Di Kota Bros, seseorang yang menutupi tubuhnya dengan sebuah jubah memasuki bar. Itu adalah Azuma yang sedang menyamar. Ia kemudian duduk di sebuah kursi. Tepat di sampingnya, dua orang pria sedang mengobrol.
"Kau tahu, akhir-akhir ini sering banyak kejadian buruk" ucap Pria A.
"Aku tahu. Para pemberontak, 'kan?" tanya Pria B.
"Benar. Mereka mulai menjadi masalah yang besar bagi Zyro" ucap Pria A.
"Tapi, kekuatan mereka tidak cukup untuk mengalahkan Zyro" ucap Pria B Dengan nada sombong.
"Tapi, lihatlah masalah yang mereka berikan! Merampok persenjataan yang akan dibawa ke Kastil Betro. Entah kenapa, mereka seperti menargetkan Kastil Betro dan Kota Bros 'kan?" tanya Pria A.
Azuma yang dari tadi mendengarkan obrolan kedua orang itu, ia pun bergumam "Para... Pemberontak..."
Dia lalu bangkit dari tempat duduknya dan berjalan keluar bar. Di luar, dia mencoba menutupi wajah dengan jubah yang dipakainya. Azuma berpikir untuk bergabung dengan para pemberontak supaya bisa membalas dendam kepada Zyro.
Ia pun berjalan menuju gerbang supaya bisa keluar dari Kota Bros. Namun, di tengah perjalanan, ia bertemu dengan para prajurit yang sedang berpatroli. Azuma langsung membalikkan badannya dan berjalan cepat menjauhi para prajurit itu.
Prajurit A pun menunjuk Azuma "Hei, lihat anak itu? Dia tampak mencurigakan, bukan?"
"Ah, benar. Dia langsung berbalik begitu melihat kita. Langkahnya juga terlihat gugup, seakan-akan dia ketakutan" ucap prajurit B.
"Baiklah, ayo tangkap dia!!" ajak Prajurit A.
"Wokeh!!!" Semangat prajurit B.
"Hei, kau yang disana, berhenti!!" teriak Prajurit A.
"Ayo, tangkap. Dia pasti penjahat!!" teriak bersemangat prajurit B.
Azuma pun berbalik dan melihat dua prajurit itu berlari ke arahnya. Sontak ia pun mulai berlari menjauhi kedua prajurit itu. Melihat Azuma yang berlari menjauh, kedua prajurit itu pun langsung berlari mengejarnya.
"Hei kau, jangan lari!!" teriak prajurit A.
***
Di saat yang sama, seorang anak laki-laki sedang berjalan-jalan di kota. Ia tampak melihat ke kanan-kirinya dengan tatapan yang tajam. Anak itu terlihat menggendong sebuah busur di punggungnya dengan beberapa anak panah.
Tampak juga sebuah pedang yang ia letakkan sebelah kanan pinggangnya. Dia juga memakai sebuah sarung tangan di tangan kirinya. Tiba-tiba, seseorang menabraknya, dan mereka berdua pun terjatuh. Ternyata, seseorang yang menabraknya adalah Azuma.
"Ah, maaf!! Maaf!!" ujar Azuma sambil berdiri dan kemudian melanjutkan pelariannya.
Anak laki-laki itu pun berdiri dan langsung menatap tajam ke arah seseorang yang baru saja menabraknya. Sedangkan Azuma, ia terus berlari menjauh.
***
Tak lama kemudian, Azuma menabrak seseorang lagi. Ia pun terjatuh dan melihat wajah orang yang dia tabrak. Ternyata orang yang ditabraknya adalah Komandan Sogun.
Azuma kini teringat dengan semua perbuatan keji yang diterimanya. Ia pun berdiri dan langsung menyerang Komandan Sogun dengan sebuah kunai. Namun, dengan cepat Komandan Sogun langsung menahannya dengan pedang.
