Bagian 1
Pagi itu, matahari baru saja mulai naik ketika Louis dan Darius memulai perjalanan mereka menuju hutan di dekat Eldoria. Hutan itu terkenal dengan berbagai jenis tanaman obat yang tumbuh di dalamnya, tetapi juga dikenal berbahaya karena ditanami oleh berbagaimakhluk pembohong. Mereka berjalan dengan langkah cepat dan penuh semangat, menikmati pemandangan alam di sekitar mereka.
"Kita harus mencari tanaman dengan daun berwarna ungu tua dan bunga berwarna kuning cerah," kata Louis sambil membaca deskripsi dari gulungan misi.
Darius mengangguk. "Itu adalah tanaman Lumania. Katanya, tanaman itu sangat langka dan sulit ditemukan, tetapi nilai jualnya sangat tinggi di pasar obat."
Mereka memasuki hutan dan mulai mencari dengan seksama. Suasana hutan terasa damai, dengan suara burung berkicau dan angin yang berhembus lembut. Louis dan Darius bergerak dengan hati-hati, memastikan tidak melewatkan tanda-tanda kehadiran tanaman Lumania.
Setelah beberapa saat mencari, Louis akhirnya melihat sesuatu yang mencuri perhatiannya. "Darius, lihat ini!" serunya sambil menunjuk ke sebuah semak yang tumbuh di antara pepohonan besar.
Mereka mendekati semak itu dan menemukan beberapa tanaman Lumania yang tumbuh subur. Daun-daunnya berwarna ungu tua dan bunga-bunganya yang kuning cerah tampak bersinar di bawah sinar matahari yang menembus celah-celah daun.
"Luar biasa! Kita berhasil menemukannya!" kata Darius dengan wajah berseri-seri.
Mereka dengan hati-hati memetik tanaman Lumania, memastikan tidak merusaknya. Setelah menghabiskan waktu yang cukup lama, mereka berhasil mengumpulkan cukup banyak tanaman untuk memenuhi permintaan dalam misi pertama mereka sebagai petualang resmi.
"Ini adalah hasil yang bagus," kata Louis sambil mengamati tanaman-tanaman yang mereka kumpulkan. "Kita harus kembali ke guild untuk melaporkan keberhasilan kita."
Mereka segera memulai perjalanan kembali ke Eldoria dengan hati yang penuh kegembiraan. Di sepanjang jalan, mereka berbicara tentang rencana mereka di masa depan dan misi-misi yang lebih menantang yang ingin mereka coba.
Ketika mereka tiba di guild petualang Eldoria, mereka melaporkan keberhasilan misi mereka kepada petugas guild. Petugas tersebut memeriksa tanaman Lumania yang mereka bawa dan memberikan pujian atas kerja keras mereka.
"Kerja bagus, kalian berdua," kata petugas dengan senyuman. "Kalian telah membuktikan diri sebagai petualang yang handal. Berikut ini adalah keinginan untuk misi kalian."
Louis dan Darius menyambut pesta mereka dengan rasa bangga. Mereka merasa bahwa usaha dan latihan mereka selama ini telah membuahkan hasil yang memuaskan.
"Kita berhasil, Louis," kata Darius sambil melihat koin emas yang mereka terima.
"Ini baru dimulai, Darius," jawab Louis dengan senyum penuh harapan. "Masih banyak petualangan yang menunggu kita."
Dengan hati yang penuh semangat, mereka memutuskan untuk merayakan keberhasilan mereka dengan makan malam di salah satu kedai terdekat. Malam itu, mereka menikmati hidangan lezat dan berbicara tentang impian dan rencana mereka di masa depan.
Louis dan Darius tahu bahwa perjalanan mereka sebagai petualang baru saja dimulai. Dengan Arah dari guild petualang Eldoria dan semangat yang tak pernah padam, mereka yakin dapat menghadapi segala tantangan yang ada di depan. Mereka siap menjelajahi dunia, menemukan petualangan baru, dan menulis nama mereka dalam sejarah sebagai petualang hebat yang pernah ada.
