Setelah menyeret Shin, para prajurit pun pergi untuk melihat hukuman mati yang akan diterima olehnya. Sehingga, di penjara hanya tersisa dua prajurit saja. Azuma pun melihat peluang untuk kabur. Ia lalu memancing salah satu prajurit untuk datang ke dalam sel penjara.
"A-Aduh!!! Ah perutku sakit!!!! ADUHH AAAHHHHH!!!" teriak Azuma mencoba mengelabuhi para prajurit.
***
Di sisi lain, di luar penjara, dua orang prajurit sedang berjaga. Sembari berjaga, mereka juga mengobrol dan bercanda.
"Apa kau tahu soal Goblin? Beberapa hari terakhir, mereka mulai terlihat di dekat Kota ini" ucap salah satu prajurit.
"Ah, Goblin. Aku malas saat menghadapinya. Mereka brutal dalam bertarung. Kepalaku bahkan sampai terluka saat melawannya waktu itu" sahut prajurit lainnya.
Tiba-tiba, mereka mendengar suara teriakan dari dalam penjara.
*A-Aduh!!! Ah perutku sakit!!!! ADUHH AAAHHHHH!!!
"Aduh!! Hei tahanan, jangan berisik!! Pasti anak yang itu" kesal salah satu prajurit.
"Kau saja yang mengecek sana!" Sahut prajurit lainnya.
Akhirnya, prajurit itu pun pergi mengecek anak laki-laki itu. Di dalam selnya, Azuma yang sudah berteriak keras, ia pun mendapati seseorang memasuki penjara. Azuma kini bersiap dengan aksinya.
Salah satu prajurit pun datang. Ia berjalan menuju sel Azuma. Ketika berada tepat di depan sel itu, dia melihat Azuma terus meronta-ronta kesakitan sambil memegangi perutnya.
"Hei apa yang terjadi? Hei, nak... Nak?!!" tanya Prajurit itu.
Namun, Azuma tidak menjawabnya. Tidak mendapatkan jawaban darinya, sang prajurit pun membuka kunci selnya dan berjalan mendekati Azuma.
Sang prajurit kemudian mendekati anak itu dan menyentuh pundaknya "Hei, apa yang terjadi? Kau sakit? Hei, kau ti--."
*Cukk
Dengan cepat Azuma langsung menusuk prajurit itu dengan kunai. Tusukan itu mengenai leher prajurit.
Sang prajurit pun kesakitan "Ah... Uehh--."
*Cukk
Azuma langsung mencabut kunai itu kemudian menusuknya lagi di mata sang prajurit. Darah pun mengalir dari luka di leher dan matanya. Ia kemudian kejang-kejang dan tak lama kemudian diam tak bergerak.
Melihat sang prajurit mati, Azuma langsung berlari keluar sel. Namun, ketika Azuma berlari di lorong penjara, ia tidak menyangka akan mendapatkan semangat dan dukungan dari para tahanan.
"Ayo nak balaskan dendam kami!" Sorak salah satu tahanan.
"Semangat, dan hiduplah dengan damai!" ujar tahanan lainnya.
"Ingat, nyawamu lebih berharga dari pada uang!" ucap tahanan yang lain.
Mendengar hal itu, kini Azuma merasa terharu. Ia kemudian berjanji akan membebaskan mereka suatu hari nanti.
"Terimakasih. Aku pasti akan kembali untuk membebaskan kalian semua. (Maaf, hanya ini kesempatan ku untuk kabur. Aku tidak bisa menyia-nyiakan pengorbanan guru)" ucap Azuma mencoba tegar dengan pilihannya.
***
Di luar penjara, prajurit yang sedang berjaga pun bingung dengan temannya yang begitu lama mengecek keadaan di dalam sel. Ia bahkan sampai menguap.
"Huuah... Dimana dia? Lama sekali... Dasar..." keluh sang prajurit.
Tiba-tiba dari dalam lorong penjara, seorang anak laki-laki berlari ke arahnya dan langsung menabraknya dengan keras.
*Dukk
Sang prajurit pun terjatuh dan mengeluh "Ada apa sih? Jangan lari-lari begitu!"
*Buuuk (Azuma memukul kepala sang prajurit sampai-sampai helmnya pun terpental).
Sang prajurit kini sadar bahwa yang menabraknya tadi bukanlah rekannya, melainkan seorang anak laki-laki yang mencoba kabur. Sang prajurit pun berniat berteriak meminta bantuan. Namun, Azuma langsung menancapkan kunainya di mulut sang prajurit.
*Cuk.. cukk... Cuk.... (Azuma terus menusuk-nusuk mulut sang prajurit dengan kunainya).
Darah pun mengalir deras dari mulut sang prajurit hingga ia pun tewas. Melihat sang prajurit tidak bergerak, Azuma langsung kabur meninggalkan mayatnya begitu saja.
Dalam pelariannya, ia mendengar suara teriakan prajurit dari arah tempat pemenggalan. Namun, ia terus saja berlari mencoba kabur agar tidak mengecewakan gurunya.
"Ayah... Ibu.... Maaf... Aku sudah jadi anak yang jahat... Aku sudah membunuh.... Membunuh.... Guru, terimakasih.... Dan, selamat tinggal..." ucap Azuma dalam hati sambil menahan tangis di matanya.
***
Di sisi lain, di Kastil Betro, Kota Bros, Komandan Sogun sedang dipanggil oleh seorang Jenderal bernama Arqi. Mereka kemudian saling berbicara dan mengobrol.
"Sogun, bagaimana keadaan di kota?" tanya Jenderal Arqi.
