***********************************************
Pada siang harinya.
***********************************************
Di kamarnya Elina masih menulis apa yang diberikan oleh Daffin, Terdengar suara motor yang datang dari luar rumahnya.
"Itu pasti Aksa." pikirnya.
Ternyata benar itu Aksa, terdengar dari suara yang berasal dari luar.
"Tan...Aksa pulang"
"Iya..."
"Ngerjain apa aja kemarin Sa?"Tanya Ibunya Elina kepada Aksa yang sedang melepas dua sepatunya sambil membawa tas di punggungnya.
"Buat kerajinan tangan Tante,Untuk di jual."
"Owhhhh."
"Dijual di Mana nanti?"
"Dipasar nanti Tante."
"Dipasar mana?"
"Pasar Simpang Rejo Tan."
"Ok nanti Tante kasih tau temen Tante ya biar pada beli."
"Makasih ya Tan."
"Ya sudah sana Beres beres habis tuh Mandi."
"Iya Tante."
Setelah berbicara kepada Ibu Elina,Aksa pergi menuju kearah Kamarnya dan beres beres lalu pergi mandi seperti yang disuruh ibunya Elina.
Setelah Aksa selesai mandi.
Saat Aksa hendak menuju ke kamarnya.
"Sa makan dulu nih."
"Iya Tan."
Aksa pergi makan setelah disuruh ibunya Elina.
Ketika Aksa sedang maka, terjadi lah sedikit dialog Antara Aksa dan Ibu dari Elina.
"Tan Elina dimana?"
"Di kamar tuh ngerjain tugas."
"Tumben,biasanya dia ngerjain tugas habis pulang sekolah."
"Gak tau juga tuh sa."
"Nyam...nyam..."
"Enak juga masakan Tante."
"Emang biasanya gak enak?"
"Enak kok."
"Kok ngomong gitu barusan."
"SA sini dah."dengar panggil Elina dari kamarnya.
"Yaa...Saya ke sana dulu ya Tan."
"Ya."
Lalu Aksa pergi menuju arah panggilan barusan yang berasal dari kamarnya Elina.
"Ada apa Lin."Ucap Aksa membuka pintu kamar.
"Bantu aku dah ngerjain tugas."Elina Menjawab.
"Apa emang."Ucap Aksa sambil berjalan menuju kearah Elina.
Aksa melihat semua yang Elina kerjakan dan membacanya satu persatu,ia lalu teringat tentang hal hal yang pernah dia pelajari.
Karena jawaban yang Daffin berikan tidak semuanya benar dan ada beberapa soal yang dia tak mengerti.
Aksa lalu memberitahu jawaban serta menjelaskannya,ditambah dia mengajari beberapa hal yang belum Elina ketahui.
Hal tersebut berlangsung sedikit lama.
Disaat Mata hari sudah berada diatas kepala.
"Ahh...Akhirnya sudah selesai,Makasih ya Sa."
"Ya."
"Oh ya,Tumben kamu baru ngerjain tugas gak kayak biasanya.Ada apa?"Aksa berbicara seperti karena bingung dengan sikap Elina yang menurutnya sedikit berubah.
"Hm...Ya ini buat tugas selanjutnya,dapat dari Anak kelas lain."jawabnya.
"Curang banget."sindir Aksa.
"Ini bukan curang tapi cerdas."Elina sambil tersenyum menjawabnya.
Aksa menghela nafas setelah mendengar ucapan Elina dan berkata."ya sudah ini aja kan kalo udah gua tinggal."
"Ya tinggal aja,Makasih ya Sa."
Setelah itu Elina mengambil Gadgetnya dan membuka aplikasi Chat lalu membuka kontak Daffin serta mengirimnya pesan.
[Elina:fin udah kelar nih ada lagi gak.]
Di sisi lain.
Di sebuah cafe ada 3 sosok anak remaja yang sedang berdiskusi,tiga remaja tersebut adalah Amanda, Daffin dan Amaz.
Amanda duduk di bangku didalam kafe tersebut dan di hadapannya itu ada Amaz dan Daffin.
Pembicaraan yang terjadi di sana Adalah tentang masalah yang sebelumnya,masalah tentang penculikan yang terjadi pada Amanda sari.
Daffin menatap mata Amanda sedikit lama lalu ia bicara.