Malam itu, setelah merayakan keberhasilan mereka dengan makan malam di kedai, Louis dan Darius memutuskan untuk berjalan-jalan di kota Eldoria. Mereka menikmati suasana malam kota yang ramai dengan lampu-lampu berkilauan dan orang-orang yang bergerak dengan kesibukan masing-masing. Ketika mereka berjalan di sepanjang jalan utama, mereka melihat sebuah bangunan besar dengan papan bertuliskan "Perpustakaan Eldoria."
"Hei, bukankah itu perpustakaan yang terkenal di sini? Ayo kita lihat," ajak Louis.
Darius mengangguk dan mereka berdua melangkah masuk. Di dalam, mereka disambut oleh suasana yang tenang dan damai, dengan rak-rak buku yang menjulang tinggi dan para pembaca yang duduk di meja-meja kayu, tenggelam dalam buku mereka.
Saat mereka berjalan-jalan di antara rak-rak buku, mereka melihat sosok yang familiar. Sylphia, saudara Alice yang memiliki ketertarikan dengan sihir, sedang duduk di salah satu meja, dikelilingi oleh buku-buku tebal tentang sihir.
"Sylphia?" panggil Louis dengan suara pelan.
Sylphia mendongak dari bukunya dan tersenyum ketika melihat mereka. "Louis, Darius! Apa yang kalian lakukan di sini?"
"Kami baru saja menyelesaikan misi pertama kami sebagai anggota guild petualang," jawab Darius dengan bangga.
Sylphia tampak terkesan. "Wow, kedengarannya keren! Aku senang mendengarnya. Aku sendiri sedang mempelajari beberapa mantra baru di perpustakaan ini. Eldoria memiliki koleksi buku sihir yang sangat lengkap. Aku datang ke kota ini tempo hari dengan menumpang pengembara yang kebetulan akan melewati kota ini."
Mereka duduk bersama di meja Sylphia dan mulai berbincang-bincang. Louis dan Darius menceritakan pengalaman mereka dalam berburu serigala berapi dan misi pertama mereka di guild. Sylphia, di sisi lain, berbagi tentang kemajuannya dalam mempelajari berbagai mantra dan teori sihir.
"Aku merasa sudah memahami banyak hal dari buku-buku ini, tapi aku belum tahu bagaimana cara menguji kemampuanku," kata Sylphia dengan sedikit cemas. "Teori sihir sangat kompleks dan saya ingin memastikan bahwa saya bisa menerapkannya dengan baik."
Louis berpikir sejenak dan kemudian tersenyum. "Bagaimana kalau kamu bergabung dengan regu petualang kami? Dengan begitu, kamu bisa menguji kemampuan sihirmu dalam situasi nyata. Kami bisa saling membantu dan belajar bersama."
Darius mengangguk, "Itu ide yang bagus. Dengan keahlianmu dalam sihir, kita akan menjadi tim yang lebih kuat. Kita bisa menghadapi misi-misi yang lebih sulit dan berbahaya."
Sylphia tampak ragu-ragu pada saat itu, tetapi kemudian matanya bersinar dengan tekad. "Baiklah, aku akan melakukannya. Aku ingin menguji kemampuanku dan melihat sejauh mana aku bisa melakukannya." Mereka pun pergi ke guild petualang untuk mendaftarkan Sylphia.
Mereka bertiga pun menuju guild petualang Eldoria. Malam itu, meskipun sudah larut, guild masih ramai dengan petualang yang berdiskusi dan merencanakan misi mereka. Sylphia formulir pendaftaran dengan bantuan Louis dan Darius, mencantumkan keahliannya dalam sihir sebagai spesialisasinya.
Petugas guild memeriksa formulir Sylphia dengan teliti, kemudian ia diminta meletakkan tangannya ke sebuah artefak untuk mengukur seberapa besar daya sihir yang dimilikinya. Setelah itu, Sylphia diantar menuju tempat ujian petualang. Di sana ia menunjukkan bakat sihirnya yang telah ia dalami. Selesai menjalani ujian yang sangat menantang, akhirnya ia dinyatakan lolos dengan peringkat C. "Selamat, Sylphia. Kamu sekarang adalah anggota resmi guild petualang. Ini adalah kartu keanggotaanmu."
