Chereads / KURO / Chapter 9 - Sang Dewi Pengobatan

Chapter 9 - Sang Dewi Pengobatan

Sang penguasa kegelapan perlahan mulai menunjukkan seringai kelamnya, merayap pelan menyelimuti seluruh penjuru kediaman dengan selimut kegelapan, membutakan mata mata telanjang yang melihat dunia tanpa penerangan. Bersamaan dengan itu, dua orang pelayan kediaman memasuki ruangan, menyalakan empat buah lentera kristal yang menggantung di beberapa sisi langit langit ruangan, memedarkan kelap kelip cahaya berkilauan dan menerangi seluruh ruangan.

Bangsawan Sima, bangsawan Shin Duk dan juga Lin Tang, mereka bertiga duduk anggun di samping sebuah meja bundar dalam ruangan, setelah beberapa saat tenggelam dalam Isak dan tangisan. Menyadari tidak adanya Chin Chin duduk bersama mereka, pandangan bangsawan Sima sejenak menyapu seluruh ruangan, sebelum akhirnya menanyakan keberadaan Chin Chin kepada dua bangsawan di hadapannya. Akan tetapi, dua bangsawan di hadapannya terlihat tidak tahu harus menjawab apa dan hanya saling berpandangan satu sama lain, padahal bangsawan Sima hanya menanyakan keberadaan salah satu keluarga mereka, tetapi keduanya terlihat seperti sedang ditanya tentang orang lain yang sama sekali tidak mereka kenal sebelumnya.

Mengetahui akan hal itu, dari sosoknya yang terlihat tenang dan anggun seolah tidak menyadari apapun, sorot mata bangsawan Sima samar menunjukkan pertanyaan besar dalam benaknya yang sangat keheranan, dengan semua yang ditunjukkan kedua wanita bangsawan di hadapannya.

Di sisi lain, Nyai Bulan melihat para pelayan di dalam ruangan yang mengetahui kepergian Chin Chin dari ruangan dengan berurai air mata hanya menunduk diam, Nyai Bulan lantas melangkah mendekati meja dan menyampaikan apa yang dilihatnya kepada bangsawan Sima.

Bangsawan Sima menghela nafas panjang dan tertahan, serta tetap tanpa menunjukkan siratan apapun dari wajah anggunnya, dengan lemah lembut ia bertanya kepada bangsawan Shin Duk untuk mengalihkan suasana. "Mbak Yu, apa selama ini kondisi Kangmas Taji sama sekali tidak menunjukkan perkembangan?".

Bangsawan Sin Duk menggeleng, kesedihan tampak menyelimuti wajah cantiknya yg penuh dengan kilau kemewahan. "Saya sudah berupaya dengan berbagai cara yang bisa saya lakukan, Gusti Ayu. Tetapi kondisi Kangmas tidak kunjung membaik, malah kondisinya dari hari ke hari semakin memburuk. Banyak para ahli pengobatan yang pernah saya datangkan untuk menyembuhkan penyakit Kangmas, kebanyakan dari mereka mengatakan tidak bisa menemukan penyakit apa yang diderita oleh Kangmas, lainnya mengatakan penyakit Kangmas adalah penyakit langkah dan belum ada obatnya. Saat ini, saya benar benar sudah tidak tahu lagi apa yang harus saya lakukan, Gusti Ayu. Yang bisa saya lakukan saat ini hanyalah merawat Kangmas dengan sebaik baiknya," Ucapnya sangat putus asa.

Hening sejenak, kebisuan melanda semua orang yang ada dalam ruangan, kesedihan serta keputus asaan sangat terasa menyelimuti seluruh ruangan mewah tersebut.

"Mbakyu sudah coba menemui tuan Mi Chin di kota Beringin? Seperti yang pernah ku sarankan waktu itu. Ketika Mbakyu membawa Kangmas Taji berobat ke rumah sakit kerajaan," Tanya bangsawan Sima memecah keheningan dalam ruangan.

"Maafkan saya Gusti ayu," Balas bangsawan Shin Duk, kemudian menghela napas. "Maafkan saya yang terlalu bingung waktu itu... Juga maafkan saya yang terlalu bodoh, hingga melupakan saran Gusti Ayu. Selain itu, waktu itu banyak juga saran dari keluarga besar, serta para tetua untuk mempertimbangkan beberapa nama ahli pengobatan yang sudah terkenal, saya sungguh bingung, untuk memilih saran mana yang harus saya ambil lebih dulu. Setelah sekian lama, barulah beberapa hari lalu saya teringat kembali akan saran Gusti Ayu. Sungguh, saya tidak bermaksud untuk mengabaikan saran Gusti Ayu". Bangsawan Shin Duk melanjutkan dengan penuh kesedihan, serta raut penyesalan mendalam menghiasi wajah cantiknya yg bertabur kemewahan.