"Kamu udah ngerti kan kenapa aku memanggilmu."
"Masalah hari itu ya."
"Benar,jadi bagaimana bokap lu sekarang?"
"Entahlah aku udah gak pernah membahas itu lagi dengannya."
"Baguslah tampaknya itu memang pilihan yang benar."
Daffin merasa sedikit lega,karena Daffin tau sifat bokap Amanda jika dia sudah tersulut emosi,akan sedikit sulit untuk menghentikan dia.menurutnya itu pilihan yang lebih baik walaupun....
"Kondisi mental Leon yang berantakan Akibat kejadian tersebut semoga segera membaik,jika tidak akan berbahaya.Ketenangan yang bertahan lama ini bukanlah pertanda baik,jika emang Amanda sari takut menanyakan hal tersebut dan menenangkan Leon...Tidak berharaplah kali ini Daffin tak terjadi apapun.Lagi pula hal tersebut tidak akan menggangu ku." Pikir Daffin.
"Ya sudahlah kalo gitu."
Lalu pesanan mereka bertiga datang dan Daffin lalu langsung meminum kopi yang baru datang tersebut.
"Oh ya bokap ku gak kayak biasanya sekarang dia lebih diam."
"Nyeh..Nye...nyeh."Bata bata Daffin sambil menjulurkan lidahnya karena kopinya masih dalam kondisi panas.
Amanda dan Amaz lalu melihat Daffin dengan tatapan yang keheranan.
Amaz hanya dapat menggelengkan kepalanya melihat kelakuan Daffin.
"Hadeh...Kalau gitu misalnya bokap lu udah kayak biasanya kabarin ya."Ucap Amaz yang dari tadi hanya diam mendengar Mereka.
"Aeer...aerr..."raba raba Daffin ke arah Amaz,lalu Amaz mendorong wajah Daffin agar menjauh dari dirinya dan melanjutkan pembicaraannya dengan Amanda.
"Oh ya Reza kayaknya bakal cepet di lapas."
"Emang bakal berapa lama?"
"3 tahun"
"Pufttt,Lama itu gila."
"Buat kasus seperti itu dapat dibilang sebentar ri."
"Iya sih ,tapi kan 3 Tahun lama."
"Ya ya."
(Disisi lain Daffin sudah mendapatkan air untuk meredakan panas dilidahnya.)
Lalu Amaz mempersilahkan Amanda meminum dan menyantap hidangan apa yang dia pesan.
"Gak papa nih?"
"Tenang aja Daffin yang bayar."Tunjuk Amaz kearah Daffin.
"Iya lagi pula gua yang nyuruh kamu kesini."saut Daffin.
"Ya gak enak aja kalian cuman mesen kopi hitam sama kopi susu sedangkan aku sam-."
"Dah dah habisin aja Ri gak usah dipikirin."potong Amaz.
Amanda lalu menghabiskan apa yang sudah ia pesan.
Ketika makan dan minuman mereka telah habis mereka berpisah,tapi sebelum berpisah Amaz memberikan suatu pesan kepada Amanda.
"Kalau ada masalah hubungi aku atau Daffin ,kami gak akan segan membantu."
Di parkiran terlihat Amanda dan Amaz menaiki motor mereka masing masing sedangkan Daffin menaiki sepeda yang sering ia bawa kesekolah.
Dan mereka berpisah menuju rumah masing masing.
Di saat Amanda dan Amaz sudah pergi terdengar suara notifikasi dari gadgetnya dan ia membuka gadget tersebut lalu melihat notifikasi pesan dari Elina,Kemudian ia tersenyum dan membalas pesan tersebut.
[Daffin:Untuk bahasa itu aja.]
Tak berapa lama Elina membalas pesannya.
[Elina:Kalau pelajaran lain ada gak?]
[Daffin:gak tau,gua lupa gua juga lagi diluar.]
[Elina:oh ya udah nanti lanjut aja pas dirumah kalau ada hubungi aku.]
[Daffin:(emote jempol)]
[Elina:emang lagi diluar ngapain?]
[Daffin:habis ketemu sama Amanda sari temenmu.]
[Elina:Serius!?!]
[Elina:ngapain kalian berdua, Ngedate ya?]
[Daffin:gak,dan juga aku gak berdua melainkan bertiga.]
[Elina:sama siapa?]
[Daffin:Amaz.]
