Mereka bertarung dengan penuh keberanian. Dengan nyawa sendiri, mereka memulai pertaruhan di antara menang dan kalah. Namun, seketika semangat mereka tumbang, lantaran musuh yang mendapat bala bantuan.
Melihat bantuan musuh yang telah tiba, Cavalry pun kena mental. Ia lalu memacu kudanya menuju hutan dan meninggalkan pasukan yang dipimpinnya.
"Hei, Caval-- sial, orang itu benar-benar pengecut!!!" kesal Spear ketika melihat Cavalry yang kabur ke arah Hutan.
Di pasukan C, setelah pencarian suara yang mengganggu daun telinganya, akhirnya Ozuza menemukan sumber suara itu. Berdirilah Komandan Pion dengan Zirah penyihir yang ia kenakan.
Zirah penyihir tidak memberi banyak perlindungan layaknya zirah prajurit. Hanya terdiri dari baju besi dibagian dada dan perut yang bertujuan melindungi organ-organ penting. Serta, dibagian tangan dan kaki hanya berupa sebuah kain, yang berfungsi memudahkan para penyihir untuk menghindar saat akan diserang.
"Ozu.. za, kau lama sekali. Aku sudah menunggu dari tadi" sapa Komandan Pion.
Ozuza melirik ke arah pedang Komandan yang berada di sebelah kiri pinggangnya, "Aku kira kau seorang penyihir. Lantas kenapa kau juga membawa pedang?".
Komandan Pion pun berkata, "Aku? Hahaha, senjata ini hanya untuk berjaga-jaga saja."
Ia lalu berkata lagi, sembari mengayunkan tongkat sihirnya guna menunjukkan kemampuan, "Ini adalah senjata utamaku. Mari kita lihat, Ozuza. Tunjukanlah kekuatanmu yang sekarang, yang mereka sebut sebagai pengguna tangan kiri."
Ozuza lalu menyimpan busurnya dan menarik pedang di samping kanan pinggangnya dengan tangan kiri, "Baik... Akan aku tunjukan apa yang sudah Tuan Magma ajarkan.. Flame Sword!!"
*Whusssh...
Muncul api di mata pedangnya. Terlihat sebuah senyuman di wajah Komandan Pion.
Ia lalu menarik pedangnya dengan tangan kanan, "Bagus, Ozuza. Itulah yang dinamakan semangat."
Kemarahan yang mendiami tubuh Ozuza, kini bergejolak meronta keluar. Ia tak bisa menahan amarahnya lagi. Ozuza kemudian berlari ke arah Komandan Pion.
Ketika jaraknya semakin dekat, senyum di wajah Komandan Pion pun tampak melebar. Ia bahkan mencoba untuk menahan tawa.
Dengan tenang, Komandan Pion merapal mantra dan berucap, "... Swamp Zone."
Swamp Zone adalah sebuah sihir yang membuat tanah di suatu area menjadi berlumpur layaknya sebuah rawa. Namun, lumpur itu bukanlah lumpur biasa. Itu adalah lumpur hisap yang bisa membuat seseorang terjebak di area sekitar dan menariknya ke bawah hingga tenggelam.
Tiba-tiba, wilayah disekitar mereka tampak berubah. Tanah yang mulanya padat berubah menjadi basah dan berlumpur. Ozuza yang tengah berlari, kini ia tiba-tiba merasa ada yang menarik kakinya. Dan ketika dirinya melihat ke bawah, Ozuza pun sadar bahwa ia sudah terjebak di lumpur hisap karena sihir Pion.
Lumpur hisap itu mulai melahapnya secara perlahan. Ozuza mencoba pergi dari tempat itu. Namun, semakin ia bergerak, semakin cepat ia tenggelam.
Kini dia hanya bisa terdiam sembari terus menyalahkan dirinya sendiri karena ceroboh. Komandan Pion lalu berjalan menghampirinya. Lantaran sihirnya sendiri, ia bisa berjalan dengan santai di atas lumpur hisap itu.
Tiba-tiba, bala bantuan musuh tiba dan mulai menyebar. Melihat hal itu, Ozuza kini teringat dengan Ryujin. Hal itu membuatnya panik dan meronta berusaha lolos dari lumpur hisap itu. Ketika melihatnya panik, Komandan Pion langsung menyuruh bala bantuan itu untuk menyerang pasukan pemberontak yang berada jauh di depannya.
"Lurus saja. Dan kalian akan temukan para pemberontak. Habisi mereka tanpa tersisa. Aku akan mengurus yang satu ini" ucap Komandan Pion memberi perintah.
"Baik, Komandan" jawab para prajurit Zyro itu bersamaan.
"Tidak... Jangan... Jangan ke sana!!!" teriak Ozuza mencoba menghentikan para prajurit Zyro yang berlari melewatinya.
Ia lalu mengayunkan pedangnya ke lumpur mencoba untuk kabur. Tapi, api dipegangnya pun malah padam.
"Percuma. Mereka akan menghabisi para pemberontak" ucap Komandan Pion.
***
Di saat yang sama, Ryujin sedang mencoba melindungi teman-temannya. Namun, secara tiba-tiba bantuan musuh pun datang. Reygion yang ketakutan pun langsung panik. Ia langsung saja berlari meninggalkan Ryujin dan teman-temannya berusaha kembali ke Desa Pemberontak.
