Neko tampak membuka mata, dia sudah ada di ranjang hotel menatap langit langit dan masih terdiam membuatnya memegang perutnya. "(Perutku.... Sudah tidak sakit...)" pikirnya lalu pintu terbuka yang rupanya Felix datang, dia kebetulan langsung melihat Neko yang membuka mata.
"Bagaimana tidur mu?" dia berjalan mendekat dan duduk di samping ranjang, dia memegang pipi Neko juga perutnya. "Aku membawamu kemari karena kau terus merintih ingin pulang... Aku tak tahu apakah kau mengatakan itu dalam kondisi sadar atau tidak," kata Felix.
Seketika Neko yang mendengar itu menjadi terkejut. "A... Aku melakukan itu?!" dia membayangkan betapa malunya dia jika melakukan hal itu. "(Sial, aku pasti melakukan nya ketika aku tak sadar, aku harap aku tak mengatakan kalimat rengekan lagi selain itu....)"
"Bagaimana kondisi perut mu? Apa masih sakit?" tanya Felix membuat Neko menatapnya lalu membalas pelan. "Tidak, ini sudah lebih baik... Kupikir, aku ingin memutuskan tak akan memikirkan apapun hingga perutnya membesar...." kata Neko membuat Felix tersenyum kecil menyangga dagunya. "Ho.... Benarkah begitu.... Bagaimana dengan hubungan kita bersama bajingan itu?" dia mulai membicarakan Cher.
Hal itu membuat Neko terbayang bayang olehnya. "Aku yakin dia sudah berubah.... Dia pasti menyesal," tatapnya dengan serius.
"Yah, itu memang benar," Felix menambah membuat Neko terdiam. "Eh? Apa?" ia menatap tak percaya.
"Ketika kau berada di rumah sakit, dia datang menanyakan kondisi mu padaku, aku tak mengizinkan dia masuk kemudian dia memohon maaf dan mencoba memperbaiki hubungan bisnis maupun hubungan keluarga dengan mu," kata Felix.
Tapi Neko menatap curiga. "Aku tak percaya itu...."
--
Sebelumnya, Felix terlihat keluar dari kamar rumah sakit Neko, dia tidak pergi kemanapun dan menatap ke sekitar dengan wajah yang tenang. "(Dia langsung tertidur dengan lelah..... Mungkin aku akan membawanya nanti dulu....)" ia mengeluarkan rokok, tapi sebelum benar benar merogoh rokok di sakunya, dia merasa ada yang datang mendekat yang rupanya itu memang Cher.
Felix menjadi terdiam dan tak jadi mengambil rokoknya. "(Dari mana dia tahu Amai ada di sini?)" tatapan nya serius.
"Felix.... Kudengar Putri ku masuk rumah sakit? Sebenarnya ada apa?" Cher menatap tajam, dia juga masih memiliki rencana licik dan tak akan ada hal baik di antara tatapan mereka berdua.
Lalu Felix membalas. "Dia baik baik saja di dalam, dia hanya kelelahan berlari menemui di restoran tadi."
"Biarkan aku melihat," Cher akan masuk tapi Felix tak mau minggir dari pintu, dia bahkan masih menyilang tangan menatap datar. "Kau tak boleh mengganggunya, dia sedang tertidur.... Kau bahkan sudah membuatnya kesakitan karena terus strees memikirkan masalah mu dengan nya, itu akan membuat bayinya tidak baik baik saja," kata Felix.
". . . Kenapa salah ku? Tunggu.... Apa?! Bayi?!" Cher terkejut tak percaya.
"Dia mengandung, dan itu darah daging ku sendiri," kata Felix dengan tatapan yang sangat licik, bahkan dia mencoba menyaingi kelicikan Cher dan sekarang membuat Cher terdiam kaku.
"Ka.... Kau, itu berarti kau telah menyentuh nya sangat banyak?!"
"Aku sudah bilang dari awal, aku sudah seks dengan nya...." tatap Felix dengan tanpa bersalah.
