Azuma, Stick, dan Spear kemudian keluar dari rumah si Pandai Besi. Mereka pun berjalan pulang menuju kamar masing-masing untuk beristirahat.
Sembari berjalan, Azuma pun memulai pembicaraan, "Hei, Spear. Bagaimana kau melakukan hal itu?"
"Hal, itu? Yang mana, ya?" bingung Spear.
"Yang di Gua tadi" jawab Azuma.
"Oh, maksudmu teknik Bayangan?" tanya Spear.
"Bayangan? Teknik apa itu?" tanya Azuma penasaran.
"Itu adalah teknik ilusi tipe Bayangan. Teknik ini memunculkan sebuah kloning dari bayangan penggunanya. Awalnya kloning itu menyerupai penggunaannya hanya saja berwarna hitam. Namun setelah sempurna, kloning itu mulai memiliki warna yang sama seperti penggunaannya" jawab Spear menerangkan.
"Jadi, sebuah teknik ilusi, ya? Kamu belajar teknik itu dari siapa?" tanya Azuma lagi.
"Aku belajar teknik Bayangan dari teman masa kecilku" jawab Spear.
***
Setelah cukup lama berjalan, akhirnya langkah mereka berhenti di sebuah rumah. Azuma Spear dan Stick tinggal di rumah yang sama. Hanya saja, kamar mereka terpisah.
Mereka kemudian masuk ke dalam rumah dan menuju kamarnya masing-masing. Spear yang berada di dalam kamar, tiba-tiba seseorang mengetuk pintu kamarnya.
*Tuk tuk tuk
Ia lalu membuka pintu dan terkejut ternyata Stick-lah yang mengetuk pintu kamarnya. Spear pun mempersilahkannya masuk.
"Jadi, ada apa?" tanya Spear.
"Kenapa kau menolong orang lagi?! Apa kau tidak belajar dari masa lalu?! Dia hanya memanfaatkanmu!!" Bentak Stick.
Spear pun tersenyum, "Lalu kenapa kamu ikut membantu? Giliran mencuciku itu kemarin, kan? Kau hanya merasa khawatir tentang kekuatanku, kan? Kau takut, jika kekuatan akan bangkit, kan?"
Stick pun terdiam sesaat, dan tak lama kemudian bergumam sembari mengalihkan pandangannya, "Jangan sampai kau dibodohi lagi... Sama seperti saat kau di bodohi oleh orang itu..."
Ia kemudian keluar dari kamar kakaknya itu. Stick lalu masuk ke kamarnya sendiri.
Di dalam kamarnya sendiri, Stick pun bergumam, "Kenapa, kau begitu bodoh... Spear..."
***
Keesokan harinya, Azuma mengajak Spear keluar desa. Mereka kemudian berjalan memasuki hutan. Tiba-tiba Azuma menghentikan langkah kakinya.
Spear pun melihat ke kanan-kirinya dan bertanya, "Jadi, ada apa?"
"Bisakah, kau mengajariku teknik itu?" tanya Azuma meminta bantuan.
"Bayangan, ya? Hmph, tentu kenapa tidak. Lagi pula, si Pak tua butuh waktu seminggu untuk menyelesaikan barang-barang yang kamu minta, 'kan?" jawab Spear.
"Benarkah, terimakasih" ucap Azuma merasa senang.
Sejak hari itu, Azuma pun terus pergi ke hutan bersama Spear. Setiap hari di hutan, Spear terus mengajarinya tentang teknik Bayangan.
***
Di pagi hari, di Desa Pemberontak, Azuma dan Spear sedang berjalan bersama. Mereka berniat untuk pergi ke Hutan untuk melanjutkan latihan Azuma. Namun di tengah perjalanan, seorang pria yang mengendarai kuda menghampiri Azuma dan Spear.
Orang itu terlihat memakai zirah lengkap dan mempunyai pedang di sebelah kiri pinggangnya. Orang itu lalu menatap Spear dan menunjukan wajah sombongnya.
