Setelah beberapa saat, akhirnya Azuma bangun dari pingsannya. Ia bingung ketika dirinya terbangun dengan posisi tubuh yang terbaring di ranjang yang terasa basah.
"A-Apa ini? Air? Nggak mungkin, kan, masa aku ngompol sih" heran Azuma sembari menyentuh kasur yang basah. Ia melirik ke arah Spear yang terlihat berdiri di dekat pintu ruangan, "Spear? Tunggu, bukankah tadi aku jatuh di lantai?"
Spear menjawab dengan wajah datar, "Sesaat setelah kau pingsan, gadis itu membekukan sekaligus menyembuhkanmu dengan sihirnya. Aku mengobrol beberapa kalimat dengannya, lalu es yang membekukanmu langsung pecah. Dengan dibantu olehku, dia memindahkan tubuhmu yang masih basah ke kasur."
"Lalu, dimana dia?" tanya Azuma sembari berjalan mendekat. "Loh, kok nggak sakit, sih?" Ia menengok ke perut dan mengecek luka di tangan kanannya. "Se-Sembuh? Bahkan sampai bekas lukanya hilang?!"
"Ternyata benar, dia memang menyembuhkanmu, ya..?" gumam Spear sembari menunduk.
"Hei, dimana dia? Ayo, katakan saja" pinta Azuma begitu ingin tahu.
"Magma membawanya pergi" jawab Spear memberitahu.
"Ap-Apa? Kapan?" tanya Azuma sembari berbalik dan mengepalkan kedua tangannya.
Spear lalu menjawab lagi, "Sesaat setelah kami memindahkan tubuhmu ke kasur, Magma datang bersama Cavalry dan beberapa orang. Mereka membawanya pergi dan... Sepertinya salah seorang pemberontak memberi seutas rantai pada Magma.."
***
*Plak
*Buk
*Sleret
Di Ruang Tahta, Putri Yuki diperlakukan layaknya binatang. Lehernya dirantai, dan pakaiannya yang bagus kini tampak robek-robek. Beberapa kali, dirinya terkena pukulan dari para pemberontak termasuk Cavalry.
"Ada apa ini?!!" tanya Azuma dengan nada tinggi. Kakinya kini berlari dan langsung memukul salah seorang pemberontak. "Apa yang kalian lakukan, hah?!!"
*Buk
*Brak
*Aakh
Pria itu yang tak terima, ia langsung memukul balik Azuma. Azuma pun terpental satu langkah dari tempatnya berdiri.
"Kau ini.. Kau pikir siapa dirimu, hah!!" marah pria pemberontak yang dipukul Azuma tadi.
*Buk
*Puk
*Bokk
Para pemberontak yang lain pun merasa marah. Mereka kemudian mulai memukuli Azuma secara bersamaan.
*Kakak... Apa kau tidak lihat..? Cepat bantu dia...
Spear yang mendengar sebuah bisikan, ia hanya menatap datar ke arah Azuma yang dipukuli. Namun, tiba-tiba saja, Dia kemudian mengarahkan tangannya ke depan, "Minggir..."
*Whingshh
*Aakh
*Aaakh
Tiba-tiba angin menghempaskan para pemberontak itu menjauh dari Azuma. Sontak saja, Azuma pun terkejut. Kepalanya lalu menengok ke belakang dan melihat Spear yang mengarahkan tangan kerahnya.
"Oh, ini kesempatanku.." gumam Azuma. Ia lalu berlari dan menarik tangan Putri Yuki, "Ayo pergi."
Sang Putri pun terkejut. Namun, terukir senyum tipis di wajahnya lantaran ada orang yang menyelamatkannya.
Azuma lalu mengajak Spear untuk pergi bersamanya. "Ayo, kita pergi, Spear" ajak Azuma yang berlari melewati Spear.
***
"Kau paham, kan, Ozuza?" tanya Magma yang sedang bersama Ozuza di suatu ruangan dalam Kastil.
"Apa kau akan benar-benar menepati janjimu?" tanya Ozuza merasa ragu. Ia menatap ke arah Ryujin yang sedang terbaring di kasur ruangan itu, "Setelah apa yang kau lakukan, aku mulai merasa ragu dengan pilihanmu. Apa kau tidak ingat, kau sengaja mengisi anak-anak dan orang yang kurang mahir dalam bertarung di pasukan B dan C? Sedangkan, orang-orang yang mahir, sengaja kau tempatkan dipasukan A."
"Lalu, bagaimana dengan Azuma?" Magma balik bertanya. Ia kemudian berjalan melewati Ozuza. "Apa kau pikir Azuma itu mahir? Atau mungkin kurang mahir?"
"Ta--Tapi kenapa..." Ozuza terlihat kehilangan kata-kata.
"Menyerah saja. Bukankah ini kesepakatan yang bagus? Dengan kau di sisiku, kita bisa melawan Zyro. Dan sebagai gantinya, aku akan mencarikan rental dimana adikmu bisa hidup damai" ujar Magma mencoba membujuk Ozuza.
"Magma! Magma, akh" ucap Cavalry yang tiba-tiba datang. Dia berkeringat dengan wajah yang sedikit pucat. "Sial, mereka... Kenapa tiba-tiba saja dia menjadi sangat kuat, sih?!"
"Tangkap mereka! Ozuza, kau harus ikut membantu juga" seru Magma memberi perintah.
Wajah Ozuza tampak ragu. Dengan menundukkan kepalanya, terdengar jawaban darinya, "Baik, tuan Magma..."
***
*Huh
*Huh
*Huh
Azuma, Spear, dan Putri Yuki berhasil kabur dari Kastil Betro. Setelah berlari cukup lama, langkah ketiga orang itu berhenti setelah lamanya berlari. Wajah ketiganya kini berkeringat.
