Chereads / Sword Slayer / Chapter 5 - BAB 5 SEORANG TEMAN

Chapter 5 - BAB 5 SEORANG TEMAN

Di desa Pemberontak, Magma sedang berbicara dengan Azuma "Hmm, begitu rupanya. Ayo maju! Tunjukan seberapa hebat kemampuanmu!"

"B-Baik" jawab Azuma sedikit gugup.

Ia kemudian mengeluarkan kunai-nya dan berlari mendekati Magma. Magma lalu bersiap dengan mengepalkan kedua tangannya. Saat Azuma akan menyerangnya dengan kunai, Magma langsung memukulnya dengan tangan kanan yang mengepal. Pukulan itu mengenai wajah Azuma. Ia pun terhempas ke belakang.

Azuma mencoba bangkit, namun pukulan itu sangat keras dan kuat. Azuma pun dibuat lemas dengan satu pukulan. Magma kemudian berjalan mendekatinya.

"Hmph, lumayan. Ayo, bangunlah!" ucap Magma sambil mengulurkan tangannya.

Azuma pun menerima uluran tangan dan berdiri "Ah, terimakasih. Maaf, jika aku tidak hebat..."

"Jangan khawatir. Jika berlatih, kau pasti akan menjadi seseorang yang hebat" ucap Magma mencoba menyemangatinya.

Magma lalu berjalan ke arah Ozuza. Ia kemudian menyentuh pundaknya.

"Tolong, latihlah dia!" ucap Magma sembari menepuk pundak Ozuza.

"Baik, Tuan Magma" sahut Ozuza menurut.

"Oh, iya. Ozuza, ajaklah anak baru itu berkeliling desa! Dan berikan tempat untuknya tidur!" ucap Magma memberi perintah.

"Sesuai perintah anda, Tuan Magma" sahut Ozuza mengangguk.

Ozuza kemudian pamit dan pergi keluar ruangan sembari mengajak Azuma.

***

Azuma pun diajak berkeliling. Saat sedang berkeliling, tiba-tiba dari arah belakang seorang anak laki-laki memanggil Ozuza.

"Kak Zuza!! Kak!!" teriak anak laki-laki itu.

Ozuza pun berbalik dan menghentikan langkahnya. Anak laki-laki itu lalu berlari mendekati Ozuza. Azuma bingung dan penasaran, siapa anak laki-laki itu.

"Ozuza, siapa dia?" tanya Azuma.

"Dia adalah adikku, namanya Ryujin" jawab Ozuza.

"Apa kau temannya kak Zuza? Kalau begitu, salam kenal aku Ryujin, Achmad Ryujin" ucap Ryujin sambil mengulurkan tangannya.

"A-Aku Azuma" jawab Azuma sambil menjabat tangan Ryujin.

"Ryujin, jangan ganggu dia! Kakak sedang mengajaknya berkeliling" ucap Ozuza.

"Ah, maaf. Kalau begitu, sampai jumpa" ujar Ryujin izin berpamitan.

Ryujin kemudian pergi meninggalkan Ozuza dan Azuma. Mereka berdua pun lanjut berkeliling.

***

Ketika malam hari, Azuma diajak untuk berlatih. Mereka kemudian pergi keluar desa dan masuk ke dalam Hutan. Azuma dipertemukan dengan seorang anak laki-laki. Anak laki-laki itu terlihat memegang sebuah tombak.

"Hei, jadi kau anak baru itu, ya?" tanya si anak laki-laki.

"Ozuza, siapa dia?" tanya Azuma kebingungan.

Ozuza lalu menjawab "Dia ad--."

"Hei, aku sedang bicara denganmu. Perhatikan aku!" ucap anak laki-laki itu memotong pembicaraan dengan wajah merengut.

"Siapa?" tanya Azuma.

"Aku adalah pengguna tombak terhebat!! Namaku adalah SPEAR!!!" ucap bersemangat Spear.