Sylphia menerima kartu tersebut dengan perasaan bangga dan gembira. "Terima kasih. Aku tidak sabar untuk memulai petualanganku bersama kalian."
Louis dan Darius tersenyum lebar. "Sekarang kita adalah tim yang lengkap," kata Louis. "Kita sekarang memiliki ahli pedang, pemanah, dan penyihir, seperti regu petualang pada umumnya. Mulai sekarang kita bisa menghadapi apa pun yang ada di depan."
Malam itu, mereka merencanakan langkah selanjutnya. Mereka memutuskan untuk memulai dengan misi yang melibatkan kombinasi kemampuan mereka, sehingga Sylphia dapat menguji kemampuannya dalam sihir sambil bekerja sama dengan Louis dan Darius. Tak lupa, Sylphia juga membeli pakaian khas ala penyihir, seperti jubah, tongkat, dan topi lebar dengan bagian atas yang runcing.
Bagian 2
Keesokan paginya, mereka kembali ke papan misi di guild dan memilih misi yang sesuai. Misi tersebut melibatkan penyelidikan sebuah gua yang konon dihuni oleh makhluk magis yang kuat. Mereka segera mempersiapkan diri dan berangkat menuju gua tersebut dengan semangat baru.
Saat mereka mendekati gua, Sylphia merasakan getaran sihir yang kuat di sekitarnya. "Ada sesuatu yang kuat di dalam sana," kata Sylphia dengan suara serius. "Kita harus berhati-hati."
Louis mengangguk. "Kali ini kita akan mengandalkan kemampuan sihirmu, Sylphia. Bersiaplah."
Mereka memasuki gua dengan hati-hati, bergerak dengan formasi yang sudah mereka rencanakan. Louis berada di depan dengan pedang siap, Darius di belakang dengan busurnya, dan Sylphia di tengah dengan tangan yang sudah siap melantunkan mantra.
Di dalam gua, mereka menghadapi berbagai makhluk ajaib yang mencoba menghalangi jalan mereka. Sylphia menunjukkan keahliannya dengan mengeluarkan mantra-mantra yang kuat, menghancurkan makhluk-makhluk tersebut dengan sihirnya. Louis dan Darius bekerja sama dengan baik, melindungi Sylphia dan menyerang musuh dengan koordinasi yang sempurna.
Akhirnya, mereka mencapai bagian terdalam gua, di mana mereka menemukan makhluk magis yang kuat. Dengan keberanian dan kerjasama yang solid, mereka berhasil mengalahkan makhluk tersebut dan mengumpulkan bahan-bahan berharga yang dibutuhkannya.
Setelah menyelesaikan misi mereka, mereka kembali ke guild petualang Eldoria dengan perasaan bangga dan puas. Sylphia merasa bahwa dia telah membuktikan kemampuannya, dan Louis serta Darius senang melihat tim mereka berkembang menjadi lebih kuat.
Di guild, mereka melaporkan keberhasilan mereka dan menerima integritas yang layak. Petualangan pertama mereka sebagai tim yang lengkap memberikan kepercayaan diri mereka untuk menghadapi misi-misi yang lebih besar dan tantangan di masa depan.
Malam itu, mereka mencari tempat untuk beristirahat. Mereka mendatangi sebuah penginapan yang menyediakan makanan dan tempat untuk menginap. Sembari memesan makan malam, mereka merencanakan petualangan berikutnya, merencanakan misi-misi yang lebih menantang untuk menguji kemampuan mereka. Mereka ingin memastikan bahwa mereka siap menghadapi segala rintangan yang mungkin mereka temui.
