Chereads / Sword Slayer / Chapter 18 - BAB 18 SANG PENAFSU

Chapter 18 - BAB 18 SANG PENAFSU

Waktu pun berlalu dan hari berganti menjadi siang. Spear pun memutuskan untuk kembali ke Desa. Ketika sampai di Desa, Cavalry yang sedang menaiki kudanya datang menghadang langkah Spear.

Spear lalu berkata dengan nada rendah, "Minggir..."

"Hah, darimana kau?! Latihan, ya?! Percuma saja . Mau bagaimana pun kau berlatih, lemah tetaplah lemah, kau tahu!!" gema Cavalry dengan nada sombong.

Ia lalu turun dari kudanya dan mendorong Spear hingga terjatuh. Spear pun bangkit berdiri dan menunduk.

Spear lalu berkata lagi, "Minggir..."

"Hah, apa yang kau katakan? Keraskan suaramu, tau!!!" bentak Cavalry sembari kembali mendorong Spear.

"Minggir!!!" bentak marah Spear sambil membanting Cavalry.

*Buk!!

Cavalry pun jatuh ke tanah. Kemudian Spear melanjutkan perjalanannya untuk pulang ke Rumah 35.

***

Di sisi lain, di Rumah 35, Azuma yang baru terbangun dari tempat tidurnya, ia langsung pergi ke Kamar Spear. Dia lalu mengetuk pintu kamarnya.

*Tuk tuk tuk (Azuma mengetuk pintu kamar Spear)

"Spear, apa kau di dalam?" tanya Azuma dengan sopan.

Namun, karena tak mendapat jawaban, Azuma langsung saja membuka pintu itu dan masuk ke Kamar Spear. Ia kemudian menghela nafas saat tak menemukan Spear di dalam Kamar.

***

Beralih Komandan Sogun dan Pion, akhirnya mereka sampai di Kota Bros. Ketika baru saja sampai, mereka langsung menuju Kastil Betro, kediaman Jenderal Arqi untuk melapor.

Komandan Sogun dan Pion lalu memasuki ruangan tahta tempat jenderal Arqi berada. Mereka lalu menunduk sembari berlutut.

"Tuan Arqi, saya berhasil membawa pulang mata-mata kita" ujar Komandan Sogun dengan sopan.

Jenderal Arqi yang sedang duduk di sebuah kursi, ia lalu bangkit berdiri, "Hmph, jadi dia yang dijuluki mata-mata seribu nama."

Pion pun menyaut, "Salam, tuanku. Nama hamba adalah Pion."

"Pion? Bukankah namamu Oni?" tanya Jenderal Arqi keheranan.

"Tuanku Arqi, tolong panggil saya Pion. Sekarang, nama hamba adalah Pion, Tuan Arqi" ucap Pion dengan sopan.

Jenderal Arqi lalu berkata, "Oh, begitu." Ia lalu menengok ke arah Komandan Sogun dan bertanya, "Sogun, apakah rencananya berhasil?"

Komandan Sogun kemudian menjawab, "Tidak, rencananya gagal Tuan Arqi. Maafkan aku..."

"A-Apa?!! Bagaimana bisa?" tanya Jenderal Arqi keheranan.

"Sebenarnya, salah satu dari kelompok mata-mataku berkhianat. Karena itulah, rencana penyergapan gagal" ucap Pion mencoba membelanya.

"Tidak, Pion. Ini bukanlah salahmu. Justru, Komandan tak becus inilah yang salah!!!" bentak Jenderal Arqi sembari menunjuk Komandan Sogun.

"L-Lah, kok gitu?" gumam Pion dalam hatinya.

Jenderal Arqi lalu kembali duduk di kursi tahta, "Sudahlah, kalian berdua kembalilah bertugas. Sogun, ini adalah terakhir kalinya aku memaafkanmu. Tak ada kata maaf bagimu lain kali. Ingat itu!!"

"Terimakasih, Tuan Arqi. Kalau begitu, kami izin pamit" ucap Komandan Sogun dengan nada sopan sembari menahan emosinya.

Mereka berdua lalu berdiri dan kemudian pergi keluar ruangan. komandan Sogun dan Pion lalu berjalan menuju lorong Kastil.

Pion lalu memulai pembicaraan, "Sogun, bukankah ada yang aneh dengan Jenderal itu? Maksudku, jelas-jelas bahwa akulah yang salah, tapi ia malah menyalahkanmu, 'kan? Siapa sih dia itu? Kenapa bisa menjadi seorang Jenderal?"

"Dia itu sombong!! Asalnya dari keluarga bangsawan yang dekat dengan raja. Sial, kenapa dia harus menjadi atasanku sih!!" jawab Komandan Sogun dengan nada kesal.

"Bangsawan, ya? Tunggu dulu, bukankah kau dulunya seorang Jenderal?" tanya Pion kebingungan.

Mendengar hal itu, Komandan Sogun lalu menghentikan langkah kakinya. Pion pun ikut berhenti melangkah.

"Raja mengangkatnya sebagai Jenderal dan disaat yang sama pangkatku diturunkan menjadi Komandan" jawab Komandan Sogun sembari menunduk.