"Tidak apa Mbakyu, aku bisa memahami itu," Balas bangsawan Sima, lantas menghela nafasnya dalam dalam.

Lin Tang, melihat kekecewaan terpancar dari wajah anggun bangsawan Sima, tanpa ada yang meminta, ia menimpali percakapan antara bangsawan Sima dan ibunya. "Gusti Ayu," Ucapnya, disambut bangsawan Sima yang berpaling kepadanya. "Saya pernah bertemu dengan seseorang, dan mendengar orang itu sedang berbicara tentang kehebatan seorang wanita kepada beberapa orang yang ada di pasar, katanya wanita itu sangat hebat dalam mengobati berbagai macam penyakit, hingga orang orang menjulukinya sebagai Dewi Jampi, karena kehebatannya dalam ilmu pengobatan. Tapi, orang itu juga bilang, sangat sulit dan tidak akan bisa dengan mudah untuk mengetahui di mana keberadaan Dewi Jampi, apalagi mengetahui di mana tempat tinggalnya. Dewi Jampi selalu tiba tiba datang begitu saja, setelah selesai mengobati orang, Dewi Jampi langsung pergi entah kemana. Saya menceritakan semua yang telah saya dengar di pasar waktu itu kepada ibu, dan setelah membicarakan dengan keluarga besar dan para tetua, maka kami memutuskan untuk mencari di mana keberadaan Dewi Jampi, dengan mengutus beberapa orang pergi ke berbagai tempat di negeri ini. Selama pencarian, kami menjadi sangat tahu dan yakin pada kehebatan Dewi Jampi dalam ilmu pengobatan, kehebatannya tidak cuma omong kosong belaka, dan telah diakui oleh banyak orang yang pernah kita temui, baik orang orang yang pernah mendapat pengobatan dari Dewi Jampi, maupun orang orang yang pernah menyaksikan Dewi Jampi mengobati keluarga atau teman mereka. Bahkan ada yang pernah bilang, segala macam penyakit pasti akan ketakutan dan lari terbirit birit, setelah penyakit itu melihat Dewi Jampi datang. Jadi, kami berusaha keras untuk bisa menemukannya, apapun serta bagaimanapun caranya, kita harus bisa menemukannya. Dan selama itu juga, kami telah memikirkan berbagai cara untuk menemukan Dewi Jampi, karena kami sangat yakin ia bisa menyembuhkan penyakit romo. Tapi, setelah lama bersusah payah mencari kesana kemari dan berbagai cara telah kita lakukan, kami sama sekali tidak bisa menemukan tanda tanda di mana keberadaan Dewi Jampi. Hingga kami memutuskan untuk berhenti, karena kami sudah tidak tahu kemana lagi akan kita cari, kami sudah coba datang hampir ke seluruh tempat di negeri ini untuk mencarinya. Akhirnya, beberapa hari lalu, ibu menyuruh saya pergi ke kediaman tuan Mi Chin di kota Beringin, setelah ibu teringat saran Gusti Ayu, agar meminta bantuan pada putri bungsu tuan Mi Chin untuk mencoba menyembuhkan penyakit Romo. Sambil menunggu, siapa tahu kita bisa bertemu dengan Dewi Jampi?!". Penuturan panjang Lin Tang melengkapi perkataan ibunya, sedangkan, bangsawan Sima mendengarkan semua perkataan Lin Tang dengan seksama.

"Apa anak itu bersedia?" Tanya bangsawan Sima penasaran.

"Awalnya gadis itu menolak, Gusti Ayu. Setelah dibujuk oleh orang tuanya, akhirnya dia bersedia. Jika tidak ada masalah, besok mereka mungkin sudah tiba di sini".

Sejenak, bangsawan Sima menatap dalam dalam bangsawan Shin Duk serta Lin Tang bergantian, kemudian berkata. "Kalian pasti tidak akan pernah menyangka, Kalau anak itu adalah murid wanita yang kalian panggil Dewi Jampi itu".

Sontak, selain bangsawan Sima dan Nyai Bulan, semua yang hadir di ruangan itu terhenyak, seketika mengangkat kepala masing masing melihat ke arah bangsawan Sima, dengan raut muka masing masing yang memperlihatkan raut muka sangat tidak percaya, pada apa yang telah mereka dengar dari bangsawan Sima. Terlebih lagi bangsawan Shin Duk juga putrinya, kedua mata mereka sedikit melebar, keduanya tampak sama sekali tak menduga akan mendengar sesuatu yang sama sekali tidak mereka sangka sangka, dan sesuatu yang sama sekali tidak mereka perkirakan sebelumnya.