Pagi berikutnya, mereka bangun dengan semangat dan rasa yang penuh antusias. Setelah sarapan, mereka kembali ke guild untuk memilih misi baru. Di papan misi, mereka melihat sebuah misi yang menarik perhatian mereka. Misi tersebut melibatkan eksplorasi sebuah habitat kuno yang baru ditemukan di dalam hutan yang dikenal sebagai Hutan Gelap. Reruntuhan ini konon menyimpan artefak magis yang sangat berharga, tetapi juga dilindungi oleh berbagai jebakan dan makhluk magis.
Louis mengambil gulungan misi dan membaca dengan seksama. "Ini diungkapkan sangat cocok untuk kita. Kita akan menggunakan keterampilan bertarung kita dan sihir Sylphia untuk mengatasi jebakan dan makhluk-makhluk di dalam pelestarian."
Darius mengangguk, "Saya setuju. Ini akan menjadi tantangan besar, tetapi juga peluang besar untuk membuktikan kemampuan kita."
Sylphia tampak bersemangat. "Saya selalu tertarik dengan biara kuno dan artefak magis. Ini akan menjadi kesempatan bagus untuk mempelajari lebih banyak tentang sihir kuno."
Setelah mendaftar untuk misi tersebut, mereka segera mempersiapkan diri. Mereka membeli perlengkapan yang diperlukan, seperti makanan, udara, dan peralatan pendukung seperti tali, obor, dan alat untuk mendeteksi jebakan. Setelah semua persiapan selesai, mereka memulai perjalanan menuju Hutan Gelap.
Hutan Gelap adalah tempat yang penuh misteri. Pepohonan besar dan lebat menutupi langit, membuat hutan selalu tampak gelap meskipun di siang hari. Kabut tipis berbentuk jalan setapak, menambah kesan marah di tempat itu. Namun, Louis, Darius, dan Sylphia tidak gentar. Mereka terus melangkah dengan hati-hati, memastikan tetap berada di jalur yang benar.
Setelah cukup lama berjalan, mereka akhirnya tiba di depan kuno. Reruntuhan itu tersembunyi di balik pepohonan besar dan ditutupi oleh tanaman merambat. Pintu masuknya berupa lengkungan batu besar yang setengah runtuh, dan di atasnya terdapat ukiran-ukiran kuno yang tidak dapat mereka pahami.
"Ini dia, habitat yang kita cari," kata Louis dengan mata bersinar. "Kita harus sangat berhati-hati di dalam. Ada kemungkinan banyak jebakan dan makhluk yang menjaga artefak."
Mereka memasukinya dengan hati-hati. Di dalam, suasana semakin gelap dan dingin. Dinding-dinding batu ditutupi oleh lumut, dan lantai yang pijaknya terasa licin. Sylphia menyalakan obor dengan mantra kecil, memberikan cahaya yang cukup untuk mencapai jalan mereka.
Saat mereka berjalan lebih dalam, mereka mulai menemukan berbagai jebakan. Ada lantai yang runtuh secara tiba-tiba, panah yang keluar dari dinding, dan gas beracun yang tersembunyi di beberapa ruangan. Berkat latihan dan pengalaman mereka, Louis dan Darius bisa menghindari jebakan-jebakan tersebut dengan cekatan, sementara Sylphia menggunakan sihirnya untuk mendeteksi dan menonaktifkan jebakan-jebakan magis.
Setelah beberapa saat, mereka mencapai ruangan besar di pusat hiburan. Di tengah ruangan terdapat sebuah altar kuno yang dihiasi dengan berbagai simbol sihir. Di atas altar, terdapat sebuah artefak yang tampak bersinar dengan cahaya magis. Artefak itu berupa bola kristal yang memancarkan cahaya biru lembut.
"Inilah yang kita cari," kata Sylphia dengan mata bersinar. "Bola kristal ini nampaknya sangat kuat. Aku bisa merasakan energi magis yang mengalir darinya."
Namun, saat mereka mendekati altar, mereka diserang oleh sekelompok makhluk magis yang muncul dari bayangan. Makhluk-makhluk itu berbentuk seperti bayangan gelap dengan mata merah menyala dan cakar yang tajam. Mereka bergerak dengan cepat dan menyerang tanpa ampun.