Komandan Sogun pun langsung berlutut sembari menunduk dan menjawab dengan tegas "Keadaan di kota baik-baik saja, Tuan Arqi. Dan orang-orang yang tidak membayar pajak, mereka semua sudah saya bereskan. Tepat seperti apa yang anda perintahkan."
Jenderal Arqi pun tersenyum senang "Bagus. Dengan ini, aku akan menjadi penguasa yang paling kaya. Hartaku akan melimpah dan semua keinginanku akan terwujud."
Jenderal Arqi kemudian duduk di kursi tahta dan dengan nada sombong ia berkata lagi "Pergi dan lakukanlah tugas dengan baik, tugasmu sebagai seorang Komandan!"
Komandan Sogun pun berdiri dari posisi berlutut. Ia kemudian berbalik dan melangkah untuk pergi. Tiba-tiba, tanpa ia sadari, Jenderal Arqi pun tersenyum.
Ia kemudian berkata dengan nada sombong "Sayang sekali, padahal kau dulunya seorang Jenderal hebat. Maaf ya, semua ini karena salahku, kok" .
"Tidak apa-apa, Tuan Arqi. Aku senang menjalankan tugas ini..." jawab Komandan Sogun mencoba menahan emosinya.
Jenderal Arqi pun melirik ke arah tangan Komandan Sogun. Dan ia melihat kedua tangannya mengepal erat seakan-akan menahan amarah.
***
Di sebuah ruangan lain, seorang gadis cantik sedang terduduk diam di atas tempat tidur. Terlihat beberapa tetes air mengalir dari kedua matanya.
"Kau dimana, ibu..... Kenapa kau, pergi... Aku takut... Aku tidak ingin sendiri..." gumam sang gadis.
Ternyata gadis cantik itu adalah sang Putri bernama Yuki. Kini ia sudah beranjak remaja dan berumur 15 tahun. Dia terus menangis karena ibunya yang tak lama ini meninggal. Pintu ruangan juga digembok menggunakan rantai dari luar. Hal itu membuat Putri Yuki tidak bisa kabur.
***
Kembali ke Komandan Sogun, ia pun berjalan di lorong Kastil Betro sendirian. Langkah demi langkah terus ia lalui sembari menghela nafas berkali-kali.
Dengan perasaan kesal, ia terus bergumam "Lihat saja. Suatu saat, aku pasti akan membunuhmu..."
Ia sangat kesal karena harus menjadi bawahan Jenderal Arqi. Dahulu, orang tua Jenderal Arqi adalah salah satu keluarga bangsawan kenalan raja. Karena keluarga bangsawan itu pernah membuat raja senang, akhirnya mereka pun diberikan hadiah.
Hadiah itu berupa ribuan Ver (mata uang di Arcadaba) untuk keluarga bangsawan itu. Anak dari keluarga bangsawan itu yang bernama Arqi diberi hak untuk mengurus sebuah Kota.
Kota itu adalah Kota Bros beserta Kastil Betro yang berada di dalamnya. Sebuah kota dengan letak strategis dan penuh sejarah. Dibangun beberapa abad yang lalu, dimana menyimpan buku-buku tentang sejarah semua ras yang pernah hidup di benua Arcadaba.
Singkat cerita, akhirnya Jenderal Sogun (yang masih berpangkat Jenderal waktu itu) dipanggil oleh sang raja. Jenderal Sogun yang berada di depan raja, ia langsung berlutut sebagai tanda bahwa dirinya patuh kepada perintahnya.
***
Dulu Sogun adalah salah satu Jenderal dengan kemampuan bertarung yang sangat baik. Ia dikenal sebagai pemimpin yang tegas dan berani. Bahkan ia tak akan takut dan gentar jika harus membunuh tawanan perang. Dulu saat ia menangkap sekelompok tawanan perang, ia kemudian membawanya ke hadapan sang raja. Namun, raja itu malah menyuruhnya untuk membunuh mereka.
Jenderal Sogun yang patuh kemudian langsung menarik pedangnya dan menyayat semua tawanan perang itu. Padahal, beberapa dari mereka adalah wanita dan anak-anak. Namun, ia tak ragu untuk membunuh mereka.
***
Kembali saat Jenderal Sogun dipanggil sang raja. Ketika ia lama menunggu, akhirnya seorang pria menghadap raja. Pria itu adalah Arqi.
"Arqi, sekarang aku menugaskanmu untuk mengurus salah satu Kota beserta Kastilnya" ucap sang raja.
"Terimakasih, paduka raja. Saya akan mengemban tugas ini dengan baik" sahut Arqi.
"Bagus. Sogun!!" Sang raja memanggil.
"Ada apa, rajaku?" tanya sopan Jenderal Sogun.
"Sekarang, kau akan menjadi pengawal dari Arqi. Karena ia ku angkat menjadi seorang Jenderal, maka pangkatmu ku turunkan. Sekarang kau menjadi seorang Komandan, Arqi akan mengurusmu" ucap sang raja.
Sang raja kemudian menengok ke arah Arqi "Arqi, kau sekarang ku angkat menjadi seorang Jenderal."
Arqi pun senang dan ia menjawab "Terimakasih, rajaku. Saya akan melaksanakan tugas dengan baik."
Jenderal Sogun pun hanya terdiam sambil menahan emosinya. Ia juga merasa kecewa kepada sang raja karena menurunkan pangkatnya. Padahal, ia sudah berusaha keras dan selalu menuruti semua perintahnya.
***
Kembali ke masa sekarang, Komandan Sogun yang menelusuri lorong, ia pun berjanji dalam hatinya "Suatu saat, aku pasti akan membunuhmu... Arqi... Dan aku pasti akan menjadi seorang Jenderal lagi."
.....Bersambung.....