"Spear? Spear itu tombak, 'kan? Aku tidak bertanya senjata apa yang kau pakai. Aku bertanya siapakah namamu?" tanya Azuma lagi.

"Hah?!! Namaku Spear!!! Aku Spear!!" bentak Spear meyakinkan Azuma.

"Huh, siapa namamu?!!!" bentak Azuma bertanya lagi.

"Aku Spear, Spear, dan SPEAR!!!" bentak Spear berusaha meyakinkan Azuma.

Karena mereka berdua yang terlalu berisik, Ozuza pun memukul Spear.

Bukkkkk... (Ozuza memukul wajah Spear)

"Jangan berisik! Kau tahu 'kan kita sedang di dekat desa pemberontak? Jangan sampai membangunkan mereka semua!" ucap Ozuza dengan nada tegas.

"(Benar juga) Tunggu, bukankah kau bilang ingin melatihku, Ozuza? Lalu apa hubungannya dengan dia?" tanya Azuma sambil menunjuk Spear.

"Sekarang, aku tanya, kau punya senjata apa? Seberapa baik kau dalam bertarung?" tanya Ozuza.

"A-Aku hanya punya sebuah kunai. Dan aku.... masih belum hebat dalam bertarung, sih" jawab Azuma.

"Kalau begitu, kau tidak pantas untukku latih" ucap Ozuza dengan nada sombong.

"Hei, hei Ozuza, jangan begitu! Dia 'kan masih anak baru. Jadi, wajar kalau kemampuannya dalam bertarung masih pemula" ucap Spear membela Azuma.

"Lalu apa yang membuatku pantas untuk kau latih? Haruskah aku kehilangan satu tanganku?!!" bentak kesal Azuma.

"Paling tidak, kau harus memiliki sebuah pedang" jawab Ozuza.

Azuma yang kesal pun langsung berlari menuju desa pemberontak. Spear lalu berjalan mendekat ke arah Ozuza.

"Hei, Ozuza. Jangan terlalu keras padanya!" ujar Spear mencoba membujuk Ozuza.

"Seseorang akan menjadi lemah jika dimanjakan. Begitu pula sebaliknya, ia akan menjadi kuat jika disakiti" jawab Ozuza.

Mendengar jawaban itu dari mulutnya, Spear pun ikut kesal. Ia kemudian berlari mengejar Azuma. Spear lalu memasuki desa dan mencari Azuma kesana-kemari. Akhirnya, ia menemukan Azuma. Dia sedang duduk di tanah mencoba menyendiri. Melihat Azuma yang termenung, Spear pun menghampiri dan kemudian duduk di sampingnya.

"Kau... kenapa?" tanya Spear mencoba dekat dengan Azuma.

"Tidak apa-apa..." jawab Azuma sembari memalingkan wajahnya.

"Kenapa kau ingin bergabung dengan para pemberontak?" tanya Spear.

"Aku... ingin membalas dendam kepada Kerajaan Zyro. Kau sendiri, kenapa bergabung dengan para pemberontak?" tanya Azuma.

"Aku?" gumam Spear. Ia menunduk sembari menghela nafas, "Aku dan adikku... kami dendam pada Zyro. Penjajahan Zyro, membuat kedua orang tuaku meninggal."

"Oh, begitu" sahut Azuma.

"Jika kau membutuhkan pedang, aku akan membantumu" ucap Spear bersemangat.

"Be-Benarkah?" terkejut Azuma.

"Iya. Kita 'kan teman, sudah seharusnya saling membantu" jawab Spear sembari tersenyum.

"Teman?" terkejut Azuma tak percaya.

"Iya. Sebaiknya perkataan Ozuza tadi tak usah dipikirkan! Kalau kau memang butuh pedang, aku punya kenalan pandai besi di sini, di desa pemberontak. Besok, aku akan mengantarmu padanya. Sekarang, ayo kita kembali ke kamar dan istirahat!" ucap Spear mengajak Azuma.