Louis segera menghunus pedangnya dan melompat ke depan untuk menghadapi makhluk-makhluk tersebut. Darius menyiapkan busurnya dan mulai menembakkan panah dengan akurasi yang luar biasa. Sylphia berdiri di belakang mereka, melantunkan mantra untuk melindungi teman-temannya dan menyerang makhluk-makhluk itu dengan sihir api dan petir.
Louis, Darius, dan Sylphia bertahan dengan susah payah dalam pertarungan melawan makhluk-makhluk bayangan yang terus menyerang mereka dengan kecepatan dan kekuatan yang dahsyat. Meskipun mereka bertarung dengan sejumlah kemampuan, tampaknya makhluk-makhluk itu semakin mendesak dan sulit dikalahkan.
Tiba-tiba, dalam kilatan cahaya biru, seseorang muncul di tengah pertempuran. Rupanya itu adalah Aria, seorang elf yang pernah mereka temui sebelumnya. Dengan mantel hijau dan tongkat sihir yang berkilauan, Aria dengan cepat melompat ke tengah-tengah pertempuran.
"Apa yang kalian lakukan di sini? Tempat ini berbahaya!" ucap Aria nada tinggi. Dengan gerakan cepat, ia melepaskan serangkaian mantra sihir yang membuat makhluk-makhluk bayangan itu terdiam dan kemudian hancur berkeping-keping.
Louis, Darius, dan Sylphia tercengang melihat keahlian Aria. Mereka pernah mendengar tentang reputasinya sebagai petualang kelas S yang telah menaklukkan berbagai monster dan makhluk-makhluk kuat di seluruh daratan.
"Aria!" seru Louis, menyambutnya dengan senyuman lega. "Terima kasih telah datang tepat waktu." Lanjutnya.
"Kalian tampaknya dalam perjalanan yang cukup berisiko. Lain kali, jangan sembarangan mengambil misi! Ambillah misi sesuai dengan kemampuan kalian, misi yang kalian lihat dengan imbalan yang luar biasa pasti juga ada resiko besar dibaliknya." Tegas Aria.
Mereka pun terdiam dan menundukkan kepala, merenungi kecerobohan mereka yang hampir membuat mereka celaka.
Louis meratapi kecerobohannya yang hampir membuatnya dan rekan-rekannya celaka. "Maafkan aku, Darius, Sylphia. Ini terjadi karena kecerobohanku yang membuat keputusan tanpa berfikir panjang."
Darius pun kembali menyemangati Louis. "Kita adalah sahabat, Louis. Apapun yang terjadi, kita akan menghadapi semuanya bersama-sama!" Katanya sambil tersenyum.
Sylphia juga menenangkan Louis. "Tak apa Louis, yang namanya pemula pasti wajar jika berbuat kesalahan. Aku sendiri pun pernah hampir menghancurkan rumahku ketika mencoba sihir."
Setelah ditenangkan teman-temannya, Louis pun menjadi kembali bersemangat. "Terima kasih teman-teman. Aku akan selalu mengingat itu."
Aria tersenyum. "Ya sudahlah, yang penting kalian semua selamat. Lain kali kalian harus berhati-hati. Anggota regu juga harus aktif dalam memberikan saran supaya ketua regu tidak bertindak ceroboh dalam membuat keputusan. Baiklah, dari sini aku yang memimpin."
Mereka pun mencari tempat duduk di dekat altar yang aman dari ancaman. Aria menjelaskan bahwa dia sedang melacak artefak kuno yang hilang di dalam reruntuhan ini, dan kebetulan bertemu dengan mereka dalam perjalanannya.
Setelah itu, mereka semua duduk untuk berbicara tentang misi mereka. Aria berbagi informasi tentang artefak yang dicarinya dan bagaimana reruntuhan ini mungkin menyimpan lebih banyak rahasia daripada yang mereka ketahui. Mereka berdiskusi tentang langkah selanjutnya dalam eksplorasi dan bagaimana mereka bisa bekerja sama untuk menghadapi sesuatu yang menunggu mereka di depan sana.