"Begitulah hidup". Bangsawan Sima melanjutkan. Namun ia kembali terdiam sejenak dan menghela nafasnya dalam dalam. mengetahui bangsawan Shin Duk serta Lin Tang masih memandangnya dengan kedua mata sedikit melebar. Lantas kedua bangsawan itu kembali memasang wajah penuh kesedihan yang untuk sesaat telah mereka lupakan, karena mendengar pernyataan bangsawan Sima yang begitu tiba tiba. "Selalu tak terduga dan tidak bisa dikira kira. Kita akan merasa sangat menyukai sebuah pertunjukan sepuluh orang menaiki seekor gajah, dari pada melihat seekor semut yang mengangkat sebutir nasi . Seringkali kita hanya melihat sesuatu yang besar dan mengabaikan yang sepele, bahkan kita seringkali tak peduli, bagaimana jika dari sesuatu yang sepele itu, tersimpan sesuatu yang besar dan juga sangat kita butuhkan. Seringkali kita juga sangat mengagumi, mengikuti bahkan meyakini sesuatu yang sudah terkenal itu sudah pasti hebatnya, sehingga kita mengabaikan yang lemah, yang kecil dan yang muda. Padahal, semua yang berjalan di atas dunia ini berawal dari tidak bisa apa apa dan tidak punya apa apa. Karena kita merasa besar, tinggi, dan terkenal, bisa saja dengan mudah merendahkan kemampuan orang lain, yang bahkan kita sendiri sama sekali tidak mempunyai kemampuan itu". Dengan tutur lembut penuh wibawa, bangsawan Sima mengucapkan semua perkataannya yang sarat akan kebijaksanaan dan falsafah.

Untuk sejenak, bangsawan Sima kembali menghela napas sebelum melanjutkan perkataannya. "Aku mengenal sangat baik dengan kedua orang itu, baik dengan wanita yang dipanggil Dewi Jampi maupun gadis itu sendiri. Aku sudah menjelaskan semua pada Mbakyu ketika berada di kota Beringin waktu itu, dan Mbakyu sendiri juga sudah tahu siapa nama asli dari Dewi Jampi itu".

Selama bangsawan Sima berbicara, tidak ada satupun dari semua yang ada di ruangan itu berani menyela perkataannya, mereka semua terdiam membisu seribu bahasa. Meskipun bangsawan Sima telah menyelesaikan perkataannya dan telah berhenti berbicara, mereka tetap diam membisu tanpa sepatah kata, membuat ruang peristirahatan mewah tersebut kembali dilanda keheningan yang mendalam.

Bangsawan Sima bangkit dari duduk dan melangkah menuju pembaringan bangsawan Taji. Ia berdiri di samping pembaringan, menatap dalam dalam bangsawan Taji yang memutar mata dan menatapnya seolah ingin menyampaikan sebuah harapan yang tidak bisa terucapkan. Sejenak, bangsawan Sima menggenggam lembut tangan bangsawan taji, dan seakan ia memahami harapan yang tersirat dari sorot mata bangsawan Taji, bangsawan Sima lantas mengangguk, sembari menyunggingkan senyum lembut yang membawa berjuta harapan. Hingga pada akhirnya, bangsawan Sima mengajak Nyai Bulan undur diri terlebih dahulu untuk meninggalkan ruangan itu.

Tak lama berselang setelah bangsawan Sima meninggalkan ruangan, seorang pelayan terlihat menyusul keluar meninggalkan ruangan dan melangkah menyusuri koridor yang melintasi taman menuju dapur kediaman. Setibanya pelayan itu di dapur, pelayan itu mendekati salah seorang Kepala Pelayan Dapur, lantas membisikkan sesuatu ke telinga Kepala Pelayan Dapur di depan semua mata penghuni dapur.

Mendengar apa yang dibisikkan di telinganya, sama seperti bangsawan Shin Duk dan juga Lin Tang, Kepala Pelayan itu tersentak, matanya melebar, wajahnya tampak sama sekali tak menduga akan mendengar sesuatu yang sama sekali tidak ia sangka sangka, dan sesuatu yang sama sekali tidak ia perkirakan sebelumnya. Sementara itu, tiap masing masing mata yang ada di dapur, mengetahui akan hal itu menunjukkan berbagai ekspresi wajah yang mencerminkan emosi mereka masing masing, penasaran, sinis, dan kebanyakan terlihat dingin seolah tidak melihat apa apa.