Chereads / KURO / Chapter 7 - Oura

Chapter 7 - Oura

Melihat sesosok tubuh tiba tiba terpelanting dari atas pohon di dekat tempatnya berlatih, sesaat setelah melakukan kombinasi gerakan teknik melempar enam belati sekaligus menggunakan kedua tangan, gadis cantik itu tersentak, sorot matanya tajam penuh kewaspadaan. Akan tetapi, wajah gadis cantik itu seketika berubah merona dan merasa bersalah, ketika menyadari belati yang dilemparkannya semua meleset jauh dari target dan terlempar ke mana mana.

Mengetahui sosok yang terjatuh dari pohon adalah seorang remaja, juga tidak dilihatnya sesuatu yang mengancam dirinya dari anak itu, malah di matanya anak itu terlihat sangat konyol setelah terjatuh dari pohon, dan menyadari salah satu belati yang dilemparkan mungkin telah melukai orang lain serta membuat anak itu terjatuh, gadis cantik itu berlari mendekati Kuro yang terduduk di atas tanah menggosok gosok kepala setelah terpelanting dari atas pohon, bertanya dengan sangat khawatir dan sedikit berteriak. "Apa kau tak apa apa?". Sedangkan, Kuro menatap heran ke arah gadis itu dengan wajah konyolnya.

"Apa kau terluka?". Gadis cantik itu kembali bertanya, setelah berhenti dan berdiri di depan Kuro sembari mengamati seluruh tubuh Kuro dari atas sampai bawah. "Aku minta maaf. Sungguh aku tidak sengaja melakukannya, " Lanjut gadis cantik itu dan terlihat sangat khawatir.

Kuro menggeleng menjelaskan kondisinya, lantas merubah duduknya menjadi bersila. "Apa Kakak berlatih sendirian?". Kuro bertanya setelah melihat tidak ada orang lain lagi di tempat itu.

Mendadak, gadis cantik itu mengernyitkan dahi. ia menatap Kuro dengan tajam, gerak tubuh dan wajahnya terlihat kembali waspada, seolah ia sedang mencurigai sesuatu. "Bagaimana kau bisa tau aku sedang berlatih? Apa kau sedang memata mataiku?!". Tanya gadis cantik itu penuh rasa curiga.

Mendapat tuduhan tiba tiba dari gadis di hadapannya yang baru kali ini di lihatnya, alis Kuro sedikit terangkat, mata birunya sedikit melebar, lalu menyeringai dan menunjuk sendiri hidungnya dengan wajah konyol yang kebingungan. "Aku?!". Ia tak percaya, jika gadis itu akan menuduh dirinya memata matai latihannya, ini seperti gadis itu telah membuatnya jatuh, dan setelah jatuh ia ditimpa tangga oleh gadis cantik itu.

"Kalau kau tidak memata matai, lalu kenapa kau sembunyi di atas pohon dekat tempat latihanku?".

"Kenapa juga aku harus memata matai latihanmu?!". Kuro melingkarkan kedua tangan di depan dada sembari membuang muka, menjawab pertanyaan gadis cantik itu dengan acuh dan terdengar sarkastik. "Aku dari tadi tidur di sana, sampai aku kembali terbangun karena mendengar suara teriakanmu yang sangat berisik". Kuro melanjutkan sambil menunjuk ke atas pohon dimana sebelumnya ia berbaring.

Gadis itu terdiam dan tampak berfikir sejenak. "Benarkah?!" Ucapnya kemudian. Dan Kuro mengangkat bahu acuh tak acuh.

Mendadak, gadis cantik itu menjadi salah tingkah, ia juga tampak merasa bersalah, dan untuk beberapa saat, ia memperhatikan dengan seksama penampilan Kuro yang duduk bersila di bawahnya, sorot matanya menunjukkan jika ia sedang mencoba mencari tahu, serta mencoba memahami sesuatu dari penampilan Kuro. Meskipun Kuro terlihat sangat konyol, tapi ia tampak sangat tenang, tidak seperti anak lain yang pernah ditemuinya. Terlepas dari itu semua, gadis itu juga melihat tidak ada sedikitpun luka di tubuh Kuro setelah terjatuh dari atas pohon, bahkan sedikit memar pun tidak.

Melihat gadis cantik di hadapannya yang memperhatikan dirinya seolah ingin menelanjangi, membuat Kuro kembali bingung dan bertanya tanya dibuatnya, apa ada yang salah dengan dirinya, celingak celinguk melihat diri sendiri dengan wajah konyol. Dan belum lagi sempat Kuro berkata kata, gadis itu kembali melontarkan pertanyaan yang sama sekali tidak ia mengerti. "Ngomong ngomong, apa kau seorang Hasibu?".

"Hasibu?!" Sahut Kuro, bingung, lagi lagi ia mendengar sebuah kata yang sangat asing terdengar di telinganya.

