Seekor naga hitam mengamuk hebat di sebuah desa. Makhluk itu menghancurkan banyak rumah dan membunuh puluhan orang yang tinggal di tempat itu. Seorang kesatria, membawa pedang dan baju zirah dengan kondisi penuh luka berdiri terengah-engah di depan naga itu. Ia pun melakukan serangan kilat ke arah naga itu. Kemudian naga itu pun membalas dengan sabetan ekor yang sangat kuat, kemudian menyemburkan api berwarna ungu gelap yang hampir menghabisi kesatria itu. Sebelum ajalnya datang, kesatria itu mengucapkan sebuah mantra. Seketika keluar portal merah menyala di bawah naga itu, dan rantai raksasa merah menyala mengikat naga itu hingga kesulitan bergerak. Sang kesatria dengan pedangnya menusuk perutnya sendiri, dan luka itu juga terdampak persis pada naga, seketika membuat naga itu mati. Namun, kesatria itu juga ikut gugur karena luka di perutnya.

Beberapa saat kemudian, bala bantuan datang. Ratusan prajurit kerajaan memantau kondisi sekitar, mengevakuasi warga yang selamat. Seorang pimpinan prajurit mendekati tubuh kesatria yang telah tak bernyawa. Pimpinan prajurit itu dengan raut wajah penuh penyesalan membawa jenazah kesatria yang gugur itu ke sebuah pemakaman di dekat desa itu, yang sebelumnya telah dibersihkan setelah serangan naga.