Itu membuat Cher semakin kesal, tapi ia bertanya. "Apa dia bahagia?" tatapnya membuat Felix terdiam mendengar itu. Tak di sangka, Cher bertanya seperti itu membuat Felix menjawab. "Aku pastikan... Dia akan bahagia, dia akan menjadi Gadis yang paling bahagia...." tatapnya dengan wajah serius membuat Cher terdiam mendengar itu. "(Dia mengandung bayi.... Jika dia mengandung bayi, itu akan menjadi cucuku kan.... Aku sudah sangat lama menantikan cucu juga...)" ia berpikir beberapa kali hingga mengatakan sesuatu. "Kalau begitu, aku memohon maaf dan mari buat ini sebagai hubungan dengan adanya bayi itu..." tatap Cher membuat Felix menatap tak percaya.
Tapi dia masih bingung bahkan memiringkan kepalanya. "Ha?"
"Karena bayi itu sudah berada di perutnya... Mungkin tak ada pilihan lain juga... Juga kau seseorang yang dapat menjaganya juga...." kata Cher dengan wajah agak menerima kenyataan, lalu menghela napas panjang. "Katakan padanya, aku berjanji akan bersikap baik, tapi dia juga harus menyukai ku, aku tak mau dia membenci ku sama seperti ibunya.... Dan mungkin aku harus percaya padamu...." tatapnya membuat Felix terdiam, bahkan dia masih tak percaya. "Sebelum kalian pergi, buatlah pertemuan dengan ku lagi...." tambah Cher, lalu berbalik dan berjalan pergi membuat Felix menatapnya pergi. "(Apa dia, serius? Dia berubah begitu aku memberitahu nya kenyataan yang begitu tidak wajar.....)" dan begitulah bagaimana Felix mengatakan kenyataan nya pada Neko.
Dan sekarang Neko tampak terkejut. "Apa?! Kau memberitahu nya bahwa aku sedang hamil!! Bayi mu!!" dia menatap kesal.
"Apa salahnya?" Felix tampak tak membawa masalah hal seperti itu membuat Neko semakin kesal.
"Sialan!! Kau benar benar sangat menjengkelkan!" Neko mendorong wajah Felix membuat Felix tertutup wajahnya. Tapi Felix memegang kedua tangan nya dan mencium bibir Neko membuatnya terkejut tak percaya dengan mata lebarnya. Lalu dia menatap wajah Neko yang berwajah sangat merah. "Aku ingin pulang cepat...." tatapnya dengan wajah malu.
"Yah, sebelumnya bersiaplah, kita akan bertemu dengan nya untuk sekali saja, aku yakin masalah ini akan berakhir, jadi jangan khawatir," dia juga mencium kening dan pipi Neko seperti menjadikan Neko yang tersayang, itu memanglah benar.
Tak lama kemudian, terlihat Cher ada di restoran meminum anggurnya dengan tenang lalu datang seseorang yang rupanya Neko. Dia masih berdiri di meja.
"Duduklah," kata Cher lalu Neko duduk di hadapan nya.
"Kau tidak datang bersama dengan nya?" Cher menatap.
"Tidak, dia dihalangi pekerjaan nya..." Neko membalas dengan tenang.
"Kalau begitu, ini baik baik saja untuk mengawali pembicaraan bukan, aku sungguh terkejut ketika kau benar benar memiliki bayi di dalam perutmu.... Sudah berapa lama bayi itu di sana?" Cher menatap.
"Belum ada 2 bulan..."
"Begitu, jika bayi itu lahir, bukankah aku akan menjadi kakek? Apakah aku boleh menjadi kakek nya?" Cher menatap.
Neko yang mendengar itu menjadi terdiam, dia tidak menyangka, pria kejam itu berubah menjadi sedikit bisa tenang ketika mengetahui bayi kecil yang di bawa Neko. "(Jadi, di bersikap baik hanya karena bayi ini..... Sebenarnya ini baik baik saja jika dia mau menerima nya juga...) Yah... Ini baik baik saja, ketika dia lahir nanti, kau bisa melihat nya," kata Neko membuat Cher tersenyum senang. "Itu bagus, sebelum kau pulang aku ada sesuatu," Cher mengambil sesuatu dan di letakan di atas meja. Itu adalah sebuah kotak kecil panjang, biasanya di gunakan untuk sebuah kalung.
