Chereads / Sword Slayer / Chapter 10 - BAB 10 DESA MISTERIUS

Chapter 10 - BAB 10 DESA MISTERIUS

Spear yang melihat Azuma menangis, ia kemudian mengalihkan pembicaraan, "Hei, aku juga pernah punya teman masa kecil. Waktu itu aku berumur 5 tahun."

Azuma kemudian mengusap air matanya dengan tangan kanan dan berkata, "Teruskan. Ini giliranmu, kan?"

Spear kini tersenyum dan melanjutkan, "Aku waktu itu sedang bertengkar dengan Stick. Aku yang marah, malah kabur dari Rumah dan berlari menuju Hutan. Padahal, aku tidak membawa perbekalan apapun. Aku kabur tanpa berpikir panjang."

Azuma pun tersenyum, "Ya, masa anak-anak memang begitu, 'kan?"

Spear lalu melanjutkan ceritanya, "Beberapa hari telah berlalu, waktu itu aku merasa sangat lapar karena dari kemarin belum makan apa-apa. Aku kemudian menyusuri hutan dan berharap menemukan sesuatu untuk dimakan. Karena rasa lapar yang tak tertahankan, tubuhku ambruk dan pingsan."

Azuma yang dari tadi mendengarkan ceritanya, ia pun mulai penasaran, "Jadi, selanjutnya apa?"

"Aku kemudian terbangun di sebuah kamar. Aku pun melihat sekeliling dan sadar itu bukan kamarku. Dalam keadaan lemas, aku berjalan keluar kamar dan menuruni sebuah tangga. Ketika aku sampai di bawah, tampak sebuah keluarga sedang terduduk di meja makan bersiap untuk makan malam. Seorang anak laki-laki kemudian mendekat dan menarik tanganku lalu disuruhnya aku duduk di kursi yang kosong" ucap Spear melanjutkan ceritanya.

Azuma pun merasa lega, "Syukurlah, waktu itu ada yang menolongmu."

"Aku kemudian makan bersama keluarga itu. Beberapa hari berlalu, aku pun semakin akrab dengan mereka. Suatu hari, anak laki-laki itu memamerkan sebuah teknik yang baru dipelajarinya. Ternyata yang ditunjukkan padaku adalah teknik dengan nama Bayangan. Setelah melihat teknik itu, aku pun tertarik dan memintanya untuk mengajariku" ucap Spear melanjutkan ceritanya lagi.

Azuma lalu bertanya, "Apa Desa itu dekat dengan Rumahmu?"

"Tidak. Aku bahkan tak tahu jika ada desa di hutan. Padahal, Rumahku itu satu-satunya Rumah di daerah itu. Tanpa memiliki tetangga, aku dan keluargaku hidup mandiri" jawab Spear menjelaskan.

Azuma lalu bertanya lagi, "Apa kau merasa nyama tinggal di Desa itu? Apa kau tidak rindu keluargamu?"

Spear kemudian lanjut bercerita lagi, "Memang terasa nyaman, tapi jujur saja aku rindu dengan keluargaku. Aku pun memutuskan untuk pulang. Aku berpamitan dengan anak laki-laki itu beserta kelurganya. Aku sempat ragu... untuk pulang. Tapi, orang tua anak laki-laki itu pun meyakinkanku. Keluarga itu bertanya dimana tempat tinggalku dan aku pun menjawabnya. Mereka yang tahu daerah sekitar, kemudian menunjukan arah dimana tempat aku tinggal. Aku kemudian mulai menyusuri hutan sesuai petunjuk dari keluarga itu. Setelah berhari-hari, akhirnya aku sampai di Rumah".

Azuma pun tersenyum lagi, "Keluargamu pasti senang, kan, saat tahu kau pulang?"

"Iya, mereka memang senang, sih. Tapi, saat mengetahui aku ditolong oleh keluarga dari Desa itu, ayahku langsung melarangku untuk tidak mendekati ataupun memasuki Desa itu. Ia melarangku untuk pergi ke sana. Dan ketika aku bertanya apa alasannya, ayahku hanya menjawab bahwa Desa itu berbahaya" ucap Spear melanjutkan ceritanya lagi dan lagi.

Azuma kemudian bertanya, "Apa kau masih ingat siapa nama teman masa kecilmu?"

Spear pun menjawab, "Iya, tentu. Namanya Shadow, seorang anak yang ceria. Wajahnya penuh dengan senyuman. Aku tentu masih ingat wajahnya."

***

Di sisi lain, di Rumah bernomor 35, Desa Pemberontak, Stick sedang bersiap untuk berburu. Tiba-tiba, Azuma dan Spear datang sembari membawa seekor Rusa.

"Apa maksudnya ini?" tanya Stick kebingungan.

"Tentu saja hasil buruan kami. Ini semua ide Azuma" jawab Spear menjelaskan.

Azuma kemudian menambahkan, "Aku hanya merasa tidak enak, karena hanya kau yang terus berburu."