Setelah mengatasi berbagai rintangan dan bahaya di dalam reruntuhan, Louis, Darius, Sylphia, dan Aria bekerja sama dengan sangat baik sebagai tim. Mereka menggunakan keterampilan bertarung, sihir, dan strategi untuk mengalahkan setiap tantangan yang muncul di depan mereka.
Akhirnya, setelah menjelajahi setiap ruangan dan mengatasi berbagai jebakan, mereka menemukan ruangan tersembunyi di dalam reruntuhan. Di tengah ruangan itu, terletak sebuah altar kuno yang dihiasi dengan simbol-simbol aneh. Di atas altar, terdapat bola kristal bercahaya biru yang mereka cari.
Dengan hati-hati, mereka mengambil artefak itu, merasa energi magisnya mengalir melalui tangan mereka. Ini adalah artefak kuno yang diyakini memiliki kekuatan besar dan nilai sejarah yang tinggi. Dengan berhasilnya misi mereka, mereka merasa lega dan bangga atas pencapaian mereka sebagai tim.
Setelah itu, mereka kembali ke Guild Eldoria dengan artefak tersebut untuk melaporkan keberhasilan mereka kepada guildmaster.
Di tengah perjalanan, Louis menanyakan kepada Aria tentang regu petualangnya yang dulu. Aria tersenyum kecut sebelum menjawab, mengingat masa lalu yang penuh dengan pengalaman dan kenangan.
"Reguku dulu terdiri dari tiga petualang kelas S dan tiga petualang kelas A," kata Aria dengan suara yang sedikit terdengar nostalgia. "Kami adalah tim yang solid dan kuat, siap menghadapi berbagai ancaman di mana pun kami pergi."
"Apa yang terjadi dengan mereka?" tanya Louis dengan rasa ingin tahu yang besar.
Aria menghela nafas. "Setelah beberapa waktu, anggota-anggota regu kami mulai berpencar. Ada yang menemukan cinta dan memilih untuk menikah serta membentuk keluarga. Ada yang memutuskan untuk kembali ke kampung halaman mereka untuk menjalani kehidupan yang lebih tenang. Dan ada juga yang akhirnya bergabung dengan kesatria kerajaan untuk mengabdi kepada negara."
Louis dan teman-temannya mendengarkan dengan seksama. Mereka bisa merasakan betapa pentingnya pengalaman tersebut bagi Aria, dan bagaimana ia merindukan masa-masa bersama regunya yang dulu.
"Namun, ada satu anggota regu kami yang terkadang masih menjalankan misi bersamaku," lanjut Aria. "Dia adalah Arlan, ketua regu kami. Arlan adalah pendekar pedang yang luar biasa, dengan keahlian bertarung yang tidak bisa disamai. Meskipun dia sekarang lebih banyak berada di kampung halamannya, dia selalu siap membantu jika dibutuhkan."
Louis mengangguk mengerti. "Kamu pasti memiliki kenangan yang luar biasa bersama mereka."
"Aku sangat beruntung bisa berpetualang bersama mereka," jawab Aria dengan senyum lembut. "Setiap pengalaman kami mengajariku banyak hal, baik tentang dunia luar maupun tentang diri sendiri."
Bagian 3
Sementara di desa Gatewood, matahari senja mulai terbenam di balik perbukitan, memancarkan cahaya jingga yang hangat di atas desa. Griselda, salah satu kesatria terbaik kerajaan yang sekarang ditugaskan menjaga keamanan desa ini, sedang mengasah kemampuannya dengan berlatih pedang di tengah alun-alun yang sepi. Gerakan pedangnya yang cepat dan tegas menciptakan angin yang berdesir di sekelilingnya.
Dari kejauhan, seorang laki-laki berpakaian serba hitam, dengan pedang sangar di punggungnya, melangkah perlahan mendekati Griselda. Langkahnya tenang namun penuh keyakinan, matanya tertuju pada Griselda yang sedang berlatih. Griselda menghentikan latihannya sejenak saat melihat pria tersebut yang tidak asing baginya. "Arlan?" katanya dengan ekspresi senang menyapa pria itu.
