"Hei Spear, tunggu aku. Jangan berlari begitu" ucap Azuma sembari berlari mengejar Spear.
"Berhenti mengejarku!! Tinggalkan aku sendiri!!!" bentak Spear sembari terus berlari menjauhi Azuma yang mengejarnya.
Azuma kemudian berhasil menangkapnya dengan cara menarik pundak Spear. Langkah Spear pun kini terhenti. Ia pun langsung melepaskan tangan Azuma yang memegangi pundaknya.
"Lepaskan!! Biarkan aku sendiri!!" bentak Spear sembari berbalik dan mendorong Azuma hingga terjatuh.
Azuma pun bangkit berdiri. Sedangkan, Spear lanjut berlari menjauhinya.
Azuma pun bergumam, "Spear...".
Melihat Spear yang berlari menjauh, Azuma kemudian memutuskan agar membiarkannya sendiri untuk sementara waktu. Ia lalu membalikkan badannya dan berjalan kembali menuju Rumah Besar.
Ketika sampai di depan Rumah Besar, Azuma pun langsung bergegas masuk dan menemui Magma. Magma yang sedang rapat bersama Cavalry dan Ozuza pun terkejut ketika dirinya datang.
"Ada masalah apa, Azuma?" tanya Magma.
Azuma kemudian berbicara, "Magma, tolong bebaskan Stick! Dia tidak bersalah!!".
Cavalry pun langsung berdiri dari tempat duduknya. Ia kemudian memukul meja dengan keras.
*Plaakk
"Jangan bercanda!! Hei, Magma jangan dengarkan dia!!" bentak Cavalry tak setuju.
Sedangkan, Ozuza langsung berdiri dari tempat duduknya dan berjalan menuju Azuma. Ia lalu berhenti tepat di depannya kemudian menarik baju Azuma.
"Apa kau ingin kelompok ini hancur?!!" tanya Ozuza dengan nada mengancam.
Magma pun melipat kedua tangannya di dada dan bertanya, "Apa kau punya alasan yang kuat untuk meyakinkanku. Jika kau berkata 'karena dia adalah temanku', Maaf, aku tak bisa melepaskannya".
Azuma lalu menyingkirkan tangan Ozuza yang memegangi bajunya. Ia kemudian berjalan mendekati Magma.
"Karena... Karena... Karena dia adalah temanku... Tidak, sebenarnya dialah yang memberikan gulungan itu untuk diberikan padamu!!" seru Azuma mencoba meyakinkan Magma.
"Lalu? kalau memang benar, alasan itu bahkan belum cukup untuk membebaskannya. Pengkhianat adalah Pengkhianat. Ingatlah itu baik-baik.." balas Magma mencoba mematahkan keinginan Azuma untuk membebaskan Stick.
*Plaakk (Azuma memukul meja dengan keras)
Ia lalu berseru, "Tapi, Stick it---".
Magma pun menyela ucapan Azuma, "Cukup!! Pergi dan pulanglah sana!!!".
Terdengar suara kecapan dari mulut Azuma. Ia merasa kesal kepada Magma. Ketika mendengar Magma tak mendukungnya, Azuma pun pergi keluar dan memutuskan untuk pulang ke Rumah 35.
Ia pun sampai di Rumah 35 dan memasukinya. Kakinya pun melangkah ke arah Kamar, namun tiba-tiba dia teringat dengan Spear. Azuma lalu secara diam-diam memasuki kamar temannya itu.
Secara perlahan pintu Kamar Spear pun terbuka. Tampak seseorang mengintip dari luar Kamar. Ternyata itu adalah Azuma. Ia mengintip dan melihat Spear sedang tertidur di atas kasur.
Dia lalu berjalan mendekatinya. Azuma lalu berdiri tepat di samping tempat tidurnya. Ia langsung meletakan secarik kertas di atas meja dekat kasur Spear. Azuma kemudian menaruh cincin titipan dari Stick di atas secarik kertas itu.
Ia lalu pergi ke luar Rumah sembari membawa pedang. Ternyata tujuannya adalah Hutan. Azuma berniat untuk berlatih di tempat itu. Setelah berjalan cukup jauh, akhirnya ia sampai di Hutan.
Suasana di Hutan begitu gelap. Terdengar suara hembusan angin malam yang sedikit menakutkan. Namun, di antara suara-suara itu, terdengar suara seperti orang yang sedang berlatih di sana.
*Hya hya hya
"Suara apa itu?" tanya Azuma dalam hatinya.
Karena penasaran, ia kemudian mencari sumber suara itu. Ternyata suara itu berasal dari Ryujin yang sedang berlatih di sana. Ia terus mengayunkan pedang sembari sesekali menggunakan perisainya berlagak seperti menahan serangan musuh.
"A-Apa! Itukan, Ryujin. Sepertinya ia sedang berlatih sendirian. Apa aku ajak saja berlatih bareng, ya?" pikir Azuma dalam hatinya.