"Bukalah itu..."
Neko terdiam, lalu mengambilnya dan membukanya, itu adalah kalung perak yang begitu menawan, dengan adanya liontin berwarna kristal darah berbentuk satu tetesan darah. Hal itu membuat Neko terkejut kaku.
"Itu adalah darah ku sendiri, aku meminta beberapa para ahli untuk membuat darah menjadi kristal, kemudian dijadikan satu dengan kalung perak asli, aku ingin kau memberikan nya pada bayi itu nanti, semoga bisa menjadi jimat agar dia bisa selamat dari bahaya apapun," tatap Cher.
Hal itu membuat Neko tersenyum senang dan mengangguk kecil. "Terima kasih..." tatapnya tapi Cher menurunkan senyumnya dan merasa bersalah. "Aku benar benar minta maaf, Putri ku.... Aku tahu kau bisa menjadi kuat, kau akan melahirkan generasi kita.... Jaga dirimu sendiri dan juga bayi itu...."
Neko yang mendengar itu menjadi terdiam, dia lalu berdiri kemudian pamit. "Aku akan pergi..." langsung berjalan pergi membuat Cher kecewa dan menatap ke bawah, kemudian menghela napas panjang. "(Sudah berapa lama.... Aku tidak bisa menatap keturunan ku sendiri.... Bahkan sikap ku yang begitu berlebihan dan menganggap nya sudah mati membuat nya tak mengenal ku sebagai Ayahnya... Melihat dirinya yang sekarang, tentunya aku bangga, dia bukan Gadis biasa... Dia Gadis yang begitu pandai dalam berbisnis.... Dia begitu pandai dalam segala hal. Semua informasi yang aku dapatkan langsung membuat ku sadar, dia mungkin terlalu banyak tertekan dan tak bisa menikmati dunia seperti Gadis biasa....)"
--
Neko tampak berjalan keluar dari tempat itu, dia tampak juga kecewa. "(Mungkin, tidak baik memberikan balasan dendam padanya... Yang penting, aku sudah bisa mengenal nya...)"
Lalu kebetulan dia menatap ke depan yang rupanya Felix berdiri menunggu di samping mobilnya sambil merokok. Rupanya dia tidak di halangi pekerjaan melainkan dia menunggu Neko di luar karena yang meminta adalah Neko sendiri. Sebelumnya, mereka berdua sudah sampai di tempat itu dan Neko mulai bicara di bangku samping supir. "Kupikir... Aku ingin masuk sendiri saja...." tatapnya membuat Felix terdiam menoleh mendengar perkataan itu.
"Mungkin pembicaraan kita akan lebih dalam jika hanya aku yang datang, apa kau bisa menunggu saja?" Neko kembali menatap.
Felix terdiam sebentar, dia juga khawatir jika Neko akan di sakiti lagi oleh Cher, dengan berat hati, dia menghela napas. "Baiklah, aku akan menunggu mu.... Tapi, jika ada luka yang terlihat di setiap tubuh mu, aku yang tak akan memaafkan mu..." dia menatap tajam membuat Neko terdiam ragu, lalu berjalan keluar.
--
"Bagaimana dengan pembicaraan nya?" Felix menatap di dekat mobilnya pada Neko yang berjalan mendekat.
"Ini semua baik baik saja.... Soal perusahaan besar itu, apa kau benar benar ingin sekali menguasai nya?" Neko menatap bertanya.
Mendengar pertanyaan itu membuat Felix terdiam lalu tersenyum kecil. "Aku sudah bilang padamu, jika aku mendapatkan perusahaan itu, aku tak akan punya waktu bersama mu, jadi mungkin, cukup ini saja kesibukan ku... Untuk sementara, kita bisa keluar masuk tanpa larangan di daerah sini...." kata Felix membuat Neko yang mendengarnya menjadi tersenyum kecil dan menghela napas lega. "Yah... Ini semua sudah selesai..." ia mengelus perutnya dengan senyuman manis di wajahnya membuat Felix juga ikut tersenyum menatapnya. "(Kupikir, dia bisa menjadi Gadis yang paling bahagia di dunia.)"