Chereads / Sword Slayer / Chapter 28 - BAB 28 PERTEMUAN OLEH TAKDIR

Chapter 28 - BAB 28 PERTEMUAN OLEH TAKDIR

"Pak Tua... Bertahanlah..," Azuma menangis sembari memangku kepala Pak Tua itu. "Andai saja... Aku lebih ku--."

Pak Tua Galih langsung menyela, "Haha-- uhuk uhuk Nak..," Pak Tua Galih membuka matanya. "Dasar cengeng..."

Azuma menangis, "Maaf... Ini semua salahku.. karena hiks hiks..."

"Kau harus selamat... Hidupmu masih panjang..," ujar Pak Tua Galih yang mulai menangis.

"Tidak... Jangan... Aku..." Azuma menunduk sembari mengusap air mata.

"Nak, pedang yang kau... Pakai... Hiks... Adalah pedang terakhir... Yang aku... Buat... Yang aku... Tempa... Hiks.. Hiks... Aku... Senang..." kata Pak Tua Galih menangis yang kemudian memejamkan kedua matanya.

Azuma menangis keras, "Tidak... Tidak!!!"

***

Di pemakaman Kota Bros, seorang anak laki-laki terlihat berdiri di depan makam yang tampak baru digali. Terlihat kedua tangannya kotor terkena tanah. Ternyata dia baru saja selesai menguburkan adiknya. Dengan tatapan kosong, ia berdiri menatap makam di depannya.

"Stick... Stick..." gumam Spear seorang diri di tempat itu.

Setelah cukup lama berada di sana, dia kemudian pergi. Berjalanlah Spear mengelilingi Kota Bros yang tampak sepi. Semua penduduknya ketakutan lantaran sedang terjadi pertempuran di tempat itu.

"Spear.. kamu berhasil selamat... Ya...?" ujar Ozuza yang datang sembari menggendong Ryujin.

"Ozuza..." sahut Spear sembari berdiri diam.

***

*Prak

*Sring

*Ting

Magma menyeru dengan lantang, "Maju!! Serbu!! Untuk kedamaian Benua Arcadaba!!!"

Bersama para pemberontak, ia berhasil menembus pertahanan Kastil Betro. Mereka lalu menyerbu masuk dan bertempur dengan prajurit Zyro yang berada di dalam Kastil.

***

*Brakk

*Aaa

Seorang prajurit Zyro terhempas ke pintu ruang tahta. Pintunya pun sampai hancur dan sang prajurit kini terbaring lemas.

Magma dan para pemberontak memasuki ruangan. Mereka terkejut ketika melihat mayat seorang bangsawan dengan posisi kepalanya yang hilang sedang duduk di kursi tahta.

"Magma, siapakah orang itu?" tanya salah seorang pemberontak sembari berjalan hati-hati ke arah mayat itu.

"Dari pakaiannya, terlihat seperti orang penting" pikir Magma dalam hati. "Apa mungkin dia Jenderal yang bernama Arqi? Lantas, siapa yang membunuhnya? Dan kemana perginya kepalanya itu?"

***

Dengan berat hati, Azuma berjalan pelan meninggalkan mayat si Pak Tua begitu saja. Kini Azuma sedang berjalan di jalanan Kota Bros.

*Kedebuk kedebuk kedebuk

*Minggir

*Aakh

Tiba-tiba saja, terdengar langkah kuda dari belakang. Ketika menengok, Azuma langsung tertarik kudanya dan terhempas beberapa meter.

Matanya menatap tajam ke arah penunggang kuda itu. Tanpa rasa kasihan sedikit pun, si penunggang kuda terus memacu kudanya menjauh tanpa menghiraukan Azuma yang telah ditabraknya.

Darahnya semakin berceceran. Lukanya kini kian melebar dan rasa sakitnya semakin tak terkendali.

Tiba-tiba sebuah uluran tangan terlihat di dekatnya, "Kau tak apa-apa?" tanya Spear sembari mengulurkan tangan. Namun, walaupun perkataannya tampak khawatir, wajahnya tetap saja datar tanpa ekspresi.

"Ahk.. Makasih.." jawab Azuma sembari meraih uluran tangannya.

Kini dirinya terkejut ketika tahu bahwa yang mengulurkan tangan adalah Spear. Ozuza pun terlihat di sampingnya sembari menggendong Ryujin.

"Loh.. Spear..." gumam Azuma dengan wajah menahan rasa sakit. Melirik ke Ryujin yang digendong, "Apa dia baik-baik saja..?"

"Dia hanya pingsan... Mungkin... Aku harap itu yang terjadi..." jawab Ozuza seraya sedikit menunduk.

Spear yang melihat luka temannya sangat parah, ia kemudian merangkulkan tangan kanan Azuma ke pundaknya. Dirinya pun sedikit tersenyum karena menerima bantuan dari Spear.

"Spear... Bawa aku ke Kastil Bros.." pinta Azuma dengan nafas terengah-engah.

"Aku mengerti" jawab Spear dengan tatapan datar.

"Mau apa kau ke sana? Lukamu... Sangat parah" tanya Ozuza dengan tatapan iba.

"Menemui Magma..." jawab Azuma sembari memegang perut dengan tangan kiri.

"Aku mengerti" sahut Spear mengangguk.

"Aku ikut. Aku juga harus menemuinya" kata Ozuza sembari mendekat.

"Kalau begitu, Ayo..." ajak Azuma dengan nada rendah.

***

Para pemberontak sedang mengecek satu persatu ruangan di Kastil Betro. Semua itu bersumber dari perintah Magma. Di saat semuanya sedang menyisiri Kastil Betro, Magma masih terdiam di depan mayat yang terduduk di kursi tahta.

