Chereads / Sword Slayer / Chapter 25 - BAB 25 BANGKITNYA SANG ANGIN

Chapter 25 - BAB 25 BANGKITNYA SANG ANGIN

Tepat setelahnya, angin berhembus kencang. Burung-burung yang ada di hutan tampak terbang menjauh. Awan di langit juga terlihat bergerak menghindari daerah sekitar. Para prajurit Zyro kemudian melihat ke sekelilingnya.

"Hei ada apa ini?" tanya prajurit A.

"Aku tak tahu. Entah kenapa, di sini terasa begitu sunyi dan tenang" sahut prajurit B.

Tangis Spear terus tercurah untuk adiknya itu. Cincin hijau di ibu jarinya tampak bergetar hebat. Dan tak lama kemudian, cincin itu hancur.

Spear kemudian berdiri. Para prajurit Zyro dan Ezan langsung bersiap untuk menghabisinya.

"Stick... Tidak.... Stick!!!" teriak Spear.

Angin disekelilingnya mulai berhembus kencang. Dan secara bersamaan, tubuhnya mulai terangkat ke udara.

"Tak akan kubiarkan" gema salah seorang prajurit Zyro sembari berlari ke arahnya.

*Winghss

"Aaaa!!" teriak sang prajurit yang terhempas ke udara.

Prajurit Zyro yang lain mulai waspada. Bahkan Ezan tampak sedikit takut dan menjaga jarak dari

*Tidak... Jangan... Jangan gunakan teknik itu... Kakak...

"Suara itu... Stick.." terkejut Spear.

Ia kemudian menengok ke arah Stick. Namun tetap saja, adiknya itu masih tergeletak tak bergerak di atas tanah.

*Sial... Apa kekuatan cincin itu masih belum cukup untuk... Menyegelnya..?

Spear lalu bergumam sembari menangis, "Stick... Kau dimana..? Stick..... Stick!!!"

Angin mulai mengelilinginya dan membentuk sebuah tornado. Terdengar teriakan Spear yang keras sembari menyebut nama adiknya.

"Stick!!!" teriak Spear.

*Jangan... Jangan gunakan teknik itu... Aku di sini... Aku di sini... Kakak...

Tornado itu kemudian bergerak dan melululantahkan segala sesuatu yang dihampirinya. Para prajurit Zyro termasuk Ezan yang berada di dekatnya kini termakan dan tertarik masuk ke dalam tornado. Mereka terjebak dan terus saja terombang-ambing di pusaran tornado itu.

***

Beralih ke Ozuza yang sedang terjebak di rawa. Ia kini semakin tenggelam dan hanya tinggal kepalanya saja yang belum terkena lumpur.

"Ozuza, Ozuza, kau terlihat sangat menyedihkan. Apa ku punya kata-kata terakhir? Aku akan mendengar kata-kata apapun yang kau ucapkan" ujar Komandan Pion.

"Apa ini akhirku..." pasrah Ozuza dalam hatinya.

"Hei, hei, hei!. Ozuza, siapa teman barumu itu?" sapa Ryujin yang tiba-tiba datang.

"Hah, kukira siapa, ternyata anak Jenderal itu" sahut Komandan Pion.

Ozuza lalu berusaha untuk menengok ke belakang dan melihat siapa yang datang, "Anak Jenderal... Jangan-jangan..."

Tiba-tiba dari kejauhan terasa hembusan angin yang sangat kuat. Ketika ketiga orang itu menengok ke sumbernya, mereka terkejut saat melihat dari kejauhan tampak sebuah tornado.

"Kekuatan ini... Ti-Tidak... Ini.. Sebuah kebangkitan.." terkejut Komandan Pion.

"Oh.. Ada orang lain toh. Bukan aku saja... Ya..." gumam Ryujin.

"Kekuatan ini... Aura mengerikan ini... Apa penyebabnya..?" terkejut Ozuza juga.

***

Beralih ke Spear, waktu pun berjalan, dan tornado itu pun berhenti berputar lalu menghilang. Orang-orang yang terombang-ambing di tornado itu seketika jatuh. Spear terlihat menatap langit dengan raut wajah datar. Tampak sesekali ia menghela nafas.

Ketika menengok, sekelilingnya hanya terdapat puluhan mayat yang dipenuhi noda merah. Tanpa ekspresi, ia berjalan mendekati sosok sang adik yang tergeletak dengan luka sayatan di beberapa bagian tubuhnya. Terlihat memar dan bekas tusukan flail di perut sang adik juga.

Tiba-tiba, sosok lain berdiri diantara mayat-mayat para prajurit Zyro yang tergeletak. Dia memegang sebuah flail dan menatap tajam ke arah Spear.

"S*alan!! Spear!!" teriak Ezan sembari mengayunkan flail-nya.

Bola berduri itu berayun ke arah Spear. Spear hanya acuh dan terus menatap ke mayat sang adik sembari berdiri.

*Ting

"A-Apa! Tidak mungkin" terkejut Ezan tak percaya yang ia lihat.