"Halo, Spear. Hmph, sepertinya kamu masih tidak berubah. Dulu atau pun sekarang, kamu masih saja miskin! Tidak seperti aku" ucap pria itu dengan nada sombong.
Azuma malah terpancing. Ia tidak terima jika temannya dihina.
"Apa kau bilang?!! Jaga mulutmu!!" bentak Azuma membela temannya itu.
Spear pun langsung menahannya, "Jangan Azuma. Ayo kita pergi saja!"
Azuma pun terkejut, "Tap--."
"Tidak, apa-apa. Aku tak ingin terjadi kerusuhan" ucap Spear.
Dengan terpaksa Azuma pun menurut. Mereka kemudian melanjutkan perjalanan menuju Hutan. Setelah sampai di Hutan, Azuma langsung berlatih.
Waktu pun berlalu dan kini hari menjelang malam. Kedua orang itu pulang kembali ke Desa. Dalam perjalanan pulang, mereka pun saling berbicara.
"Hei, Spear. Sebenarnya siapa sih orang yang tadi pagi?" tanya Azuma penasaran.
"Kenapa kamu ingin tahu?" tanya balik Spear.
"Karena tak ada angin, tak ada hujan, tiba-tiba ia datang menghinamu" jawab Azuma.
Spear pun terdiam sembari terus berjalan. Ia tampak sedang memikirkan sesuatu.
"Spear... Spear..." ucap Azuma memanggilnya.
"Eh, iya-iya ada apa?" tanya Spear kebingungan.
"Kamu kenapa?" tanya Azuma khawatir.
"Tidak" jawab Spear.
Melihat Spear yang terlihat tidak fokus, Azuma pun memutuskan untuk tidak bertanya. Ia kemudian mengajak Spear untuk cepat pulang ke Desa.
***
Seminggu kemudian, Azuma dan Spear menghampiri Pak tua Galih. Dan ketika mereka memasuki Rumahnya, Pak tua itu langsung menyambutnya.
"Ah, pas sekali. Masuklah, pesanan milikmu baru saja selesai ku buat kemarin" ajak Pak tua Galih.
Sang Pandai Besi lalu memberikan sebuah Pedang beserta sarung pedangnya dan sebuah tas pinggang kecil. Azuma pun bingung dengan tas pinggang yang diberikan oleh si Pandai Besi.
"Begini, maaf. Tapi, aku tidak memesan benda ini" ucap Azuma menjelaskan sambil memegang tas pinggang itu.
"Tidak apa-apa. Anggap saja itu bonus dariku. Bukalah, dan kau akan senang dengan apa yang berada di dalamnya" sahut Pak tua Galih.
Azuma kemudian membuka tas pinggang itu. Ia terkejut melihat banyaknya Shuriken di dalam benda itu.
Pak tua Galih pun tersenyum dan berkata, "Tentu kau butuh tempat untuk menyimpan dan membawa Shuriken, kan? Tas pinggang ini adalah benda yang praktis untuk menyimpan sesuatu."
"Terimakasih, Pak tua Galih!" ucap Azuma merasa senang.
"Sama-sama! Dan berhentilah memanggilku Pak tua, umurku baru 70 tahun, loh" ucap Pak tua Galih menjelaskan.
"(Tapi, 70 tahun itu berarti sudah Kakek-kakek, tau) Tunggu, kau tak pernah memberiku bonus sama sekali? Ini tak adil Pak tua" ucap Spear mengeluh.
"Sudahlah, Sudahlah. Jangan membuat masalah di Toko-ku. Jika tak ada hal yang perlu dibicarakan, pergi saja" ujar Pak tua Galih.
Azuma tersenyum dan memakai Pedang di punggungnya. Ia juga memakai tas pinggang itu. Azuma kemudian bergegas pergi ke luar. Ia sudah tak sabar untuk menemui Ozuza agar bisa dilatih olehnya. Spear yang melihat Azuma pergi, ia pun mengejarnya.
