Azuma pun menjawab, "B-Baik."
Ozuza kemudian mengeluarkan pedangnya dan berkata, "Flame Sword."
*Whusssh... (Muncul api dibagian mata pedang Ozuza)
Ia kemudian mematikan api di pedang yang dipegangnya dan melanjutkan, "Aku akan mengajarimu teknik ini. Cepat, siapkan pedangmu!"
Azuma kemudian mengeluarkan pedangnya dan bertanya, "Lalu, apa yang harus ku lakukan?"
Ozuza kemudian mendekat dan berjalan mengelilinginya, "Pertama, kau harus menguasai dan tahu bagaimana cara kerja sihir."
"Cara kerja sihir? Tentu saja aku tahu. Sihir adalah sebuah kekuatan magis, Seperti keajaiban" ucap Azuma menjawab.
"Jawabanmu tidaklah salah. Tapi lebih tepatnya, sihir adalah sebuah kekuatan luar biasa untuk membuatmu menjadi semakin hebat dalam bertarung. Apa kau sudah bisa menguasai aliran mana?" tanya Ozuza.
Azuma pun menjawab, "Hanya sedikit. Aku juga sedang belajar untuk menyempurnakan suatu teknik."
"Bagus. Sekarang, tutup matamu dan kuatkanlah tekad bertarungmu. Carilah alasan kenapa kau bertarung, dan seberapa besar niatmu itu" ucap Ozuza memberi perintah.
Ozuza kemudian berjalan menjauh dan mengawasinya. Sedangkan, Azuma masih berdiri di tempat yang sama dengan menutup kedua matanya.
Azuma kemudian mengangkat pedangnya setinggi bahu dan diletakkan tepat di depan mata sembari berteriak keras, "Flame Sword!!"
Namun, tidak ada yang terjadi. Azuma pun terkejut dan Ozuza menatapnya dengan tajam.
"Ayo, lakukan lagi!!" bentak tegas Ozuza.
Azuma pun menutup matanya kembali dan mengulanginya dari awal. Namun, tidak ada api yang muncul di ujung pedangnya.
Ozuza kemudian menghela nafas, dan berlari ke arahnya. Ia lalu mengeluarkan pedangnya dengan tangan kiri dan berlari. Dilanjutkan dengan melompat dan mengayunkan pedangnya ke arah Azuma.
Azuma yang pun terkejut dan ia langsung menahan serangan itu dengan pedang. Namun, secara membabi buta, Ozuza terus mengayunkan pedang ke arahnya.
*Ting ting ting
"Ozuza, apa maksudnya ini?!" tanya Azuma kebingungan sembari menahan serangan darinya.
Namun, Ozuza tidak menjawabnya dan terus melanjutkan serangan. Azuma yang baru pertama kali menggunakan sebuah pedang, ia hanya mennagkis dan tak pernah menyerang balik.
Dan dengan suatu teknik, Ozuza berhasil membuat Azuma menjatuhkan pedangnya. Ia pun terpojok dengan Ozuza yang mengarahkan pedang tepat di leher Azuma.
Azuma hanya terdiam. Nafasnya terengah-engah dan keringat di wajahnya juga bercucuran. Terlihat juga bahwa Azuma menahan amarahnya.
Ozuza kemudian menyarungkan pedang dan memukul wajah Azuma dengan tangan kanan. Azuma pun terjatuh beberapa meter dari tempatnya berdiri.
Ozuza kemudian berkata, "Bangun! Dan coba lagi!!"
Walaupun merasa marah, tapi Azuma yang ingin belajar, ia hanya menahannya saja. Dirinya kemudian bangkit berdiri dan berjalan mengambil pedang yang dia jatuhkan.
Ia kemudian melanjutkan latihannya. Namun, berkali-kali dia gagal dan gagal lagi. Setiap kegagalan yang dialaminya, Ozuza kemudian menyerang dan berakhir dengan memukul Azuma.
Malam pun terus berlalu, namun, Azuma terus saja berlatih. Hingga tibanya sinar mentari, Ozuza kemudian menyuruh Azuma untuk pulang dan beristirahat.
***
Di Rumah 35, Kamar Spear, Spear terbangun dari tidurnya. Ia lalu keluar Kamar dan melihat Stick sedang menyiapkan makanan di meja makan.
Stick yang melihatnya kemudian berkata, "Lama sekali. Cepat sana, bangunkan dia."
Padalah Spear masih mengantuk, tapi karena adiknya yang menyuruh, ia pun menurut. Spear lalu mengetuk pintu kamar Azuma.
*Tuk tuk tuk
Namun, tidak ada jawaban dari dalam. Spear lalu mengetuknya lagi.
*Tuk tuk tuk
Namun, masih saja tidak ada jawaban. Dia pun membuka pintu itu dan terkejut ternyata tidak dikunci oleh Azuma. Ia lalu masuk ke dalam Kamar. Namun, Spear tak menemukan Azuma di Kamar itu.
"Hei, hei, lihat. Azuma tak ada di Kamarnya!!" teriak Spear sambil berlari keluar menemui Stick.
Stick pun terkejut, "Aneh, aku juga belum melihatnya dari tadi."
Tiba-tiba, pintu depan terbuka. Stick dan Spear pun menengok terkejut. Ternyata, Azuma-lah yabg membuka pintu. Dia kemudian berjalan beberapa langkah memasuki Rumah. Namun, tiba-tiba langkahnya terhenti dan ia pun langsung terjatuh tak sadarkan diri.
"Azuma!" teriak Spear terkejut sembari berlari mendekat.