"Apa kau yakin tidak merepotkanmu?" tanya Azuma sedikit ragu.

"Ah, tentu tidak kawan" jawab Spear dengan wajah tersenyum.

Azuma kemudian berdiri dari tempat duduknya dan Spear pun ikut berdiri lalu mengulurkan tangan "Siapa namamu tadi? Sp-Spear, 'kan? A-Aku Azuma."

"Aku Spear" sahut Spear sembari menjabat tangan Azuma.

Mereka kini berjalan menuju kamar masing-masing untuk beristirahat. Percakapan tadi menjadi penanda ikatan awal diantara kedua orang itu.

***

Di pagi harinya, Azuma sedang tertidur di atas kasur. Tiba-tiba, seseorang mengetuk pintu kamarnya.

*Tuk tuk tuk

Azuma yang sedang tidur kini terbangun. Ia kemudian membuka pintu dan melihat Spear-lah yang mengetuk kamarnya itu. Azuma lalu langsung bersiap-siap untuk pergi.

***

Mereka berdua kemudian berjalan menuju rumah tempat pandai besi kenalan Spear berada. Setelah cukup lama berjalan, akhirnya langkah kedua orang itu berhenti di sebuah Rumah.

"Jadi, ini tempatnya?" tanya Azuma.

"Begitulah. Ayo masuk" ajak Spear.

Spear kemudian membuka pintu dan berteriak keras "Hei, pak tua, dimana kau?!! Ini aku, Spear!!"

Azuma pun terkejut dengan temannya yang langsung berteriak itu dan ia pun berbisik "Hei, sopanlah sedikit."

"Hah, tak apa. Tenang saja, aku dan pak tua sudah menjadi bestie kok" sahut Spear.

Tiba-tiba, datanglah seorang pria tua "Ada apa ini?!"

"(Memandang ke arah Spear) Ah, ternyata si anak nakal, ya? Jadi, ada masalah apa?" tanya pria tua itu.

Spear pun menjelaskan maksudnya "Begini, pak tua, temanku ini sedang membutuhkan Pedang. Jadi, tolong buatkan satu untuknya, ya!"

"Begitu rupanya" gumam sang pria tua itu sambil mengelus-elus jenggot putihnya yang cukup lebat.

Pria tua itu pun melanjutkan "Jadi, berapa banyak yang kau punya?"

Azuma pun bingung "Punya? P-Punya apa, ya?"

"Uang-lah!! Tidak mungkin aku membuatnya begitu saja tanpa bayaran" jawab tegas Pria tua itu.

"A-Apa?!" terkejut Azuma.

Spear yang paham kondisi temannya itu, ia pun mencoba membujuk sang pandai besi "Ayolah, pak tua. Jangan pelit-pelit! Lagi pula, sebentar lagi kau akan mati, 'kan? Pak tua, kau itu harus sadar dengan umurmu tau!!"

Sang pandai besi pun langsung menaikan suaranya dan memukul-mukul Spear dengan sebuah tongkat "Apa kau bilang?!! Dasar anak nakal!!!"

Spear kini hanya bisa menahan serangannya saja dan tak berani untuk melawan. Azuma pun mulai mencari cara agar bisa mendapatkan pedang.

Azuma memanggil "Hei, Pak tua..."

Sang pandai besi pun menengok ke arahnya "Ada apa?"

"Apa ada cara supaya kau bisa membuatkan Pedang untukku? Selain membayar dengan uang, aku mungkin bisa melakukan sesuatu untukmu" ucap Azuma mencoba membujuk sang pandai besi.

"Hmph, tentu ada" jawab sang pandai besi.

"Apa itu" tanya Spear.

"Biji besi yang ku punya tinggal sedikit. Mungkin, kau bisa menambang dan memberikanku biji besi. Jika hasil yang kau tambang banyak, maka aku akan membuatkan sebuah Pedang untukmu" ucap pandai besi itu.

.....Bersambung.....