Puluhan pedang dari mayat-mayat prajurit Zyro melayang dan menghalangi serta melindungi Spear dari serangan itu. Tombak yang waktu itu dilempar Spear, kini melayang kembali ke penggunanya.

Spear kemudian menangkap tombaknya itu sembari terus berdiri diam. Wajahnya terus datar tanpa ekspresi.

Ia lalu menunjuk ke arah Ezan. Senjata-senjata yang berterbangan langsung menuju ke arah Ezan. Sontak saja, ia langsung mengayunkan flail-nya.

*Ting

"Ada apa ini? Apakah ini sihir? Tidak, situasi ini seakan-akan dialah penyebab semua ini" pikir Ezan dalam hati.

Flail terus diayunkan. Semakin lama senjata-senjata melayang, semakin brutal ayunan flailnya. Keringat kini bercucuran dari wajah. Sesekali badannya terbungkuk karena kelelahan, nafas yang dikeluarkan tampak cepat dan tergesa-gesa.

*Ting

Akhirnya, semua senjata yang melayang itu berhasil dihancurkannya dengan flail. Ezan langsung berlari ke arahnya. Flailnya diayunkan ke arah Spear.

*Whinghss

Tampak angin yang menyelimuti tubuh Spear menghalangi serangan flail itu. Hal itu membuat flail memantul menjauh diikuti dengan penggunanya. Ezan lalu berlari mendekat dan mengayunkan flailnya lagi.

*Whinghss

Hal yang sama terjadi dua kali. Kaki Ezan tampak bergetar tak sanggup berdiri.

"Sial... Kalau kau berani, hadapi aku Spear!!" marah Ezan.

"Padahal kau yang membunuh adikku... Dan sekarang... Kau berniat menantangku... Terserah..." gumam Spear dengan wajah datarnya.

Kumpulan angin yang mengelilinginya kini menghilang. Secara perlahan, ia melangkah mendekat ke arah Ezan. Spear kemudian mulai berlari. Ia lalu memutar-mutar tombak dan menyerangnya.

*Ting

Secara cepat, Ezan langsung menahan serangan itu dengan rantai dari flail. Ia kemudian menendang Spear dan mengayunkan flailnya.

*Ting

Dengan wajah datarnya, Spear menangkis serangan itu menggunakan bagian kepala tombak. Ezan pun mulai marah, ia lalu menyerang secara membabi-buta.

*Ting Ting Ting

*Kletak

Serangan brutal itu membuahkan hasil. Tombak milik Spear kini hancur lantaran terus menangkis serangan flail.

Tawa Ezan tak tertahan, dia terus mengolok-oloknya, "Hahaha!!! Apa kau takut? Sekarang kau takut?! Hahaha!!! Matilah kau SPEAR!!!"

Ezan kemudian mengayunkan flailnya. Sedangkan, Spear hanya berdiri diam dengan wajah datar sembari menatap ke langit.

*Whingshh

Tepat sebelum bagian duri tajam itu mengenai Spear, hembusan angin lebih dahulu mengangkat Ezan ke udara. Ia terhempas menjauh dari Medan perang menuju Hutan.

"A-Apa? Ti-Tidak mungkin..." terkejut Ezan.

Flailnya pun berayun kencang dan melilit penggunanya kerena hembusan angin itu. Bagian bola berduri itu berayun mengenai mata kirinya sehingga tercongkel. Bola matanya pun terlepas dan darah mengalir keluar.

"A-Aa... Spear!!" teriak Ezan.

Spear kemudian mendekat ke mayat sang adik. Digendonglah ia sembari berjalan menuju ke kota Bros.

***

Beralih ke Ryujin.

"Ini kesempatanku!" Seru Ryujin sembari mengarahkan perisainya ke Ozuza.

*Splash

Air yang menyelimuti Perisai Ryujin, kini mulai membentuk pusaran air yang kemudian menyembur menjauh. Semburan air itu mengenai Ozuza sekaligus membuat lumpur yang menghisapnya menjadi terdorong ke arah Komandan Pion.

Lumpur hisap yang menjebak Ozuza kini menjadi lebih cair karena terkena semburan air itu. Ozuza pun terlepas dari jebakan Komandan Pion.

"Buek, buek, S*alan... Ryujin..." gumam marah Komandan Pion.

Lumpur hisap itu terhempas ke wajah Komandan Pion. Hal itu membuatnya naik darah. Bahkan zirah penyihirnya juga tak luput dari cipratan lumpur itu.

Ryujin lalu mendekat ke arah Ozuza, "Aku tidak terlambat, 'kan? Huh, bagaimanapun dia lawan yang merepotkan."

"Ryujin.. Kenapa kau menggunakan mode Pedang Air?!! Padahal aku sudah melarangmu!!" bentak marah Ozuza.

"Apa kau pikir ini saat yang tepat untuk memarahiku? Ingatlah, kita sedang dalam situasi perang. Sedikit saja lengah, nyawamu bisa melayang" sahut Ryujin.

.....Bersambung.....