"Kalian pikir bisa mengalahkanku? Tidakkah kalian sadar, bahwa kehadiran satu orang tak bisa mengubah apapun?" sombong Komandan Pion.
"Memang benar satu orang tak banyak membantu, tapi beda lagi kalau satu orang yang datang dalam posisi kebangkitan..." sahut Ryujin.
"A-Apa?! Kebangkitan? (Tunggu, kenapa aku bisa tak menyadari? Padahal posisi mana beraliran tinggi sedang berada sangat dekat denganku. Mungkinkah, Ryujin juga mengalami kebangkitan?)" terkejut Komandan Pion.
"(Melirik ke pedang Ryujin) Kenapa kau menggunakan teknik itu? Bukankah aku sudah melarangmu!!" bentak Ozuza.
"(Mendekatkan mata pedangnya ke bahu) Heh, ada apa ini? Kenapa marah-marah segala? (Menunduk) Jika saja kau tadi bersamaku, teman-temanku tak akan mati... Mereka pasti... Masih hidup sekarang ini..." sahut Ryujin.
"Apa yang kalian tunggu? Angkat senjata kalian!! Majulah dan lawan aku!!!" bentak Komandan Pion.
"Aku.. pasti akan membunuhmu.. Pion!!" seru Ozuza sembari memegang erat pedang dengan tangan kiri.
"(Mengambil kuda-kuda) Ok, kita mulai" ujar Ryujin bersemangat.
Ozuza lalu mulai menyerang. Ia berlari ke arah Komandan Pion diikuti dengan Ryujin dibelakangnya.
*Ting
"(Menahan serangan Ozuza) Apa hanya ini kemampuanmu?" sombong Komandan Pion.
Ozuza lalu tersenyum, "Tidak, tapi ini adalah... Taktik."
"Hah? Apa maksudnya" pikir Komandan Pion dalam hati.
Tiba-tiba, Ozuza langsung melompat ke samping. Hal itu langsung dilirik oleh Komandan Pion.
*Sring
Pedang milik Komandan itu terpotong oleh sayatan teknik Pedang Air milik Ryujin yang tiba-tiba menyerang dari arah depan. Sang Komandan pun terkejut dan terdiam bingung sembari memandangi pedangnya yang patah.
"(A-Apa? Kenapa pedang berkualitas tinggi bisa patah semudah itu?) Aku rasa aku telah salah menilaimu, Ryujin. (Membuang pedang) Kalau begitu, aku tak akan menahan diri lagi" ujar Komandan Pion.
"Sungguh hebat" kagum Ozuza dalam hati.
"Heh, bagaimana menurutmu? Sudah kubilang, 'kan Kalau keadaan akan berbeda jika yang datang dalam posisi kebangkitan?" ujar Ryujin sembari mendekatkan mata pedang ke arah bahu.
Kebangkitan adalah tingkatan tertinggi dalam penggunaan sihir. Di dunia ini, tingkatan sihir dibagi menjadi empat, yaitu dasar, sedang, elite, dan kebangkitan. Dalam kebangkitan sendiri, aliran mana di dalam tubuh sangat tinggi. Hal itu membuat sihir yang digunakan menjadi sangat hebat dan kuat.
Komandan Pion lalu bersiap dengan tongkatnya. Diarahkan tongkat sihirnya ke arah Ozuza. Dan saat itulah, lumpur yang berada di tanah bergerak menuju Ozuza. Sontak, Ozuza langsung menghindarinya.
"Lambat..." bisik Ryujin yang tiba-tiba sudah berada di belakang Komandan Pion.
Komandan Pion pun terkejut, "A-Ap--."
*Slash
Tangan kanan Komandan Pion pun terpotong oleh sayatan Pedang Air milik Ryujin. Darah pun mengalir dari lukanya. Sambil menahan rasa sakit, Komandan Pion terus berdiri.
Namun, amarahnya kini semakin tak dapat ditahan. Tongkat sihir yang dipegang dengan tangan kirinya langsung di arahkan ke Ryujin.
Ryujin pun tersenyum, "Itu semua sia-sia saja. Percuma..."
"Jangan!!" teriak Ozuza sembari membusur menggunakan teknik Fire Arrow.
*Cuk
Anak panah berapi yang dilontarkannya mengenai lengan kiri Komandan Pion. Sontak saja, sang Komandan merasa kesakitan.
Beberapa kali ia berjalan mundur, tapi langkahnya terlihat sempoyongan. Sedangkan, Ryujin yang berada didekatnya hanya melirik dan tersenyum menyeringai.
"Pion!!!" teriak Ozuza sembari berlari mendekat.
Dengan tangan kiri, dilemparlah pedangnya ke arah Komandan itu. Pedang kemudian berayun di udara tanpa seorang pun yang memeganginya. Ozuza lalu berlari kencang menuju Komandan Pion. Tepat di atasnya terlihat pedang yang dilemparnya tadi.
"(Melompat dan meraih pedang) Spiral Slash!!" teriak Ozuza yang jaraknya kini cukup dekat dengan Komandan Pion.
Diarahkannya pedang ke depan dilanjutkan dengan memutarnya berlawanan arah jarum jam. Komandan Pion pun mencoba menahan serangan itu dengan tongkat yang dipegang tangan kiri. Namun, tangannya itu malah terpotong lalu terjatuh dengan posisi masih memegang erat tongkat sihirnya.