Ia lalu menghampirinya. Merasa ada yang mendekat, Ryujin pun langsung berbalik serta bersiap dengan perisai dan pedangnya untuk melakukan perlawanan.
Namun, ketika ia berbalik, ternyata orang yang dilihatnya itu adalah Azuma. Sontak, Ryujin pun menurunkan kewaspadaan dan menyarungkan pedangnya. Ia lalu menghampiri Azuma.
"Ah, kirain siapa" keluh Ryujin.
"Maaf, gimana kalo latihan bareng? Mau nggak?" tanya Azuma.
Ryujin lalu menjawab, "Hmm, boleh. Kalau begitu, ayo lakukan sekarang".
Mereka kemudian saling mengambil jarak. Kedua orang itu lalu saling menarik pedang dan bersiap menyerang.
Ryujin pun bersiap dengan pedang dan perisainya, "Ayo kak Azuma, serang aku!".
"Baiklah! Siap atau tidak, aku datang!!" teriak Azuma bersemangat.
*Ting Ting Ting
Pedang mereka pun saling beradu. Beberapa kali, Ryujin menangkis serangan dari Azuma menggunakan perisainya. Namun, durasi pertarungan cukup pendek. Baru saja dimulai, Ryujin berhasil mengalahkannya dengan cara membuat pedang Azuma terlontar ke udara.
"Wah, hebat.... Ryujin, ayo lakukan lagi" ajak Azuma.
"Hmm, boleh" jawab Ryujin setuju.
Azuma lalu mengambil pedangnya yang terjatuh dan bersiap. Ryujin lalu kembali mengambil jarak dan bersiap untuk bertarung.
*Ting Ting Ting
Mereka saling beradu pedang. Pertarungan pun berakhir dengan kemenangan Ryujin. Namun, Azuma tidak menyerah dan terus mengajak Ryujin untuk bertarung lagi.
Hasil semua pertempuran itu selalu dimenangkan oleh Ryujin. Karena kelelahan, Azuma kini terduduk di atas tanah. Keringat bercucuran dari sekujur tubuhnya.
Melihat hal itu, Ryujin pun menghampirinya, "Terima kasih, untuk latihan yang tadi, kak Azuma".
"Eh, tidak, tidak. Akulah yang justru berterimakasih. Kau hebat, Ryujin" ucap Azuma memujinya.
"Eh, tidak kak. Justru kak Azuma-lah yang hebat. Walaupun kalah, tapi semangat kakak tidak padam" seru Ryujin membalas pujian.
Azuma lalu bertanya, "Omong-omong, apa kau sering berlatih?".
Ryujin pun menjawab, "Eh, cuma kadang-kadang kok. Tapi, jangan bilang kak Zuza ya kak".
"Hmm, ok. Besok malam mau latihan lagi?" tanya Azuma.
"Hmm, iya boleh. Besok malam ya kak, aku tunggu di sini" jawab Ryujin.
Mereka lalu berjalan pulang ke Desa. Di persimpangan Desa, mereka berdua berpisah menuju Rumah yang berbeda. Azuma pulang ke Rumah 35 dan Ryujin kembali ke Rumah 23.
Azuma kemudian pulang ke Rumah dan masuk ke dalam kamarnya sendiri. Ia lalu berbaring di atas kasur sembari memejamkan matanya bersiap untuk tidur.
"(Jangan beritahu kak Zuza ya?) Berarti Ozuza belum tahu, ya? Hmm, tak kusangka, ternyata bukan hanya kakaknya saja yang hebat, tapi adiknya juga" gumam Azuma.
Azuma pun kembali berpikir, "Di pertempuran tadi, sama sekali tak ada celah untuk menyerangnya. Pertahanannya benar-benar tanpa celah. Bagaimanapun caranya, aku harus bertambah semakin kuat. Tapi, bagaimana caranya..?".
Azuma pun terus berpikir, bagaimana caranya agar bisa bertambah kuat. Saking terus memikirkannya, sampai membuatnya tertidur pulas.
Di pagi hari, Spear pun terbangun dari tidurnya. Ia terkejut, ketika melihat secarik kertas dan sebuah cincin berwarna hijau di atas meja di dekat kasur.
"Apa... Ini... Mungkinkah, Azuma..." gumam Spear.
Spear langsung mengabaikan cincin dan secarik kertas itu seakan tak pernah melihatnya. Ia lalu berjalan keluar Rumah sembari membawa tombaknya.
Langkahnya pun mengarah ke Hutan. Setelah sampai di sana, ia pun langsung berlatih.
"Aku... Harus menjadi lebih kuat... Harus... Pokoknya harus lebih kuat... Lagi!!!" teriak Spear.
Ia lalu terus memutar-mutar tombaknya dan membuat daun-daun di sekitarnya sampai terangkat ke udara. Ia kemudian melemparkan tombaknya ke arah batang pohon. Sehingga, tombaknya kini tertancap cukup dalam ke batang pohon itu.
Spear pun bergumam, "Kali ini... Aku tak akan kalah...".
.....Bersambung.....