"Griselda!" sapa Arlan dengan suara tenang namun terdengar tegas. "Sudah lama kita tidak bertemu."
Griselda mengangguk, menghapus keringat dari dahinya dengan lengan bajunya. "Apa yang membawamu datang ke sini, Arlan?"
Arlan mendekati Griselda, matanya tajam menatapnya. "Aku datang untuk mencari informasi mengenai sesuatu. Sebuah artefak kuno yang tersembunyi."
Griselda menaikkan alisnya. "Artefak kuno?"
Arlan menghela napas sejenak sebelum melanjutkan. "Selama petualangan terakhirku, aku mendengar desas-desus mengenai artefak itu. Aku yang penasaran pun berkelana untuk mencari petunjuk, hingga akhirnya aku tiba di desa ini dan kebetulan bertemu denganmu. Konon artefak kuno itu memiliki kekuatan besar. Beberapa orang mengatakan artefak itu terkubur di bawah istana kerajaan. Jadi aku pikir mungkin kamu mengetahui sesuatu tentang itu."
Griselda merenung sejenak, mencoba mengingat informasi yang pernah ia dengar tentang artefak kuno. "Aku pernah mendengar desas-desus tentang artefak yang disembunyikan di bawah istana dari beberapa penghuni istana dan orang-orang di ibukota, tapi detailnya sangat sedikit dan sebagian besar dianggap sebagai mitos. Mengapa kamu begitu tertarik pada artefak ini, Arlan?"
Arlan tersenyum samar. "Sebagai seorang petualang, mencari dan melindungi artefak kuno adalah bagian dari misiku. Selain itu, aku merasa ada sesuatu yang lebih besar yang sedang terjadi. Jika artefak ini jatuh ke tangan yang salah, itu bisa membahayakan seluruh kerajaan."
Griselda mengangguk, menyadari situasi yang dibicarakan Arlan. "Baiklah, Arlan. Aku akan membantumu mencari informasi lebih lanjut tentang artefak ini sebisaku. Aku akan mencoba menanyakannya pada orang-orang yang bisa kutemui."
"Terima kasih, Griselda," jawab Arlan dengan tulus. "Aku sangat senang ada yang bisa membantu. Oh ya, Griselda. Bukankah seharusnya kau berada di ibukota?"
Griselda tersenyum tipis dan mengangguk. Kemudian ia menceritakan beberapa waktu lalu yang membuatnya berada di sini sekarang. "Benar, sebelumnya aku memang bertugas di ibukota. Namun beberapa minggu lalu aku ditugaskan ke sini untuk menjaga keamanan desa ini, sekaligus melatih beberapa pendekar pemula. Meski, mereka masih remaja namun semangat mereka membuatku terkesan. Orang-orang di desa ini juga sangat raman dan suka tolong menolong. Kepala desanya pun sangat baik dan tulus, bahkan beliau sempat merewatku ketika aku sakit saat baru tiba di desa ini. Desa ini mengingatkanku ketika aku dirawat oleh ayahku dulu. Sekarang mungkin aku sudah menganggap desa ini sebagai kampung halamanku."
Arlan kagum dan tampak terkesan. "Kedengarannya seperti tempat yang sangat istimewa. Aku juga ingat pertama kali bertemu denganmu, Griselda. Kau selalu memiliki hati yang besar dan perhatian terhadap orang lain. Tidak mengherankan jika kau merasa betah di sini."
Griselda tertawa kecil. "Kau selalu tahu cara membuatku tersenyum, Arlan. Dan kau benar, aku merasa sangat betah di sini. Selain melatih para pemuda desa ini, aku juga merasa mendapatkan kembali semangatku sebagai kesatria. Melihat semangat mereka yang berkobar-kobar dalam berlatih, mengingatkanku pada masa mudaku dulu."
Arlan menatap Griselda dengan rasa hormat. "Mereka beruntung memiliki seorang pelatih sepertimu."