"Bodoh..." ucap Komandan Sogun dengan nada sombong.
"A-Apa?" terkejut Azuma.
Komandan Sogun pun langsung memukulnya. Azuma langsung terpental karena pukulan itu. Tak lama kemudian, kedua prajurit yang dari tadi mengejar Azuma pun datang. Mereka datang dengan nafas yang terengah-engah. Melihat Azuma sedang bertarung dengan Komanndan Sogun, mereka pun langsung mengeluarkan pedangnya.
"Komandan Sogun, kami akan membantumu!!" teriak Prajurit A.
"Berani-beraninya kau menyerang komandan kami!!" teriak Prajurit B.
"Sial!! aku kalah jumlah. Aku bisa mati di sini. Sial, Sial, Sial!! Apa tidak ada pilihan lain selain kabur?" pikir Azuma dalam hatinya.
Dia berdiri dan kemudian melanjutkan pelariannya. Kedua prajurit itu pun langsung menyarungkan pedangnya dan kembali mengejar Azuma. Sedangkan Komandan Sogun, ia hanya melihat dan membiarkannya saja.
***
Setelah berlari kesana-kemari, akhirnya Azuma berhasil keluar dari Kota Bros. Namun, ketika berlari memasuki hutan, ia pun mulai kelelahan. Azuma kini berhenti berlari dan kedua prajurit yang mengejarnya juga melakukan hal yang sama.
"(Sial.... sial!!! Bagaimana ini? Aku sudah sangat lelah. Sepertinya tidak ada cara lain selain bertarung) Ayo maju... Aku tidak takut dengan kalian. Majulah Kalau kalian berani!!!" bentak Azuma mencoba memberanikan dirinya.
Kedua prajurit itu pun langsung mengeluarkan pedang mereka. Dengan langkah yang hati-hati mereka pun berjalan mendekati anak laki-laki itu.
Azuma pun langsung bersiap dengan kunainya. Ia pun menghela nafas sembari tersenyum melihat takdirnya yang begitu apes. Dia lalu menyerang salah satu prajurit. Namun, dengan mudahnya prajurit itu menangkisnya menggunakan pedang lalu memukulnya. Azuma pun terpental mundur. Kedua prajurit itu kemudian tersenyum.
"Ayo, kita nikmati saja dulu!" ucap prajurit A.
"Benar, aku setuju" jawab prajurit B.
Mereka pun berlari ke arah Azuma secara bersamaan dan langsung memukulnya. Azuma pun langsung jatuh terbaring. Dan kedua prajurit itu menginjak-menginjak Azuma tanpa belas kasihan.
*Cuk cuk cuk (sebuah panah api mendarat di kaki prajurit A secara beruntun hingga membuat sepatunya meleleh dan menembus ke kulitnya)
"Aaaa, Br*ngsek!!" teriak kesakitan prajurit A.
"Siapa itu? Si-Siapa di sana?!!" teriak prajurit B sambil memegang pedang yang gemetaran.
Tiba-tiba, seorang anak laki-laki turun dari atas pohon. Itu adalah anak laki-laki yang ditabrak Azuma waktu itu. Azuma pun melirik ke arahnya dan terkejut melihat di sana ada anak laki-laki yang dia tabrak waktu itu.
Anak laki-laki itu kemudian menyimpan busurnya, dilanjutkan dengan mengeluarkan dan memegang pedangnya dengan tangan kiri "Flame Sword..."
*Whusssh... (muncul api di bagian mata pedang anak laki-laki itu)
Prajurit A yang terkena panah api pun mencoba bangkit. Prajurit B juga bersiap dengan pedangnya walaupun sebenarnya dia sendiri ketakutan. Anak laki-laki itu pun berlari mendekati Prajurit B. Ia kemudian menyerangnya.
