Di Hutan dekat Desa Pemberontak, Azuma dan Ozuza sedang bertarung. Mereka bertarung dengan menggunakan teknik Flame Sword.
*Ting Ting Ting (mereka saling beradu pedang)
Namun, karena kurangnya pengalaman, Ozuza berhasil melontarkan pedang milik Azuma ke udara kemudian jatuh ke tanah. Pedang Azuma yang terlepas dari tangannya, secara otomatis api di mata pedang itu padam. Ozuza kemudian mengarahkan pedangnya ke leher Azuma.
Azuma pun tak berkutik dan berdiri diam. Ozuza kemudian memadamkan api di mata pedangnya. Dilanjutkan dengan menyarungkan senjatanya itu.
"Baik, cukup untuk hari ini. Ayo, kita kembali ke Desa" ucap Ozuza.
Azuma kemudian mengambil pedangnya yang ia jatuhkan. Dia lalu menyimpannya di sarung pedang.
"Kau mau pergi kemana, Ozuza? Kenapa latihannya sangat cepat? Ada apa ini?" tanya Azuma penasaran.
Ozuza kemudian berkata, "Aku harus bersiap-siap untuk penyerbuan nanti malam. Bukankah sudah ku katakan, bahwa perang sudah dekat?"
Ia lalu menengok ke arah Azuma dan menambahkan, "Hei, apa kau pernah merasakan seseorang disekitarmu mirip dengan yang membuatmu marah di masa lalu?"
"Marah? A-Apa maksudmu adalah dendam?" tanya Azuma.
Ozuza pun menjawab singkat, "Iya."
Azuma kemudian menjawab pertanyaannya, "Tidak. Aku tak pernah merasakannya. Memang benar sih, kalau aku punya dendam. Tapi, aku tak akan pernah melibatkan orang lain dalam pembalasan dendam..."
Ozuza kemudian sedikit tersenyum, "Tapi, kau melibatkan kami, para Pemberontak, kan?"
Mendengar hal itu Azuma hanya terdiam menunduk. Ozuza kemudian meninggalkannya sendirian dan pulang ke Desa Pemberontak.
***
Di sisi lain, di Desa Pemberontak, Pion sedang bersantai di sebuah Bar. Setelah cukup lama berada di sana, ia kemudian pergi keluar untuk mencari udara segar.
Pion kemudian menaiki sebuah Bukit dekat Desa Pemberontak. Ketika melirik ke sekitar, ia tak melihat seorang pun di sekelilingnya. Hanya saja, dari kejauhan, dirinya dapat melihat penduduk Desa Pemberontak sedang beraktivitas seperti hari-hari biasanya.
"Sungguh Desa yang indah. Hanya saja, sayang sekali, ya. Semua ini akan menjadi milik Zyro. Huh... Sungguh beruntung, aku berada dipihak yang kuat" ucap Pion sembari tersenyum menyeringai.
***
Kembali, ke Azuma yang berada di Hutan. Ia ternyata sedang berlatih teknik Bayangan. Azuma berniat untuk menyempurnakan teknik itu.
Ia berdiri dan kemudian menunduk, "Bayangan..."
Tiba-tiba, muncul makhluk berwarna hitam menyerupai Azuma dari bayangannya sendiri. Setelah beberapa saat, Makhluk itu kemudian menyerupainya dan mulai memiliki warna yang sama seperti penggunanya.
Namun, tiba-tiba makhluk itu langsung berubah menjadi asap hitam. Untungnya, Azuma tidak menyerah. Ia terus saja berlatih sendirian di Hutan.
***
Di sisi lain, Di Desa Pemberontak, Stick sedang belatih di depan Rumah 35. Sedangkan Spear, ia hanya duduk sembari melihat adiknya berlatih.
Tiba-tiba, Azuma datang menghampiri mereka. Ia lalu duduk di samping Spear. Namun, Stick tidak peduli dan melanjutkan latihan. Tiba-tiba saja, ia merasakan seperti sedang diawasi. Dia lalu melihat ke sekelilingnya.
Ternyata benar, terlihat seseorang sedang mengawasi mereka. Ia secara perlahan lalu mendekati Stick. Jaraknya pun semakin dekat dan tangannya seperti ingin menyentuh Stick.
Spear dan Azuma malah mengobrol dan tak menyadari bahwa seseorang mendekati Stick. Sedangkan Stick yang merasa ada seseorang tepat di belakangnya, ia lalu berbalik dan secara cepat memukul orang itu.
*Buk
*Aduh!
Ternyata benar, soal firasatnya. Namun, Stick pun terkejut ketika tahu bahwa orang yang mengawasinya adalah Azuma.
