Chereads / Sword Slayer / Chapter 16 - BAB 16 AKU INGIN DISAYANG

Chapter 16 - BAB 16 AKU INGIN DISAYANG

Di Desa Pemberontak, Stick kini dikurung di penjara karena berkhianat. Ia pun senang dengan rencananya yang berhasil. Walaupun, semuanya berakhir dengan dirinya yang dikurung.

Stick pun mengingat kembali saat ia menemui Pion waktu itu. Saat itu ketika Azuma terbaring pingsan di atas kasur kamarnya karena dilatih secara berlebihan oleh Ozuza, Stick pergi keluar untuk menemui Pion.

Ia lalu pergi ke Rumah 12 di Desa Pemberontak. Ketika melihat Stick menghampirinya, Pion pun langsung mengajaknya masuk ke dalam Kamar.

"Jadi, ada perlu apa kau menemuiku?" tanya Pion.

Stick pun menjawab, "Aku ingin minta daftar nama-nama pengkhianat diantara para pemberontak?"

Pion lalu tersenyum, "Tentu. Tapi, untuk apa?"

"Untuk mengetahui antara teman dan musuhku..." jawab Stick.

Pion lalu memberikan sebuah gulungan kertas kepada Stick. Stick pun langsung menerimanya. Ia kemudian pamit untuk pulang.

Stick pun berkata, "Terimakasih. Kalau begitu, aku pulang dulu..."

Pion pun berbalik membelakanginya dan menjawab singkat, "Iya.."

Stick pun keluar dari Rumah 12 dan kemudian berjalan pulang. Setelah Stick pergi, Pion pun melihatnya dari jendela.

"Stick, aku harap kita bisa bekerja sama..." pikir Pion di dalam hatinya.

***

Kembali ke masa sekarang, dimana Stick sedang dikurung di Penjara, Desa Pemberontak. Tiba-tiba, Azuma datang untuk melihat dan mengajaknya berbicara.

"Stick, kau baik-baik saja? Tunggu, kenapa wajahmu bonyok begitu?" tanya Azuma khawatir.

Stick pun menjawab, "Mereka memukuliku... Tak apa, ini adalah akibat karena aku berkhianat."

Azuma kemudian berkata lagi, "Tapi, ini tak ad--."

Stick memotong pembicaraan, "Tak apa. Aku malah lebih khawatir dengan keadaan kakakku, Spear... Apa dia baik-baik saja?"

Azuma pun menunduk diam. Secara tiba-tiba, sikapnya berubah menjadi kikuk. Stick pun paham dengan apa yang terjadi. Ia kemudian menyuruhnya mengulurkan tangan.

Azuma pun menurut dan mengulurkan tangannya. Stick kemudian memberikan sebuah cincin berwarna hijau lewat celah pagar besi yang menghalangi.

"Apa ini? Cincin..." tanya Azuma bingung.

Stick pun menjawab, "Kalau aku sudah tak ada lagi, tolong jaga Spear untukku.. Berikan cincin itu padanya, itu akan menghentikan kebangkitan Spear."

Azuma lalu berdiri dan berjalan pergi. Namun, tiba-tiba ia berbalik dan melihat ke arah Stick.

"Akan kuberikan ini padanya. Tapi, dengan satu syarat" ucap Azuma.

Stik yang bingung, ia kemudian bertanya, "Syarat? Apa syaratnya?"

Azuma pun tersenyum, "Aku tak mau menjaga Spear. Kau adiknya, kan? Jagalah dia dan lindungi semampumu."

Stick kemudian tersenyum, "Baiklah, setuju."

Azuma kemudian berjalan keluar menuju Rumah Besar. Ia berniat menemui Magma untuk membicarakan suatu hal.

***

Di sisi lain, Rumah Besar, Magma dan Ozuza sedang rapat untuk membicarakan sesuatu. Spear dan Cavalry juga mengikuti rapat itu.

"Jadi, apa langkah kita selanjutnya?" tanya Ozuza.

Cavalry pun menjawab, "Ini sulit. Kita kehilangan sebagian dari jumlah pemberontak. Sial, mereka berkhianat!! Belum lagi, beberapa Pemberontak yang tersisa mengalami luka dan beberapa diantaranya telah tewas."

Magma kemudian berkata, "Aku masih tak percaya. Pion... Berkhianat.. pasti ini hanyalah keboh--."

Ozuza pun menjadi geram dengan tingkah Magma. Ia kemudian berdiri memukul meja dan menyela.

*Plak

"Sadarlah, Tuan Magma. Walaupun ia orang yang paling kau percayai, Pion itu tetap pengkhianat!!" bentak Ozuza mencoba menyadarkan Magma.

Sedangkan, Spear yang berada di sana, ia hanya terdiam sembari duduk menunduk. Dia marah dan tak percaya karena Stick juga ikut berkhianat.

Cavalry menatap sinis ke arah Spear. Ia membatin dengan adik Spear yang berkhianat. Pikirnya adalah jika Stick berkhianat, maka sang kakak juga melakukan hal yang sama.

Karena tak sanggup menahan emosinya lagi, dia berdiri dari tempat duduknya. Ia lalu menghampiri Spear dan langsung menarik bajunya.

"Apa sih yang dilakuin kakak br*ngsek ini?!! Hei Magma, kenapa kau mengundangnya kemari?" kesal Cavalry.

Spear pun hanya terdiam mendengar semua ocehannya itu. Ia hanya mengalihkan pandangannya dan menatap ke arah lain.

