdiam dan membuang wajahnya sambil mengepal tangan. Apalagi Felix sudah ke sekian lamanya memanggilnya dengan nama panggilan itu.

"(Dia selalu mengetahui apapun, kenapa dia bisa mengetahui apapun tanpa mendengar dari mulut apapun, entah dia asala menebak atau apapun itu, setiap kali dia bicara, pasti itu benar, apa ini karena pengetahuan nya yang luas, tapi bukan berarti dia harus ikut campur juga.....) Apa ini salah satu tebakan mu?" tatap Neko.

"Tentu saja, aku mengetahui ini karena aku menebaknya dari malam kemarin. Kau begitu terkaku saat aku tahu ada orang lain yang sedang menghubungi gadis ku," kata Felix. Ia dari tadi hanya memasang wajah licik dengan senyum kecilnya pada Neko. Sementara Neko hanya kesal dengan wajah itu.

"Cih apa yang kau mau?!"

"Aku akan mengantarmu, aku ingin melihat apakah tebakan ku salah atau benar pada reaksi wajahmu nanti dan aku juga ingin mendengar kau mengatakan bahwa aku benar."

Neko yang di buat panas itu menjadi sangat kesal dan semakin mengepal tangan lalu membuang wajah.

"Kau hanya boleh menunggu di luar."

"Baiklah... Ini akan baik baik saja... Aku akan melihat reaksi mu ketika keluar dari sana nanti," tatap Felix dengan licik.

Hal itu membuat Neko menjadi bimbang. "(Sial.... Kenapa dia begitu pandai memojok kata kataku....)"