Dia lalu pergi ke sebuah rumah tempat Ozuza tinggal. Baru saja sampai di depan Rumah itu, Azuma yang tak sabar langsung mengetuk pintunya.
*Tuk tuk tuk (Azuma mengetuk pintu)
Tak lama kemudian pintu pun terbuka. Namun, yang membuka pintu ternyata Ryujin, adik Ozuza.
"Ryujin, 'kan? Dimana Ozuza?" tanya Azuma.
"Oh, kak Azuma ternyata. Kak Zuza sedang ikut rapat penting di Rumah Besar" jawab Ryujin.
Tiba-tiba, Spear akhirnya berhasil menyusul Azuma. Dengan nafas terengah-engah, ia pun terduduk kelelahan.
"Hei, Azuma ada apa?" tanya Spear.
"Aku harus cepat bertemu dengannya" gumam Azuma.
Pertanyaan Spear sama sekali tidak dijawab. Azuma kemudian lanjut berlari. Melihat hal itu, mau tak mau Spear pun mengejar Azuma lagi. Sedangkan Ryujin, hanya terdiam melihat tingkah konyol dari dua orang itu.
***
Beberapa saat kemudian, Azuma akhirnya sampai di depan Rumah Besar. Dan sekali lagi, Spear berhasil menyusulnya. Namun, ketika akan masuk, dua pria yang sedang berjaga menghalanginya.
"Kau tidak boleh masuk, pergilah!" ucap tegas Pria A.
Azuma kemudian berkata, "Aku mohon. Aku ingin menemui Ozuza."
"Tidak!! Ozuza dan Tuan Magma sedang melakukan rapat penting. Pergilah!!" bentak Pria B sambil mendorong Azuma.
Azuma yang di dorong pun terjatuh. Melihat hal itu, Spear kemudian menantu temannya untuk berdiri.
"Hei, hei, jangan kasar begitu" ucap Spear membela Azuma.
"Masa bodoh!! Pergilah, jangan buat onar di sini!!" bentak Pria A.
Azuma yang tak terima, ia pun langsung berteriak keras, "Ozuza, Ozuza, keluarlah!!! Aku ingin bicara padamu!!!"
Melihat Azuma yang berteriak keras dan mengganggu rapat, ia pun langsung memukulnya. Melihat temannya dipukul, Spear pun memukul balik Pria A. Dan Pria B yang melihat rekannya dipukul, ia kemudian memukul Spear.
Mereka berempat pun saling baku hantam dengan tangan kosong. Suara perkelahian itu sampai terdengar ke dalam Rumah Besar. Ozuza yang mendengar keributan di luar, ia lalu pergi untuk mengeceknya.
***
Di luar Rumah Besar, keempat orang itu masih berkelahi. Tiba-tiba, pintu Rumah Besar pun terbuka. Ternyata itu adalah Ozuza.
"Hentikan! Apa yang kalian lakukan?!!" tanya tegas Ozuza meminta penjelasan.
Azuma yang melihat Ozuza, ia lalu mendekat ke arahnya dan berkata, "Lihat, Ozuza. Sekarang, aku sudah memiliki Pedang. Ayo, lati--."
"Masa bodoh dengan pedangmu itu!! Apa kau tidak lihat aku sedang rapat di sini?!! Sebentar lagi, akan terjadi perang!!" bentak Ozuza menyela ucapan Azuma.
"A-Apa? Perang sudah dekat?" tanya Azuma terkejut.
Ozuza kemudian masuk dan menutup pintu sembari berkata, "Melatihmu, hanya buang-buang waktuku saja..."
Azuma pun terdiam mendengar ucapannya itu. Ia merasa dibohongi oleh kata-kata Ozuza. Padahal, Azuma sampai melawan Gargoyle Besi supaya mendapatkan Pedang. Tapi, setelah mempunyai Pedang, Ozuza malah tetap tak mau melatihnya. Spear kemudian mengajak Azuma untuk pulang dan beristirahat.
.....Bersambung.....