Melihat keributan di Ruang Rapat, Magma pun menenangkan suasana, "Tenang Cavalry. Lepaskan dia, aku memanggilnya kemari, supaya bisa membahas soal adiknya juga."

Tiba-tiba Azuma masuk ke dalam Ruangan itu. Ketika melihat baju Spear yang ditarik oleh Cavalry, sontak Azuma langsung memegang erat orang itu. Melihat tangannya yang dipegang oleh Azuma, Cavalry pun mendorong Spear kemudian kembali duduk.

Spear pun terjatuh dan ia langsung bangun lalu berdiri sembari menunduk diam. Melihat hal itu Azuma langsung marah. Tapi, ketika akan meraih tangan Cavalry, Secara tiba-tiba Spear menahannya.

"Jangan... ayo, pergi saja..." ajak Spear sembari menarik tangan Azuma dan mengajaknya keluar.

Azuma dan Spear kemudian berjalan keluar dari Rumah Besar. Magma dan Ozuza pun tidak menghiraukan mereka berdua. Sedangkan, Cavalry melipat kedua tangannya ketika melihat dua b*bi itu akhirnya pergi.

Spear pun terus berjalan sembari menarik tangan Azuma. Namun, tiba-tiba Azuma langsung berbalik menarik tangannya dan berniat membawanya ke suatu tempat.

***

Di sisi lain, Pion bersama para pengkhianat akhirnya bertemu dengan Komandan Sogun dan pasukannya. Komandan Sogun yang melihat mata-matanya datang terengah-engah dan dalam keadaan terluka, ia hanya menghela nafas. Dirinya paham dengan rencana penyergapannya yang ternyata gagal dan mata-matanya yang sudah diketahui musuh.

"Kau gagal, Oni..?" ucap Komandan Sogun sembari turun dari kuda yang ditungganginya.

"Apa, Oni? tolong jangan panggil aku dengan nama itu. Sekarang, namaku adalah Pion" ujar Pion sembari melepas zirah yang dipakainya.

Namun, tanpa disadari salah satu Pemberontak yang tak berkhianat pun malah ikut bersama Pion. Ia lalu terkejut ketika melihat Pion bertemu dengan prajurit Zyro.

"Hei, Pion.. apa yang kau lakukan?! Kenapa bisa ada Zyro di sini?!" ucap orang itu ketakutan sembari memegang erat pedangnya.

Pion pun langsung menengok ke arah orang itu. orang-orang yang berkhianat juga menengok ke arahnya.

"Lihatlah siapa yang datang? Seekor t*kus kecil ternyata sedang tersesat..." ucap Pion sembari berjalan mendekatinya. Langkahnya pun berhenti dan matanya menatap tajam ke arah orang itu, "Bunuh dia..."

Orang-orang yang berkhianat pun langsung menyerangnya. Pemberontak itu kemudian terbaring lemas tak berdaya karena dikeroyok banyak orang.

Pion lalu menghampiri orang bertopeng yang berada di dekat Komandan Sogun. Matanya pun melihat dari ujung kaki hingga ujung rambut orang bertopeng itu.

Pion lalu bertanya, "Sogun siapa dia?"

Komandan Sogun kemudian melipat kedua tangannya, "Orang baru. Aku butuh dia untuk rencana kecilku."

Pion terkejut mendengar jawaban itu, "Wow, wow, wow, siapa sangka orang sepertimu bisa melakukan hal itu?"

Komandan Sogun kemudian tersenyum, "Bagaimanapun, aku butuh dia agar bisa melenyapkan Jendral br*ngsek itu."

Mereka pun berjalan pulang menuju Kota Bros. Pion akhirnya kembali ke kelompok asalnya. Para pengkhianat dan prajurit Zyro pun berjalan mengikuti langkah kedua pemimpinnya itu.

***

Beralih ke Stick yang berada di di Penjara, Desa Pemberontak, tiba-tiba terdengar langkah kaki yang mendekatinya. Stick yang sedang mencoba untuk tidur pun terkejut. Ia langsung membuka kedua matanya lebar-lebar.

Seketika nafasnya pun lega ketika tahu bahwa yang menghampirinya adalah Azuma dan Spear. Ternyata, Azuma mengajak Spear untuk menemui adiknya.

"Kenapa kau melakukan hal itu..? Apa kau membenciku..? Apa kau tak ingat... Untuk alasan apa sebenarnya kita ditempat ini!!" bentak Spear.

Stick pun menunduk, "Kalau aku tak melakukannya, kelompok ini akan musnah. Dendam kita kepada Zyro tak akan pernah terbalaskan!! Aku hanya berniat memisahkan antara Pemberontak dan Pengkhianat."

Spear kemudian berkata lagi, "Cukup untuk oceh--."

Stick langsung memotong pembicaraan, "Aku memang membencimu!! Sejak kecil, ayah dan ibu lebih memperhatikanmu dari pada aku. Aku ingin disayang oleh mereka. Karena itu aku berusaha untuk bersikap baik. Tapi... Mereka masih saja lebih menyayangimu..."

Spear pun membentak, "Sudah kuduga!! Kau memang memben--."

Stick memotong lagi, "Aku memang membencimu!! Tapi, diriku yang lain ingin melindungimu... Aku tak ingin kau terluka... Aku bahkan rela mati supaya kau tetap hidup, tahu!!!"

Spear yang semakin marah kemudian berlari keluar Penjara. Azuma lalu mengejarnya. Stick pun terduduk lemas ketika selesai mengatakan semua itu.

.....Bersambung.....