Pion pun terkejut, "E-Eeeh!!! Berarti kita sekarang pangkatnya sama dong. 'kan kita sama-sama Komandan."

"Tidak, setelah rencanaku berhasil, aku akan menjadi Jenderal lagi" ucap Komandan Sogun dengan nada penuh percaya diri.

"Hmph, tapi aku rasa, ada alasan kenapa ia bisa diangkat menjadi Jenderal dan pangkatmu turun menjadi komandan" gumam Komandan Pion berpikir bahwa ada yang aneh.

"Lalu, apa tebakanmu?" tanya Komandan Sogun penasaran.

"Aku mendengar sebuah rumor bahwa Raja kita itu dijuluki sebagai Sang Penafsu. Alasannya, aku tak terlalu paham sih, soalnya aku juga mendengar kabar itu dari mulut ke mulut. Mungkin, Keluarga Arqi sudah berjasa tentang suatu hal" ujar Komandan Pion menceritakan apa yang ada dipikirannya.

"Huh, kalau itu aku juga tahu. Dasar, padahal aku kira kau orang yang pintar" kesal Komandan Sogun karena terlalu berharap.

"Tapi, sebaiknya kau menikmati hidupmu saja. Umurmu sudah 50 tahun, 'kan? Soalnya, aku mendengar kabar bahwa banyak Jenderal di Zeerzyen, Ibukota Kerajaan Zyro yang menghilang dan mayatnya tak pernah ditemukan" ujar Komandan Pion mencoba memberitahu.

Komandan Sogun pun terkejut, "A-Apa? Tidak, Walau bagaimanapun, aku harus menjadi Jenderal lagi!!"

"Ah, sudahlah. Sepertinya kau tak bisa dinasehati. Diumurku yang sudah 37 tahun ini, aku hanya ingin bersantai saja. Kalau terus terlibat dengan Kerajaan ataupun pertempuran, pasti lama-kelamaan aku akan mati" ucap Komandan Pion sembari menunduk.

Beralih ke Jenderal Arqi, ia yang sedang berada di Ruang Tahta, tiba-tiba tersenyum dan tertawa. Dirinya masih teringat tentang bagaimana caranya mendapatkan tempat di hati sang Raja.

"Hahaha, sungguh laki-laki yang gampang di dekati. Hanya perlu mengirim satu wanita di setiap minggunya, dan tiba-tiba aku diangkat menjadi Jenderal" gumam Jenderal Arqi sembari tertawa ria.

***

Ia lalu teringat dengan masa lalunya. Waktu itu, dia baru berumur 15 tahun. Di suatu hari, Dia mendengar kabar buruk tentang sang Raja. Banyak yang menyebutnya sebagai Sang Penafsu. Ternyata alasan dibalik sebutannya itu, karena sang Raja sangat suka memperk*sa wanita dan membunuh Jenderal-jenderalnya.

Arqi yang mendengar hal itu, ia langsung berlari pulang ke Rumah. Kemudian, dia meminta kepada ayah dan ibunya untuk mengirim wanita kepada sang Raja setiap minggunya.

"Nak, apa maksudmu? A-Ayah tidak mengerti nak" ucap Ayahnya kebingungan.

"Hmph, ibu juga tak mengerti. Kenapa kita harus mengirim wanita kepadanya setiap Minggu?" tanya Sang ibu keheranan.

"Aduh, begini ayah, ibu, jika kita mengirim wanita kepada sang Raja di setiap minggunya, maka kita pasti akan mendapatkan hadiah karena telah membuatnya senang" ucap Arqi menjelaskan.

"Hmph, apa kau yakin?" ucap ayahnya merasa ragu.

"Darimana asal ide b*dohmu itu!!?" bentak sang ibu marah.

"Aku mendengar kabar bahwa sang Raja dijuluki sebagai Sang Penafsu. Alasannya, karena ia sangat suka memperk*sa wanita dan membunuh Jenderal-jenderalnya. Ayolah, ayah, ibu, apa kalian tak ingin mendapatkan hadiah dari sang Raja?" ujar Arqi mencoba meyakinkan mereka.

Setelah perdebatan yang cukup panjang, akhirnya mereka pun setuju untuk mengirim wanita pada sang Raja setiap minggunya. Butuh waktu lama sampai sang Raja memberi hadiah balasan.

***

10 tahun kemudian, akhirnya keluarga Arqi diberi hadiah ribuan Ver dan Arqi, satu-satunya anak mereka diangkat menjadi seorang Jenderal. Arqi juga mendapat perintah untuk menjaga sebuah Kota bernama Bros beserta dengan Kastil Betro yang berada di dalamnya.

***

Kembali ke Jenderal Arqi yang sedang berada di Ruang Tahta. Ia pun tersenyum menyeringai ketika mengingat hal itu.

Ia lalu berkata, "Aku tak menyangka, Sogun, seorang Jenderal yang hebat bahkan sampai diturunkan pangkatnya menjadi Komandan. Lalu, akulah yang dipilih untuk mengurusnya. Sungguh malang nasibmu, Sogun. Dan sungguh bodoh pula, Sang Penafsu, Raja Kerajaan Zyro. Atau lebih tepatnya adalah Raja Kerajaan Zyro yang ke-20, Abadon Zyronerus."

.....Bersambung.....