"A-Apa" kaget Komandan Pion.
Komandan Pion pun menahan segudang rasa sakit yang diterima. Namun, ketika ujung mata pedang Ozuza akan menusuk perut Komandan itu, tiba-tiba terdengar bunyi yang nyaring.
*Ting
Pedang milik Ozuza tak bisa menembus Zirah yang berada di perut Komandan Pion. Komandan Pion pun tersenyum saat tahu bahwa ada secercah harapan untuk selamat.
"(Melompat ke belakang dan mengaktifkan teknik Flame Sword) Masih belum... Masih belum... Matilah... Pion!! Flame Sword!!" ujar Ozuza sembari mengarahkan pedang ke Komandan Pion.
*Whusssh
*Slusbs
Muncul api di mata pedang Ozuza. Pedang berapi itu ditusukan ke bagian perut Komandan Pion. Pedang itu menembus Zirah penyihir milik Komandan Pion dan melukai serta melubangi perutnya.
"Uekh, Ozuza... Kau sudah berkembang pesat... Tidak seperti dulu..." ujar Komandan Pion.
"(Menarik pedang, memadamkan api di mata pedang, dan menyarungkannya dengan tangan kiri) Akhirnya... Aku berhasil... Ayah... Ibu... Aku sudah membalaskan kematian kalian..." kata Ozuza.
Komandan Pion yang terluka parah, kini tubuhnya ambruk jatuh ke tanah. Darah mengalir dan nafasnya terengah-engah. Ryujin pun mendekat dan melihat Komandan Pion yang sedang sekerat.
"Membalas kematian..? Kau hanya membalas... Budi.. orang tua... Angkatmu... Kau hanya... Membalas dendam ayah dan ibu Ryujin... Kau... Bukan kakak... Kandungnya, kan..? Kau hanya anak.... Anak angkat... Ozuza..." ucap Komandan Pion yang kemudian memejamkan kedua matanya.
Saat mendengarnya, Ryujin langsung saja terdiam membisu. Sedangkan Ozuza ia mencoba membantahnya ucapan Komandan Pion agar tak diketahui oleh Ryujin.
"Tidak.. jangan percaya hal itu!" bantah Ozuza.
"Hah? Kenapa kau tegang Ozuza? Aku yakin dia cuma membual saja" ujar Ryujin dengan santai.
Ryujin kemudian berkata lagi, "Ayo, banyak mangsa yang menungguku sana."
"Ba-Baiklah...." sahut Ozuza sedikit takut jika rahasianya terbongkar.
Ryujin lalu mulai melangkah, "Ayo, jangan seperti siput yang lelet. Apa yang kau tung--."
*Buk
Tiba-tiba tubuh Ryujin seketika ambruk. Air di perisai dan pedangnya juga langsung terjatuh ke tanah.
Ozuza pun langsung panik. Berkali-kali ia menepuk pipi adiknya itu. Namun, tetap saja adiknya tetap diam tak bergerak. Ozuza lalu menyarungkan pedangnya. Dilanjutkan dengan menggendongnya serta mengangkut pedang dan perisai milik Ryujin. Langkahnya pun maju mengarah menuju Kota Bros. Di sekelilingnya tampak sepi. Namun, dari sisi Medan perang yang lain, tampak pertempuran masih berlanjut.
***
Beralih ke Azuma.
*Ting Ting Ting
"Sekarang Pak tua!!" teriak Azuma sembari menahan serangan Komandan Sogun dengan pedang.
"Hyak!! MATILAH!!" seru Pak Tua Galih sembari mengayunkan rantai dengan kapak di ujungnya ke arah Komandan Sogun.
*Buk
*Ting
Secara cepat, Komandan Sogun menendang Azuma dan kemudian menangkis serangan kapak rantai dari Pak Tua Galih. Azuma pun terpental beberapa meter dibuatnya.
"Hmm, dua lawan satu..?" gumam Komandan Sogun.
"Kau takut?" tanya Pak Tua Galih dengan posisi kedua senjata mereka yang saling bersentuhan.
*Buk
Sang Komandan memukul pak tua itu. Sehingga terpental-lah ia beberapa meter.
"(Mengangkat katana setinggi bahu) Aku memanggilmu... Aku membutuhkanmu... Gigitan Naga!!" seru Komandan Sogun.
Tampak sesosok makhluk hitam muncul di dekat Komandan itu. Makhluk itu kemudian mulai terbentuk menjadi seekor naga berwarna hitam.
"A-Apa?! Makhluk apa itu?!" kaget Azuma.
"Hmm, Naga Hitam? Teknik tipe Bayangan, ya? Hmm sudah kuduga dari orang yang bisa menandingi Magma" salut Pak Tua Galih.
***
Beralih ke Magma, ia bersama pasukan A yang tersisa bergerak masuk ke Kota Bros untuk menyerang Kastil Betro. Para penduduk mulai lari ketakutan dan masuk ke dalam Rumah masing-masing saat para Pemberontak memasuki Kota Bros.
*Ting Ting Ting
"Panjang umur Zyro!!" ucap seorang prajurit Zyro yang tertusuk pedang salah satu Pemberontak.
"Maju!! Serbu!! Kalahkan Zyro!! BAWAKAN KEDAMAIAN UNTUK BENUA ARCADABA!!!" seru Magma sembari mengangkat tangan kirinya tinggi-tinggi.
.....Bersambung.....