*Ting... Ting... (Pedang mereka saling beradu)
*Sluubsh... (Anak Laki-laki itu menusuk perut Prajurit B dengan pedang api yang berkobar)
"A-A... Ah... Tidak mun-mungkin... Zirahku..." ucap Prajurit B menahan sakitnya.
Meneteskan air matanya "hik.. hik.. zirahku meleleh."
Anak laki-laki itu menarik pedangnya dan tubuh prajurit B pun ambruk. Terlihat pedang miliknya seperti meleleh setelah bertarung dengan anak laki-laki itu. Zirahnya juga meleleh dan darah keluar dari perutnya yang tertusuk pedang.
***
Di sisi lain, Komandan Sogun yang didampingi beberapa Prajurit, mereka mengecek penjara di Kastil Betro. Terlihat dua mayat prajurit yang lemas tak berdaya. Kebanyakan luka mereka berada di bagian wajah.
Beberapa prajurit yang mendampingi Komandan Sogun bahkan sampai muntah-muntah karena tidak tahan melihat rekannya yang tewas mengenaskan. Dengan di awasi Komandan Sogun, para prajurit kini membersihkan mayat-mayat di Penjara itu.
Mereka kemudian mengubur jasad dua Prajurit itu. Komandan Sogun bahkan hadir di acara pemakaman. Setelah upacara pemakaman selesai, Komandan Sogun bergegas menuju Kastil Betro di Kota Bros untuk melapor kepada Jenderal Arqi. Ia lalu memasuki Kastil Betro dan menghadap Jenderal Arqi. Komandan Sogun kemudian berlutut tepat di depannya.
"Tuan Arqi, ada seorang tahanan yang kabur..." ucap Komandan Sogun melapor.
"Kabur? Kenapa bisa?" tanya Jenderal Arqi.
"Penjagaan di penjara sempat menurun, karena beberapa Prajurit melihat acara pemenggalan seorang tahanan" jawab Komandan Sogun mencoba menjelaskan.
Jenderal Arqi yang mendengar itu, ia pun langsung terbangun dari tempat duduknya dan berjalan mendekati Komandan Sogun. Langkahnya pun terhenti tepat di depan wajahnya.
"Lepas helmmu!" Jenderal Arqi memberi perintah.
Komandan Sogun pun menurut, ia lalu melepas helm yang dipakai dan kemudian meletakkannya di samping tubuhnya sendiri. Jenderal Arqi lalu memukul wajahnya.
*Buuk (Jenderal Arqi memukul wajah Komandan Sogun)
Komandan Sogun pun terdiam sambil menahan luka pukulan di wajahnya "(kurang ajar, aku pasti akan membunuhmu!!!) Maaf, Tuan Arqi..."
Setelah memukul Komandan Sogun, Jenderal Arqi pun berjalan ke singgasana dan kembali duduk. Dia terus saja memandangi wajah Komandan Sogun yang selalu menahan amarahnya.
"Pakailah..." ujar Jenderal Arqi memberi perintah.
Komandan Sogun pun langsung mengambil helm-nya. Ia lalu memakai helm itu.
"Pergilah, aku akan memaafkanmu kali ini. Tapi ingat, jangan sampai hal ini terjadi lagi!" ucap Jenderal Arqi mengancamnya.
"Baik... Tuan Arqi..." sahut Komandan Sogun menjawab.
Komandan Sogun kemudian berdiri dan berbalik. Ia pun berjalan keluar ruangan.
***
Di lorong yang cukup jauh dari ruangan Jenderal Arqi, Komandan Sogun pun berjalan dengan tatapan mata tajam.
"Aku hanya perlu menunggu para Pemberontak menyerang dan saat itulah, dia akan membunuhmu, Arqi" ucap Komandan Sogun dalam hatinya.
Ia kemudian kembali bertugas. Secara diam-diam ada satu kejadian yang tidak ia laporkan kepada Jenderal Arqi. komandan Sogun juga ternyata mempunyai rencana tersembunyi.
.....Bersambung.....