Namun, tiba-tiba dirinya tersandung dan terjatuh. Melihat ada kesempatan seorang prajurit Zyro mengayunkan pedang ke arahnya.
*Ting
Untungnya Xeka berhasil menahan serangan prajurit itu dengan pedang. Namun, sang prajurit menyerang kembali. Ia menusuk perut Xeka lalu membantingnya ke tanah.
Reygion dan teman-teman Ryujin merasa ketakutan. Ryujin pun terdiam sejenak saat melihat sahabat baiknya terluka.
"Tidak... Jangan... Jangan sahabatku..." gumam Ryujin sembari menunduk.
Teman-teman Ryujin berlari menjauh mencoba untuk kabur dari perang. Namun, satu persatu dari mereka tertangkap dan langsung dibunuh di tempat.
Reygion pun merasa semakin takut. Ia langsung berdiri dan melanjutkan pelarian. Tiba-tiba, seorang anak menabraknya dari arah belakang dan membuatnya terjatuh.
"Sial!! Woi!!" kesal Reygion.
Namun, tak lama kemudian anak itu tertangkap dan tertusuk. Melihat hal itu, Reygion semakin panik. Ketika akan berdiri, tiba-tiba seorang prajurit Zyro memegangi kepalanya dan mengangkatnya sehingga kakinya tak menyentuh tanah. Wajah mereka saling menatap, hal itu membuat Reygion semakin takut. Terlihat sebuah senyuman di wajah sang prajurit.
Reygion lalu memohon, "Tidak... Jangan... Aku akan lakukan apapun!! Tolong biarkan aku hidup.. biar--."
*Slashhhh
Tubuh tanpa kepala pun terjatuh ke tanah. Zirah sang prajurit kini berlumpuran noda merah. Dan tak lama kemudian, sang prajurit menjatuhkan kepala anak itu.
Ryujin yang melihat satu-persatu teman-temannya mati. Ia merasa gagal dalam melindungi mereka. Saat putus asa menghampirinya. Xeka yang terbaring lemas di atas tanah kini memanggil.
"Ryu.. jin..." ucap Xeka dengan nada lirih sembari mengangkat tangan kanannya ke atas.
Ryujin lalu menghampirinya dan memegang erat tangan Xeka, "Syukurlah, kau masih hidup. Tunggu sebentar, aku akan memanggil bantuan."
"Wkwk, kau lucu banget, Ryujin. Tak ada bala bantuan. Aku... Izin pamit.. sekarang... waktuku untuk pergi..." sahut Xeka sembari sedikit tersenyum mencoba menghibur dirinya sendiri.
Ryujin lalu membentak, "Tidak!! Jangan per--."
"Rasanya... Sakit... Sakit sekali... Aku... Tak ingin... mati..." gumam Xeka lagi sembari meneteskan air matanya.
Darah mengalir dan membanjiri tubuhnya. Ryujin pun terkejut dan tak lama kemudian, mata Xeka pun terpejam.
Ryujin pun mencoba untuk membangunkannya dengan cara menepuk wajah Xeka, "Xeka.. hei jangan tidur dulu... Kita sedang berperang, 'kan? Tidak... Xeka... Xeka!! Xeka!!!"
Adik Ozuza itu kini bangkit berdiri. Terlihat air mata yang mengalir membanjiri wajahnya. Tiba-tiba, muncul butiran air disekitar Ryujin. Para prajurit Zyro yang melihatnya lalu mulai waspada dan berlari menyerang. Dengan cepat, butiran air itu merambat dan melapisi pedang Ryujin.
*Sring sring!!
Para prajurit Zyro itu langsung terkapar di atas tanah dengan tubuh terbagi menjadi dua. Ryujin pun tersenyum menyeringai dan ketika melihat mayat-mayat para prajurit Zyro disekelilingnya, ia pun tertawa.
"Hahahaha... Para lalat seperti kalian ingin menyerangku?!! Sadar, sadar, sadar... Sadarilah tempat kalian!!! Kita berada di level yang berbeda!!" teriak Ryujin kesenangan.
Ia lanjut berteriak, "Aku adalah Ryujin, Achmad Ryujin. Tak ada satupun yang bisa menembus pertahananku, tak ada yang bisa menembus perisaiku. Ryujin... Hmm... Dan tak ada satupun yang bisa melindungi kalian dari pedangku, pedang yang bisa menyayat apapun!!!"
Ryujin lalu berlari dan menyayat para prajurit Zyro yang berada di jalurnya. Dengan diiringi suara tawa yang keras, Ryujin pun menyayat mereka tanpa ampun sembari tersenyum menyeringai.
"Aku akan menbunuh mereka... Dengan perisai airku, tak ada yang bisa menyakitiku. Dan dengan pedang airku, tak ada yang bisa berlindung dari tajamnya pedangku, hahaha!!!" teriak Ryujin kesenangan.
Pedang air (Water Sword) adalah sebuah jurus elemen air. Air bertegangan tinggi akan menyelimuti pedang penggunanya dan membuat senjata itu sangat tajam. Sangking tajamnya, dengan teknik Pedang Air, penggunanya bisa membelah dan menyayat apapun dengan mudah. Namun, kalau penggunanya tak bisa menguasai teknik ini, maka emosinya akan berubah dan seakan-akan memiliki dua kepribadian.
.....Bersambung.....