"Hasibu...!? Itu...!? Orang yang mampu mengendalikan Oura!?". Gadis itu keheranan dan berkata dengan memberi penekanan pada perkataannya. "Kau tidak tahu itu?!". Dan Kuro menggeleng, ia memang benar benar sama sekali tidak tahu.

"Jangan jangan?! Kau juga tidak tahu apa itu Oura?!". Gadis cantik itu dengan sedikit ragu melanjutkan, takut jika Kuro hanya berpura pura tidak tahu.

Kuro tak menjawab, ia hanya menyeringai konyol sambil menggaruk garuk belakang kepala dengan tangan kanan, yang sangat menunjukkan pada gadis cantik itu bahwa ia juga tidak tahu.

Tanpa diduga, gadis itu dengan sukarela dan penuh percaya diri menjelaskan apa yang diketahuinya tentang Oura kepada Kuro. "Oura itu energi inti kehidupan, energi yang bisa dikendalikan dan digunakan untuk meningkatkan kekuatan fisik, menciptakan kekuatan energi yang bersifat aktif, ataupun mengendalikan unsur unsur elemen seperti yang tercipta di alam, misalnya air, angin, api, tanah dan lain lain. Kau tidak tahu itu?!".

Kuro diam dan tak menjawab, setelah mendengar penjelasan singkat gadis cantik itu, ia terlihat sedang mencoba memikirkan sesuatu.

"kau benar benar tidak tahu?". Gadis itu kembali bertanya untuk meyakinkan dirinya.

Kuro mengangguk, seperti balita yang mengangguk ketika ibunya sedang menawarkan makan.

"Aku lihat dari pakaianmu, Kukira kau bisa mengendalikan Oura. Ternyata!...". Gerutu gadis itu karena telah salah menerka dan terkesan sarkastik. "Baiklah... Karena kau tidak apa apa, aku akan pergi dulu," Lanjutnya, sebelum berbalik dan melangkah pergi sambil melambaikan punggung tangan kanannya ke arah Kuro, dan berkata. "Maafkan aku!".

Kuro menatap punggung gadis cantik itu yang melangkah pergi meninggalkan dirinya, tanpa lagi ia sempat berkata ataupun bertanya, gadis itu sudah berlalu begitu saja. Namun, dalam benaknya ia berkata dan mulai memahami perkataan gadis cantik tersebut. "Jadi energi yang itu namanya Oura. Kenapa kakek tidak pernah bilang padaku, dan hanya mengatakan padaku jika itu adalah energi murni!?".

Kuro tetap menatap gadis cantik itu yang terus melangkah semakin menjauh meninggalkan dirinya, hingga bayangan gadis itu lenyap ditelan barisan pepohonan hutan yang semakin jauh, barisan pohon pohon itu semakin terlihat saling berhimpitan satu sama lain. Kuro lalu bangkit, hendak kembali melenting ke atas dahan pohon besar di atasnya untuk kembali berbaring, namun, mata birunya menangkap sebilah belati tergeletak di bawah pohon tak jauh dari tempatnya berdiri. Ia melangkah menuju tempat belati tersebut tergeletak dan mengambilnya dari atas tanah. Sejenak, Kuro mengamati belati tersebut yang terlihat masih sangat baru dan bahannya juga terlihat bagus, lalu ia menyeringai konyol dan bergumam. "Lumayan, harganya pasti cukup mahal jika di jual". Lantas, ia mengamati sekitar tempat gadis cantik itu tadi berlatih, dan di sana ia menemukan beberapa belati lain yang tergeletak di beberapa tempat.

Kuro kembali dan melenting ke atas dahan pohon tempat tadi ia berbaring, duduk bersandar pada batang besar dahan pohon di belakangnya. Ia kembali mengamati dan sesekali memainkan sebilah belati yang masih digenggamnya, dengan teknik gerakan dan keahlian menggunakan belati yang ia kuasai. Tiba tiba! Melintas di benaknya perkataan gadis tadi yang mengatakan tentang sebuah energi inti kehidupan dan menyebutnya dengan sebutan Oura. Seketika ia merenung, pikirannya kembali ke masa lalu, kembali ke masa dimana ia baru berusia enam tahun, masa dimana untuk pertama kalinya ia mulai berkultivasi dan melatih mengendalikan Oura yang sang Kakek sebut sebagai energi murni, serta untuk pertama kalinya ia melatih keahlian dan kekuatan fisik bersama sang Kakek.