Ia marah lalu berniat memukuknya lagi dengan tongkat, "Azuma..."
Melihat ke arah Spear dan terkejut, "A-Apa? A-Ada dua?!!"
Spear dan Azuma kemudian melihat lagi ke arah Stick. Spear pun terkejut ketika melihat ada Azuma lain yang berada di dekat adiknya itu. Ia lalu melihat Azuma yang berada di sampingnya, kemudian menengok ke Azuma di dekat Stcik, dilanjutkan melihat Azuma di sampingnya lagi.
"Ah, aku paham. Kau berhasil menguasainya, ya?" tanya Spear sembari tersenyum.
Azuma yang berada di dekat Stick kemudian berubah menjadi asap hitam. Stick pun paham dengan apa yang terjadi. Ia lalu menghampiri Azuma dan Spear.
"Iya. Akhirnya, aku bisa menguasai teknik itu" ucap Azuma senang.
Ternyata, ia berhasil menguasai teknik Bayangan yang diajarkan Spear. Stick yang melihat luka di telapak tangan kanan Azuma, ia lalu mengajaknya untuk masuk ke Kamar. Spear pun berniat ikut. Tapi, Stick malah melarang dan mencari alasan.
"Tidak boleh. Kau sebaiknya tetap diluar saja" ucap Stick melarang.
***
Di dalam Kamar Stick, ia sedang mengobati luka di telapak tangan kanan Azuma. Sembari membalut luka Azuma dengan perban, Stick pun membicarakan sesuatu.
Stick lalu memulai pembicaraan, "Hei, Azuma. Bisakah aku meminta bantuan?"
"Eh, tentu. Memangnya ada apa?" tanya Azuma bingung.
Stick kemudian melanjutkan dengan berbisik kepada Azuma, "Dengarkan baik-baik. Nanti malam, kita akan menyerbu Kota Bros. Tapi, itu semua adalah jebakan. Beberapa pengkhianat ada diantara para Pemberontak. Pemimpin pengkhianatan itu adalah Pion."
Azuma pun terkejut, "A-Apa!"
Ia kemudian berbisik, "Hei, kau berbohong, kan?"
Stick lalu lanjut berbisik, "Tidak, aku berkata jujur. Nanti malam, ketika di tengah perjalanan, kita akan diserbu prajurit Zyro. Sebelum hal itu terjadi, aku ingin menggagalkan rencana Pion. Hei, kau percaya padaku, 'kan?"
"I-Iya. Tapi, bagaimana caranya?" bisik Azuma bingung .
"Tenang saja, aku punya nama-nama siapa saja yang berkhianat. Aku akan menyerang Spear sebelum kita masuk perangkap. Itu semua untuk memancing pengkhianat-pengkhinat agar menunjukan wajah aslinya. Tolong serahkan ia pada Magma. Dia akan mengurus segalanya" ucap Stick sembari memberikan sebuah gulungan kertas.
Azuma lalu menerimanya. Dan tanpa ia sadari, Stick telah selesai membalut lukanya. Stick lalu berdiri dan berniat keluar Kamar. Tapi, ternyata ia melupakan sesuatu. Dia lalu memberitahukan satu hal pada Azuma lagi.
"Sial, aku hampir kelupaan. Tolong jangan beritahu kakakku soal hal ini. Dia hanya akan mengacaukannya, mengerti?" ucap Stick sembari membelakangi Azuma.
"Tapi, bagaimana jika kau malah dicurigai sebagai salah satu dari pengkhianat itu?" tanya Azuma khawatir.
Stick pun menjawab, "Itu adalah hukuman yang kudapat karena masuk dan bergaul dengan para pengkhianat. Jangan khawatir, semuanya akan baik-baik saja... Mungkin..."
Stick lalu membuka pintu kamarnya dan terkejut melihat kakaknya yang menguping. Namun, ia tak peduli dan langsung pergi keluar Rumah. Spear yang penasaran pun langsung masuk ke dalam kamar. Ternyata walaupun ia menguping, dia sama sekali tak tahu apa yang mereka bicarakan.
Ia lalu bertanya kepada Azuma, "Hei, apa yang kalian bicarakan? Pasti hal yang penting, kan?"
"Eh, tidak. Tidak ada apa-apa. Bukan hal penting. Di-Dia hanya berkata... Dia hanya berkata... Ah, ia hanya berkata sebenarnya dia ingin makan ikan untuk makan siang" ucap Azuma mencari alasan.
Spear pun tersenyum, "Baiklah. Sebagai kakak yang baik. Aku akan mendapatkan ikan untuk makan siang kita. Ayo, kita pergi ke sungai."
.....Bersambung.....