*Magma...

Suara itu terdengar seperti rintihan. Ia kemudian berbalik dan terkejut ketika melihat Azuma yang berjalan tertatih-tatih dengan dibantu Spear dan ditemani Ozuza yang menggendong Ryujin.

"Oh, Azuma. Kau masih hidup ternyata. Hahaha, bagus-bagus" ujar Magma merasa bangga. "Sekarang kalian sisir area lantai dua Kastil ini!"

"Apa kau buta? Lihatlah luka yang dialaminya!!" bentak Ozuza tak terima.

"Sejak kapan kau punya rasa iba? Kemana sifat kejammu pergi, Ozuza?" tanya Magma keheranan.

"Sudah cukup..." ujar Azuma menenangkan keadaan.

"Hmm, kemana Pak Tua itu pergi, Azuma?" tanya Magma lagi.

Azuma lalu menjawab, "Dia.. telah mati... Tapi Komandan Sogun berhasil kami bun--."

Magma langsung menyela, "Ya sudah."

"Apa maksudmu?! Dia bertarung menghadangnya agar kau bisa pergi!! Bahkan sampai kehilangan nyawa... Dan hanya 'ya sudah' saja yang bisa kau katakan?!! Uekh uhk" marah Azuma.

"Pergilah sana. Kau mengganggunya!!" bentak Cavalry yang tiba-tiba datang menghampiri dengan menaiki kuda. "Loh, kau masih hidup ternyata. Seharusnya tadi, kutabrak lebih keras lagi, hahaha!!"

Ternyata penunggang kuda yang menabraknya waktu itu adalah Cavalry. Seringai di wajahnya juga terpampang jelas saat mengatakan hal itu.

"Bagaimana?" tanya Magma sembari melipat kedua tangan.

"Sayang sekali... Semuanya kosong... Hanya ada para pelayan dan kusir kuda yang ku temukan.." jawab Cavalry sembari turun dari kudanya.

Azuma pun merasa semakin kesal. Ia kemudian meminta Spear untuk menelusuri Kastil Betro.

"Baiklah, aku paham" sahut Spear mengerti.

Ia kemudian membantu Azuma untuk berjalan dan menelusuri Kastil. Sedangkan Magma, ketika melihat kedua orang itu pergi, dia lalu meminta Ozuza untuk mendekat.

***

"Kenapa kau ingin menelusuri Kastil" tanya Spear dengan tatapan datar. "Apa ada seseorang yang ingin kau temui?"

Azuma tersenyum, "Apa kau masih ingat gadis yang ku ceritakan waktu itu?"

"Teman masa kecilmu?" tebak Spear sembari menatap ke langit-langit.

Azuma kembali tersenyum, "Aku ingin menemuinya... Karena, mungkin... Hanya ini satu-satunya kesempatanku. Setidaknya mungkin menyapa atau berbicara satu dua kalimat dengannya..."

Langkah mereka kini terhenti saat melihat pinta yang digembok rantai besi. Dengan tenaga Azuma yang tersisa, ia menarik pedang dan mengaktifkan teknik Flame Sword.

*Whusssh

*Sring

Rantai yang menggembok pintu itu kini terbelah dua. Spear Kemudian mendorong dan pintu itu pun terbuka.

Terlihat seluruh ruangan membeku dan tampak seorang gadis terduduk lesu di ranjang ruangan itu. Mata Azuma yang tadinya hampir tertutup, seketika terbuka lebar ketika melihat gadis yang ia kenal.

"Kalian siapa? Orang suruhan Arqi?" tanya Putri Yuki sembari memunculkan tongkat sihirnya.

Azuma pun berhenti merangkul dan berjalan pelan ke arah sang Gadis, "Aku... Akhirnya kita bertemu.. Aku senang..." Terjatuh lemas sembari memegangi perutnya, "Aku... Aakh--."

Azuma langsung terbaring tak bergerak dengan darah yang kemudian mulai membanjiri lantai. Sang Putri dan Spear pun terkejut.

"Azuma... Hei, bangunlah..." ujar Spear dari tempatnya berdiri tadi.

"Pembekuan..." ucap Putri Yuki sembari mengarahkan tingkat sihirnya ke arah anak yang terbaring di lantai. "Sihir penyembuhan.... Es penyembuh..."

*Krek

*Krek

*Cring

*Cring

Tubuh Azuma seketika membeku. Dan sesaat kemudian, tampak lingkaran sihir di sekeliling Azuma. Es semakin merambat ke tubuh Azuma yang terbaring di lantai.

Angin kini mulai terasa di ruangan itu. Spear menatap ke tubuh Azuma yang membeku.

"Apa yang kau lakukan padanya?" tanya Spear dengan wajah datar.

"Tenanglah! Tidakkah kau lihat, kalau aku baru saja menyelamatkan hidup temanmu? Aku baru saja menyembuhkannya dengan sihir Es Penyembuh" ucap Putri Yuki menjelaskan.

"Kenapa kau melakukan hal itu? Apa aku mengenal Azuma? Atau mungkin, kau itu teman masa kecilnya?" tanya Spear menebaknya.

"Tidak, aku hanya merasa kasihan padanya. Rasa iba, itulah alasannya. Dia terluka parah, kan?" jawab Putri Yuki menjelaskan.

"Lalu, apa kau teman masa kecil yang ia ceritakan? Katanya ia pernah memberi roti pd seorang gadis waktu dia kecil" Spear kembali menjelaskan.

"R-Roti? Apa roti itu buatan sendiri?" kaget Putri Yuki.

Spear hanya mengangguk. Putri Yuki kemudian menengok dan menatap ke arah Azuma.

.....Bersambung.....