Spear pun melompat kegirangan, "Baiklah, ayo kita membakar daging rusa ini!! Ayo, ayo, aku sudah tidak sabar nih!!"

***

Di malam harinya, mereka pun makan malam dengan hidangan utama daging rusa bakar. Mereka makan malam sembari duduk di luar Rumah.

"Aku penasaran, kenapa Rumah ini disebut Rumah 35?" tanya Azuma.

Spear yang sedang mengunyah daging pun menjawab, "Hah, dengar ya. Jawabannya sudah jelas, karena bangunan ini adalah Rumah ke-35 yang dibangun di sini."

Azuma pun paham, "Oh, begitu ya."

Sedangkan, Stick hanya fokus memakan makanannya dengan tenang. Tidak seperti kakaknya yang makannya rakus, Stick malah mengunyah makanannya dengan benar.

***

Di sisi lain, Di kamar Komandan Sogun, Kastil Betro, Kota Bros, Komandan Sogun sedang bersiap-siap untuk beristirahat. Namun, tiba-tiba jendela kamarnya pun terbuka dan seorang pria bertopeng masuk ke dalam.

"Hei, hei apa kabar, Sogun?" ucap Pria misterius itu menyapanya.

"Katakan saja, ada masalah apa?" tanya Komandan Sogun dengan tegas.

Sang Pria bertopeng kemudian menjelaskan maksud kedatangannya, "Yah, aku hanya mendengar beberapa kabar bahwa Para Pemberontak akan segera menyerang."

Komandan Sogun yang mendengar hal itu pun tersenyum, "Kau terlambat. Oni sudah memberiku informasi itu."

Pria itu pun mengeluh, "Duh, cepat sekali. Apa dia lebih hebat dariku?"

Komandan Sogun kemudian menjawab, "Itu tidaklah penting. Tugasmu hanya membunuh Arqi saat para Pemberontak menyerang. Tapi sepertinya itu masih lama. Penyerangan kali ini, aku dan pasukanku akan mengatasinya. Tunggu saja saat penyerangan yang kedua. Saat itulah, kau harus membunuhnya."

"Baik, aku paham" jawab pria bertopeng itu.

Pria bertopeng itu kemudian keluar dari kamarnya lewat jendela. Komandan Sogun kemudian membaringkan tubuhnya di tempat tidur dan beristirahat.

***

Kembali ke Azuma, ketika malam tiba, ia sedang tertidur di kamarnya. Tiba-tiba terdengar suara ketukan pintu.

*Tuk tuk tuk

Karena masih ngantuk Azuma pun tidak terlalu mempedulikan hal itu. Namun, suara ketukan itu terdengar semakin keras.

*Tuk!! Tuk!! TUKK!!!

Azuma yang kaget pun langsung terbangun. Dengan wajah yang masih mengantuk, Ia pun membuka pintu kamarnya. Namun, tidak ada siapapun di sana.

Azuma pun terdiam, "Aneh, apa aku salah dengar?"

*Tuk!! Tuk!! Tuk!!

Ia pun melirik ke pintu depan. Azuma lalu berjalan ke pintu depan dan membukanya. Ternyata orang yang mengetuk pintu adalah Ozuza.

"Lama sekali. Ayo, pergi" ajak Ozuza.

Azuma pun bingung, "P-Pergi? Kemana?"

Ozuza kemudian menjawab, "Aku akan melatihmu. Jadi, kau mau atau tidak?"

Mendengar jawaban itu, rasa mengantuk yang ia rasakan pun menghilang. Azuma lalu masuk ke dalam kamar dan mengambil pedang serta memakai tas pinggangnya.

Dia kemudian berjalan mengikuti kemana Ozuza pergi. Ia melihat ke kanan-kirinya dan menyadari begitu sepi Desa saat malam hari. Sedangkan, Ozuza hanya terus berjalan tanpa berkata apa-apa.

"Maaf, Ozuza. Kenapa kau tiba-tiba ingin melatihku?" tanya Azuma penasaran.

Sembari terus berjalan dan tanpa menengok, Ozuza menjawab, "Sebenarnya, ini adalah perintah dari tuan Magma. Jadi, Mau tak mau, aku tetap harus melatihmu. Apa kau masih ingat, saat aku bilang kau harus mempunyai pedang?"

Azuma pun menunduk dan menjawab, "Iya."

"Aku adalah orang yang menepati ucapanku" jawab Ozuza.

Azuma lalu menghentikan langkah kakinya, "Lalu, kenapa waktu itu kau tak mau melatihku?!"

Ozuza pun berhenti berjalan sembari menengok ke belakang dan menjawab, "Waktu itu aku hanya sibuk."

Mereka kemudian melanjutkan perjalanan. Akhirnya setelah cukup lama berjalan, mereka pun sampai di tempat tujuan. Ternyata Ozuza mengajaknya berlatih di Hutan.

Ozuza pun membalikkan badannya dan menatap Azuma sembari berkata, "Sekarang, saatnya untuk latihan. Tidak ada waktu lagi untukmu bersantai."

.....Bersambung.....