"Syukurlah, kita berhasil lolos" ujar Azuma dengan nafas yang terengah-engah.
"Maaf, bisa kau lepas tanganku" pinta Putri Yuki yang sedari tadi tangannya digenggam Azuma.
Azuma pun melepaskan genggaman tangan, "Maaf." Wajahnya kini mulai memerah. Pandangannya pun terarah ke sisa-sisa bangunan Rumah di samping kanan jalan, "Rumah ini..."
"Rumah? Tempat tinggalmu?" tanya Spear.
"Iya..." jawab pendek Azuma. Matanya kini bergetar menahan tangis. Kenangan masa lalu kembali terukir di ingatan, ingatan tentang kematian kedua orang tuanya.
"Ternyata itu benar kau. Kau adalah anak laki-laki yang sering bermain denganku dulu. Lalu, dimana mereka sekarang? Maksudku, orang tuamu" tanya Putri Yuki penasaran.
"Mereka... Sudah tiada..." jawab Azuma sembari mengusap air matanya. Dengan posisi menunduk, dirinya mencoba untuk menguatkan hatinya.
"Ah, maaf aku tak tahu" sahut Putri Yuki merasa tak enak. Wajahnya pun menunduk dan rasa iba kembali muncul kepada Azuma.
"Baru kali ini... Aku lihat ada orang yang tinggal di Rumah yang terbakar..." gumam Spear dengan wajah yang tetap datar.
"Eh, maksudnya sebelum Rumahnya terbakar, aku beserta ayah dan ibu tinggal di sini" kata Azuma menjelaskan. "Aku baru ingat. Ada yang harus kulakukan di penjara."
"Kenapa kau ingin ke sana?" tanya Spear dengan tatapan datar sembari mendekat. "Penjara Kota Bros lokasinya ada di dalam Kastil Betro. Bukankah itu sama seperti kembali ke sarang musuh? Karena kita membawanya, mereka pasti akan menangkap kita berdua."
"Benar, setelah membawaku pergi, mereka pasti menyimpan dendam dan menganggap kalian musuh" ucap Putri Yuki menjelaskan. "Apa yang ingin kau lakukan di tempat itu?"
"Seseorang menungguku di sana..." jawab Azuma memberitahu.
*Tidak... Kakak, aku punya firasat buruk soal ini... Hentikan Azuma... Cepatlah...
Terdengar bisikan di telinga Spear. Namun, ia hanya terdiam yang kemudian, "Aku ikut."
*Tidak kakak... Apa ada dipikiranmu... Kalian mungkin bisa lolos kali ini... Tapi tidak lain kali... Tolong pikirkan lagi...
Spear kembali mendengar bisikan. Namun, ia hanya menjawab, "Diamlah... Kau menggangguku..."
***
*Flame Sword
*Whusssh
*Sring
*Slash
*Sreet
Di dalam penjara, Azuma menggunakan teknik Flame Sword. Di tempat itu, dirinya menyayat tiga sel penjara dan membebaskan tiga orang pria.
"Ah terima kasih" ucap salah seorang pria yang diselamatkannya. "Namaku Aji, dulunya aku seorang petani di Kota Bros."
"Salam kenal, aku Adi, adiknya Aji. Aku membantu mas Aji dalam bertani" ucap Adi memperkenalkan diri.
"Ah, tak kusangka kau akan benar-benar membebaskan kami, aku Cranewish. Kau bisa memanggilku Crane, Nak" ujar Crane memperkenalkan diri juga.
"Aku Azuma" sahut Azuma membalas perkenalan sembari menonaktifkan teknik Flame Sword. "Dia Spear dan gadis di sampingnya itu... Eee..."
"Aku Yuki" ucap Putri Yuki memberitahu.
"Jadi, namamu Yuki?" tanya Azuma terkejut.
"Kau baru tahu, eee ada apa ini?" tanya Adi penasarannya.
Aji pun melipat kedua tangannya, "Hmm, masa remaja. Aku jadi kangen dengan kekasihku dulu."
"Jangan cengeng. Inget, umur udah 25 tahun" ujar Crane mengingatkan.
"Jadi, kita harus apa sekarang?" tanya Spear dengan wajah datarnya.
Semuanya pun langsung terdiam. Azuma lalu mengajak mereka semua untuk kabur pergi dari Kota Bros.
Mereka pun memulai berlari keluar penjara. Semuanya berjalan lancar, mereka pun melanjutkan pelariannya. Namun, ketika beberapa langkah lagi mereka hampir melewati gerbang Kota Bros, tiba-tiba saja segerombolan orang menghadang.
"Mau pergi kemana?" tanya Cavalry yang berdiri memimpin para pemberontak. Dengan seringai di wajahnya, ia berkata, "Kalian pikir bisa kabur, hah? Cepat serahkan gadis itu?"
"Tidak... Tak akan pernah..." jawab Azuma.
"Hah, apa kau bilang?! Kau tidak akan menang, kalian itu kalah jumlah, tau!!" bentak Cavalry dengan sombong.
*Benar, kan, apa kataku tadi... Kakak... Apa yang akan kau lakukan...
Terdengar bisikan di telinga Spear. Ia kemudian mengarahkan tangannya ke Cavalry sembari berkata, "Minggir..."
*Winghss
*Akh
*Akkh
*Buk
*Bruk
*Aakh
*Akh
Muncul angin kencang yang mendorong Cavalry bersama para pemberontak terdorong puluhan langkah dari tempatnya berdiri. Beberapa dari mereka menghantam dinding Kota dan sisanya melewati gerbang Kota begitu saja.
Kelompok Azuma kemudian melanjutkan pelarian mereka. Terlihat wajah Spear kini tampak tersenyum tipis.
.....Bersambung.....