Kala itu; Kuro kecil tengah duduk bersila di hadapan sang Kakek yang mengenakan baju serba putih, rambutnya yang panjang terurai sepunggung, dengan alis, kumis, serta jenggot panjangnya yang kesemuanya putih, membingkai dan menghiasi wajah tua sang Kakek yang terlihat sangat tenang dan bijaksana, di atas sebuah batu besar yang ada di tepi telaga sore. Dengan menunjukkan kepatuhan yang terpancar dari wajah kecilnya yang sangat menggemaskan, juga mata birunya yang bulat berbinar antusias, Kuro kecil mendengar dan memperhatikan dengan seksama semua perkataan yang diucapkan oleh sang Kakek.

"Sekarang kau sudah genap berumur enam tahun. Seperti yang pernah kau inginkan pada Kakek waktu itu, kini sudah tiba saatnya Kakek menepati janji Kakek. Mulai hari ini, Kakek akan mengajarimu mengendalikan dan menggunakan energi murni. Apa sekarang kau siap untuk mulai berlatih meningkatkan energi murni yang kau miliki?". Dan Kuro kecil menganggukan kepala dengan sangat bersemangat.

"Tapi, sebelum kau mulai, ada hal dasar yang perlu kau ketahui. Selain memiliki energi fisik yang digunakan untuk bergerak dan melakukan pekerjaan lain, tiap orang memiliki energi murni yang bersumber di kepala, dan mengalir ke seluruh titik titik yang ada di sekujur tubuh. Berbeda dengan energi fisik yang jika dilatih kau akan mempunyai tenaga besar yang dapat terlihat di tubuhmu, seperti menjadi kekar, tidak mudah capek, dan lain lain. Jika energi murni dilatih dan di kendalikan, kau tidak hanya bisa memiliki kekuatan fisik yang luar biasa, tetapi kau juga akan memiliki keahlian luar biasa dalam menggunakan kekuatan elemen. Selain kau akan bisa meningkatkan kekuatan fisikmu berkali kali lipat, kau juga akan memiliki keahlian dalam mengendalikan kekuatan energi elemen, seperti mengendalikan energi elemen air, api, angin dan lain lain. Merubah bentuk elemen, menggabungkan elemen, bahkan kau akan bisa membuat bentuk dari gabungan beberapa kekuatan elemen sekaligus, sesuai tingkatan kemampuan yang kau miliki serta energi dasar yang membentuk energi murnimu. Tapi, tidak semua orang bisa mengendalikan dan melatih energi ini, juga tidak semua orang mempunyai jumlah energi murni yang sama di dalam tubuhnya dengan orang lain, semua berbeda tergantung silsilah keluarga dan turunan masing masing. Bagi kebanyakan orang, energi murni baik yang bisa melatihnya atau tidak, energi ini secara alami akan menjadi kecerdasan bagi pemiliknya. Dengan kata lain, energi murni ini juga bisa dikatakan sebagai ilmu pengetahuan".

Sang Kakek diam sejenak untuk menghela nafas, sebelum kembali berkata dan melanjutkan penjelasan singkatnya. "Meskipun begitu, antara energi fisik dan energi murni adalah energi inti kehidupan dan harus selalu bersinergi antara satu sama lain. Selain energi murni yang ada di dalam dirimu, di dunia ini ada berbagai jenis energi murni yang mempunyai kekuatan sangat besar dan mengerikan, seperti energi murni yang dimiliki oleh makhluk mistis, serta jumlah energi murni yang tak terbatas dalam alam semesta. Karena sekarang kau baru akan mulai berlatih dasar mengendalikan energi murni, Kakek akan jelaskan semua itu kepadamu nanti. Sekarang, pertama tama yang harus kau lakukan adalah berlatih merasakan energi murni yang ada dalam dirimu! Kau siap?".

"Ehm...". Kuro kecil mengangguk, akan tetapi, wajah imutnya yang menggemaskan terlihat ragu, lantas bertanya. "Bagaimana aku harus melakukannya? Kek".

"Kau harus bersemedi, dan berkonsentrasi untuk merasakan energi murni yang ada dalam dirimu! Jangan khawatir! Kakek akan mendampingi dan membimbingmu. Tapi ingat, ketika kau bersemedi dan merasakan tubuhmu menjadi lemah atau terasa capek, kau harus berhenti! Kau tidak boleh memaksakan tubuhmu lebih dari itu! Apa kau sudah paham!".

Kuro kecil kembali mengangguk. Lantas memutar duduknya yang bersila menghadap telaga sore, meletakkan kedua tangan menengadah di atas kedua lutut, dengan kedua ujung ibu jari dan jari tengah saling menempel, lalu kedua matanya terpejam. Tiba tiba!

Kuro kembali tersadar, mmata birunya menatap belati yang masih di genggamnya, kemudian memasukkan belati tersebut ke dalam kantong kecil di pinggangnya.

Setelah beberapa saat, seperti yang telah dipesan Kuro kepada San sebelumnya, San kembali ke tempat itu memberitahu Kuro agar segera kembali ke dalam rombongan, karena rombongan akan segera melanjutkan perjalanan.