Stick pun ikut terkejut dengan luka yang didapat Azuma, "Lihat, ada luka memar di wajahnya. Apa dia habis berkelahi?"
Kakak beradik itu lalu mengangkatnya dan membawa Azuma ke Kamar. Di letakkanlah ia di atas tempat tidur.
***
Di sisi lain, Desa Pemberontak, Rumah 23, Ryujin sedang menyiapkan sarapan. Ryujin dan Ozuza tinggal di Rumah yang sama, yaitu Rumah 23. Tiba-tiba, Ozuza datang dan menghampirinya.
Ryujin pun menyambut kakaknya itu, "Ah, kak Zuza sudah pulang, toh. Ayo, duduk dan kita makan bareng."
Ozuza kemudian duduk di kursi dan tersenyum sembari berkata, "Iya, kakak juga sudah lapar, nih."
***
Kembali ke Azuma yang terbaring di Kamar, perlahan-lahan matanya mulai terbuka. Dan dalam pandangan yang masih kabur, ia melihat dua orang tampak terus memanggil-manggilkan namanya.
*Azuma... Azuma... Azuma!!
*Hei, bangun Azuma!!
Saat pandangannya mulai kembali normal, ternyata dua orang itu adalah Spear dan Stick. Ketika melihatnya membuka mata, Spear pun tersenyum senang. Stick kemudian membantu Azuma untuk beralih dari posisi berbaring menjadi duduk.
"Hei, kenapa kau pulang dengan penuh luka? Kau habis dari mana sih?" tanya Spear merasa khawatir.
Azuma kemudian menunduk, "Ozuza tadi melatihku. Kemarin malam ia kemari dan mengajakku berlatih di Hutan."
Stick pun langsung paham, "Begitu, ya. Huh, dia memang orang yang tegas, sih."
Ia kemudian menambahkan, "Bagaimanapun, kau istirahatlah dulu."
Azuma pun bangun dan dengan tenaga yang masih tersisa, ia berjalan menuju meja makan untuk sarapan. Stick dan Spear pun mengejarnya.
Azuma kemudian terduduk, di sebuah kursi dan berkata, "Ayo, makan."
Kakak beradik itu kemudian ikut duduk dan menyantap makanan bersama Azuma. Stick makan dengan tenang, tetapi Spear sangat khawatir terhadap temannya yang baru sadar dari pingsan.
***
Beralih ke Ozuza, ketika siang hari, Ozuza menemui Magma. Ia masuk ke Rumah Besar tempatnya tinggal.
Ozuza pun melapor, "Tuan, saya sudah melatihnya. Hanya saja, dia begitu lemah. Bahkan, dia tak bisa menguasai teknik Flame Sword."
Mendengar hal itu, Magma pun berkata, "Terus saja latih dia. Ketika pertama kali melihatnya, aku melihat sebuah tatapan yang mengingatkanku terhadap sesuatu. Aku bahkan masih ingat, ketika kau memohon-mohon kepadaku untuk dilatih teknik Flame Sword."
Ozuza pun menunduk malu, "Itu... Hanyalah masa lalu, tuan."
***
Beberapa saat kemudian, Ozuza keluar dari Rumah Besar dan berjalan menuju Rumah 35 tempat Azuma tinggal. Di tengah perjalanan, ia bertemu seorang pria yang dikenalnya.
"Hei, Ozuza. Sudah lama tak bertemu, ya. Bagaimana keadaanmu sekarang?" tanya orang itu menyapanya.
Ozuza pun menjawab, "Aku baik. Maaf, aku sibuk."
Ia kemudian melanjutkan perjalanannya untuk menemui Azuma. Sembari berjalan, Ozuza terus memikirkan pria yang tadi menyapanya.
"Pion... Dia tampak senang. Sepertinya, dia mendapatkan sesuatu yang diinginkan. Aku penasaran... Untuk seorang bernama Pion, apa sih yang membuatnya senang" pikir Ozuza dalam hatinya.
Ternyata pria tadi yang menyapanya adalah Pion. Ia adalah seorang pria berumur 35 tahun. Senjata yang dimilikinya adalah sebuah pedang di sebelah kiri pinggangnya. Tubuhnya memakai sebuah zirah hasil rampasan dari prajurit Zyro. Hanya saja, ia tidak memakai sebuah Helm.
***
Di sisi lain, Azuma dan Spear yang berada di depan Rumah 35, mereka sedang terduduk di Teras. Namun, dari kejauhan Azuma melihat Ozuza berjalan ke mereka. Ia pun langsung berdiri. Dan Spear pun ikut berdiri juga.
Dan benar saja, Ozuza memang berniat menghampirinya. Spear pun menatap Ozuza dengan tajam.
"Mau apa kau kemari?" tanya Spear.
"Aku tak ada urusan denganmu" jawab Ozuza. Ia lalu menengok ke arah Azuma dan melanjutkan, "Ayo, kita pergi."
Azuma pun menunduk dan menjawab, "Baik, Aku akan ambil pedangku dulu."
Azuma lalu masuk ke dalam Rumah 35. Spear pun berbicara kepada Ozuza.
"Apakah kau harus sekeras itu padanya?" tanya Spear.
Ozuza pun menjawab tanpa menengok ke arah Spear, "Tentu saja. Jika dimanjakan, ia tak akan pernah berkembang."
Spear pun tersenyum, "Lalu, bagaimana dengan adikmu."
Ozuza pun menengok ke arah Spear dan menjawab lagi, "Dia... Tidak termasuk."
Tak lama kemudian, Azuma keluar dari Rumah itu. Ia dan Ozuza lalu berjalan bersama menuju Hutan untuk kembali berlatih.
.....Bersambung.....