"Makhluk yang tahan terhadap sihir, tubuhnya keras karena terbuat dari besi, memiliki sayap dan bisa terbang. Bagaimana cara untuk mengalahkannya? Jika mengincar kelemahannya, dia pasti terbang duluan dan menyerangku. Hmph, aku tahu" pikir Azuma dalam hati.
ia pun terpikir sebuah rencana "Stick, bisakah kau alihkan perhatiannya?"
Stick pun terdiam dan tak lama kemudian ia menjawab, "Sepertinya dia punya rencana."
Ia kemudian menyahut, "Baiklah, aku mengerti. Spear alihkan perhatiannya!!"
Karena mendengar teriakan Stick, Gargoyle Besi itu langsung melirik bebatuan tempat mereka bersembunyi. Azuma pun mulai berkeringat ketakutan.
Azuma pun terkejut, "Hah, ak--."
"Kesempatan ini hanya satu kali. Jangan sia-siakan hal ini" ucap Stick.
Spear lalu mengintip dan melihat Gargoyle Besi berjalan pelan ke tempat Azuma dan Stick bersembunyi. Ia yang tak mau mereka terluka kemudian keluar dari tempat persembunyiannya. Dia lalu berlari dan mengambil Tombaknya.
Spear lalu berlari ke arah makhluk itu sambil berteriak keras, "Matilah!!!"
Makhluk itu pun menengok ke belakang. Ia melihat Spear berlari ke arahnya tanpa rasa takut sedikitpun.
*Rarrrr (makhluk itu menggeram keras sambil terbang ke arah Spear)
Ketika jaraknya sudah dekat, Spear pun melompat dan menusukkan Tombaknya ke makhluk itu. Namun, serangan makhluk itu lebih cepat. Ia menangkap Spear dan membantingnya ke tanah.
Spear pun terluka karena benturan yang begitu keras. Ketika ia akan berdiri, Gargoyle Besi langsung menimpa Spear dengan tangan kanannya. Spear pun kembali terjatuh, dan ia tak bisa bangkit karena makhluk itu menaruh telapak tangan kanannya di atas tubuh Spear.
Melihat mangsanya yang terpojok, ia kemudian mengangkat tangan kirinya tinggi-tinggi. Dilanjutkan dengan memunculkan cakar tajam dari jari-jarinya itu. Ia berniat untuk mencabik-cabik Spear.
Melihat sebuah celah, Spear pun berteriak keras, "Sekarang!!!"
Azuma pun langsung keluar dari tempat persembunyiannya. Ia kemudian berlari ke arah makhluk itu.
"(Apa... Tidak, Spear... Tidak, aku tak boleh ragu. Spear mempertaruhkan nyawanya supaya aku bisa mengalahkan makhluk itu. Ia sudah membuat kesempatan ini untukku) Aku tidak boleh ragu!!!" teriak Azuma memberanikan diri.
Gargoyle Besi yang mendengar suara teriakan dari arah belakang, ia kemudian menengok. Namun, dengan cepat Azuma lalu melompat dan menusukkan kunainya itu tepat pada kristal yang berada di punggung makhluk itu.
Kristal itu pun pecah, dan makhluk itu kemudian langsung melemah lalu jatuh ke tanah. Tubuh makhluk itu kini tak bergerak menandakan bahwa dirinya telah mati. Melihat keadaan sudah aman, Stick pun keluar dari tempat persembunyian. Ia lalu menghampiri kakaknya itu.
Azuma yang khawatir, ia kemudian menghampiri Spear. Azuma lalu mengulurkan tangannya untuk membantu Spear berdiri.
Stick pun datang dan berkata, "Jangan pedulikan dia! Hei, cepat keluar!! Temanmu menunggu ini!! Aku tahu kau hanya menggunakan sebuah trik kecil!!"
Azuma pun bingung dengan apa yang dimaksudkan Stick. Ia juga bingung dengan siapa Stick bicara. Tiba-tiba, tubuh Spear pun berubah menjadi asap hitam. Azuma pun terkejut, namun Stick malah menunjukan ekspresi tak pedulinya.
Azuma terduduk menyesal, "Hei, ada apa ini? Stick, kenapa ini? Kakakmu... Spe--."
"Tenanglah, dia tak apa-apa. Ayo, ikuti aku!" ucap Stick mencoba menenangkannya.
Ia kemudian menuju sebuah batu besar. Azuma lalu mengikutinya dan dia terbingung dengan maksud dari Stick. Stick lalu berlari ke arah batu itu dan kemudian memukulnya pada sisi lain. Terdengar suara seseorang di sana.
*Aduh
Azuma kemudian pergi ke sisi lain batu itu. Ia pun terkejut melihat Spear ada di sana.
"Kau tidur, 'kan?" tanya Stick sambil menatap tajam ke arah Spear.
Mendengar perkataan keramat dari adiknya, Spear hanya bisa nyengir sambil menggaruk-garuk kepalanya seakan-akan tak tahu apa-apa. Azuma pun mendekat ke arah Spear dan memeluknya dengan erat.
"Syukurlah, kamu tak terluka. Aku bersyukur kamu baik-baik saja" ucap Azuma sembari menangis.
"Hei, hei, lepaskan. Jangan jadi anak cengeng!" ucap Spear merasa tak nyaman.