Griselda mengangguk. "Aku harap begitu. Setidaknya, aku ingin memberikan yang terbaik untuk mereka, seperti yang telah diberikan orang lain untukku. Dan karena sekarang makin adanya bahaya yang semakin mendekat, aku ingin mereka siap untuk melindungi desa ini."
"Bahaya?" Arlan bertanya dengan alis terangkat.
Griselda menghela napas. "Belakangan ini, aku mendengar berita tentang gerombolan bandit yang semakin marak di desa-desa di sekitar sini. Memang warga di desa ini belum ada yang menjadi korban, tetapi kehati-hatian adalah hal yang paling penting. Belum lagi jika ada monster yang keluar dari hutan dan menyerang desa. Hal itu bisa saja terjadi, seperti cerita belasan tahun lalu. Itulah mengapa aku melatih para pemuda ini. Aku ingin mereka siap jika sesuatu yang buruk terjadi."
Arlan mengangguk serius. "Kau benar. Tadi pun aku sempat dihadang bandit, namun aku segera memberi mereka pelajaran. Setelah itu bandit-bandit itu kabur, namun aku tak tahu apakah mereka akan kembali melakukan aksinya atau tidak. Oh ya, apakah kau sudah melaporkan hal itu kepada pihak kerajaan?"
"Sudah, tapi aku belum mendapatkan jawaban," jawab Griselda. "Itulah mengapa aku merasa sangat senang dengan kedatanganmu, Arlan. Aku jadi bisa memberitahukan hal ini dan kita bisa melakukan sesuatu untuk mencegah ancaman tersebu."
Arlan menepuk bahu Griselda dengan lembut. "Aku akan melakukan apa yang bisa kubantu."
Malam itu, setelah mereka selesai berbincang dan bercerita tentang masa lalu, suasana di desa Gatewood menjadi semakin hening. Cahaya bulan purnama mencetak jalan-jalan desa yang sepi, memberikan sinar lembut yang memantulkan bayangan-bayangan panjang dari pepohonan dan rumah-rumah di sekitarnya. Arlan berdiri di tepi desa, memandang kembali ke arah Griselda yang masih melambai ke arahnya. Dengan satu Anggukan terakhir, Arlan melangkah pergi, meninggalkan desa Gatewood di belakangnya.
Saat ia melintasi hutan yang gelap, suara-suara malam yang aneh dan gemerisik daun-daun kering terdengar di sekelilingnya. Namun, Arlan tetap waspada dan siap menghadapi apapun yang mungkin muncul dari kegelapan. Ia adalah seorang petualang kelas S, dan bukan adamakhluk yang bisa dengan mudah mengalahkannya.
Selama perjalanan, pikirannya terus-menerus memikirkan pembicaraannya dengan Griselda tentang artefak kuno. Artefak dikatakan memiliki kekuatan besar, dan jika jatuh ke tangan yang salah, bisa menjadi ancaman serius bagi seluruh kerajaan. Arlan tahu bahwa ukiran itu tidak hanya menemukan artefak tersebut, tetapi juga melindunginya dari siapa pun yang berniat buruk.
Setelah berjalan cukup lama, Arlan tiba di tepi hutan. Di pertunangan terbentang jalan yang lebih lebar, menuju ke kota Eldoria. Cahaya lampu-lampu kota yang bersinar dari kedamaian memberikan tanda bahwa ia hampir mencapai tujuan. Arlan tersenyum lega mempercepat langkahnya, berantusias untuk mencapai kota dan mencari informasi lebih lanjut tentang artefak kuno itu.
Ketika ia akhirnya tiba di gerbang kota Eldoria, Arlan disambut oleh pemandangan yang berbeda jauh dari desa Gatewood. Eldoria adalah kota yang hidup dengan aktivitas yang tiada henti. Jalan-kota jalan penuh dengan pedagang, penjaja makanan, dan berbagai macam orang yang sibuk dengan kegiatan mereka. Suasana kota ini sangat kontras dengan ketenangan desa yang baru saja ditinggalkannya.