Mendengar hal itu, Azuma pun melepaskan pelukan kemudian mengusap air matanya. Mereka bertiga lalu menghampiri mayat Gargoyle Besi.
"Hei Spear, jadi kita apakan makhluk ini?" tanya Azuma.
"Kau bilang mencari biji besi, 'kan? Kalau begitu, anggap saja ini biji besi" jawab Stick.
Spear pun menangkap maksud adiknya itu, "Ah, aku paham. Ayo kita bahwa makhluk ini ke Pak tua itu!"
"Tunggu, aku tak paham. Apa maksudnya" bingung Azuma.
"Bagaimanapun, Besi adalah Besi" jawab Stick.
"Maksudnya, dari pada kita menambang biji besi, lebih baik kita bawa mayat Gargoyle Besi ini pada pak tua" ucap Spear menjelaskan.
"Ah, aku paham" jawab Azuma.
Mereka bertiga kemudian mengangkat mayat makhluk itu. Karena makhluk itu yang sangat berat, beberapa kali mereka berhenti dan beristirahat.
***
Setelah cukup lama berjalan sambil membawa mayat makhluk itu, akhirnya mereka sampai di Desa Pemberontak. Dalam perjalanan menuju rumah pak tua, seorang pria menyapa mereka.
"Hei, Spear. Itu Gargoyle Besi, 'kan? Mau dibawa kemana?" tanya pria A.
"Iya. Kami akan membawanya ke Pak tua" jawab Spear.
"Ah, Pak tua Galih, ya?" tanya pria A lagi.
"Pak Tua Galih? Siapa? Pandai besi itu?" jawab Azuma keheranan.
"Tentu saja. siapa lagi kalau bukan dia. Hanya ada satu pandai besi di Desa ini, dan itu adalah Pak Tua Galih. Kalau begitu, biar kubantu" ucap pria A menawarkan bantuan.
Azuma pun tersenyum dan menjawab, "Ah, tentu boleh. Ter--."
"Maaf, ya. Ini adalah kiriman barang dari seseorang untuk si Pak tua. Kami, tidak ingin ini rusak" jawab Stick dengan nada mengancam.
"A-Ah, b-begitu, ya... Ah aku ingat!! Maaf aku ada urusan, dah" ucap pria A mencoba mencari alasan untuk kabur.
"Hei, Stick. Kenapa kau berkata begitu? Padahal dia, kan berniat membantu kita" tanya Azuma penasaran.
"Dia hanya orang yang menginginkan imbalan. Jika dia ikut membantu, pasti dia akan mendapatkan bagian. Padahal kita bersusah payah mengalahkan makhluk ini" jawab Stick.
"Oh, begitu" sahut Azuma.
Stick pun melanjutkan, "Kalian mencari biji besi supaya pak tua itu membuatkan Pedang, kan?"
"Ba-Bagaimana kau bisa tahu?" terkejut Azuma.
Stick lalu menambahkan, "Kakakku mungkin baik, tapi ia tidak bodoh. Ia bersusah payah menolongmu, pasti untuk mendapatkan sesuatu yang berharga, kan? Azuma, jangan pernah mengecewakannya...".
"Baik... Aku mengerti" jawab Azuma mengangguk.
***
Setelah cukup lama berjalan, akhirnya mereka sampai di rumah pandai besi itu. Azuma lalu menunjukan apa yang mereka dapatkan.
Pak tua Galih pun terkejut, "Hpmh, kalian mendapat barang bagus rupanya. Baik, akan anggap setengahnya adalah punyaku. Jadi, kau ingin kubuatkan Pedang, kan? Akan butuh waktu, tapi akan kuusahakan."
"Jadi, karena kita mendapatkan ini bertiga, maka hasilnya juga kita bagi tiga. Lalu, apa ada yang ingin kalian buat?" tanya Azuma.
"Ah, tidak usah. Bagianku untukmu saja" jawab Spear.
Azuma pun terkejut, "A-Apa? Tapi, kan kita mendapatkannya bersa--."
"Bagianku juga. Aku hanya membantu supaya Spear bisa cepat menyelesaikan urusannya. Sekarang, saatnya giliran dia untuk mencuci" jawab Stick sembari melipat kedua tangannya.
Mendengar hal itu, Azuma pun bertanya, "Kalian yakin?"
Stick kemudian menunjukkan sedikit senyuman di wajahnya. Sedangkan, Spear mengangguk sembari tersenyum lebar. Akhirnya, keputusan pun dibuat. Pak tua Galih kemudian duduk di sebuah kursi.
"Jadi, bagaimana? Apa hanya Pedang? Kalau hanya Pedang, bagianmu masih tersisa banyak" ucap pak tua Galih sembari duduk di sebuah kursi.
"Eh, pak Galih, bisakah kau membuatkanku beberapa buah Shuriken?" tanya Azuma.
"Shuriken? Tentu saja bisa" jawab Pak tua Galih.
Azuma kemudian melanjutkan, "Kalau bisa Pedangnya pendek dan tak memiliki lekukan, sama halnya seperti milik seorang Ninja."
"Kenapa kau ingin begitu?" tanya Spear penasaran.
Azuma pun tersenyum dan menjawab, "Karena... Aku seorang Ninja."
.....Bersambung.....