[Elina:Amaz siapa?]
Tiba tiba terasa air jatuh mengenai pipi Daffin dan dia melihat keatas ternyata langit sedikit mendung dan akan turun hujan.
[Daffin:Lin nanti dulu ya disini mau hujan gua juga pulang naik sepeda jadi gua offline dulu,doain gua dijalan bye.]
Daffin lalu memasukan gadgetnya ke tas punggung yang dia bawa dan menutupi tasnya dengan cover bag.
"Lah dia naik sepeda dan juga Apa ini 'doain gua dijalan' lu kira gue pacar Lo gitu.tapi disini udah hujan deras,semoga dia baik baik saja" Pikir Elina sambil meratapi Awan melalui Jendela Kamarnya.
Sebenarnya pesan dari Elina sudah berlalu 2 jam, tapi karena gadget Daffin tidak mendapatkan jaringan dia baru mendapatkan pesannya.
Di tengah jalan Daffin mendapati hujan yang deras dan dia menepi untuk berteduh.
"Yah hujan lagi tengah jalan."gumam Daffin.
"Daffin?"panggil seseorang.
Daffin lalu menoleh kearah suara itu dan dia melihat di sana ada seorang wanita muda yang basah kuyup serta baju putih yang transparan diakibatkan air hujan.
"Allen?"
"Kena hujan juga ya."
"Ya gitu lah."
"Kamu bawa sepeda lagi,emang kamu gak bisa naik motor."
"Gak."
"Ya elah gini gini gak bisa naik motor."
"Ya elah masih dibawah umur naik motor,gak sayang orang tua lu Ama elu?"
Allen lalu diam dan menghadap kebawah,Daffin yang sadar akan hal tersebut lalu meminta maaf.
"Maaf kalo perkataanku kasar."
"Gak kok,perkataanmu kayaknya benar."
"Mana ada orang tua yang gak sayang anaknya."
"Benarkah?"
"Entahlah."
"Apasih yang benerlah." Allen memukul bahu Daffin,dan seketika dia sadar satu hal bahu dari Daffin berbentuk bulat.Lalu ia melihat badan Daffin yang basah dan sedikit berbentuk,terlihat dari dadanya berbentuk Allen berasumsi bahwa badan dari Daffin bukan seperti yang dia pikirkan sebelumnya.
"Ngapain Lo liatin badan gua."tatap sini Daffin.
"Eng-eng-enggak."
"Hadeh dari pada ngelihatin badan gua liat noh bajulu jadi transparan,keliatan juga tuh bra."
"Hah."lalu ia melihat badannya yang tertutup bajunya yang sudah transparan karena hujan.
"Mesum kau baji**an."Ucapnya dengan wajah yang mulai memerah sambil tangannya menutupi dadanya.
"Kasar."Lalu Daffin membuka cover bag tasnya dan mengambil jubah yang berukuran panjang hingga melewati kakinya Allen."Noh pake."
"Ha gak usah gak perlu bantuan dari orang mesum."
"Halah pake aja."lempar jubah itu.
"Itu jubah juga tahan air,pakai buat nutupin badan mu walaupun kepalamu terbuka, setidaknya bisa menutupi badanmu."
"Akhh ya udah makasih,terus lu pake apa tuh badan keliatan loh dan juga Lo gak kedinginan."
"Kalo masalah kelihatan gua cowok dan kalo masalah kedinginan gak akan."
"Y-y-ya gak gitu juga, tuh dada berbentuk banget loh."
"Halah dah dah, nah juga mantel kalau lu mau pulang."ucapnya sambil memberikan Jas hujan transparan miliknya.
"Eh jangan kalau ini,kamu pulang nanti gimana."
"Gak usah khawatir."ucapnya sambil menutup tasnya dan memakai cover bagnya.
"Eh nanti kau sakit."
"Aman aja gua gak mungkin sakit."jawabnya lalu dia pergi menggunakan sepedanya menerobos hujan.
Ditengah hujan,sambil menjalankan sepedanya dia berfikir.
"Gak mungkin juga gua Ama tu cewek terus disana gua juga cowok walaupun dia bukan orang yang kusukai tapi dlkalau begitu juga bahaya buat mata....dan juga kondisi hujan ini mengingatkan ku tentang masa lalu."
"INI GAK BENAR DAFFIN,INI SUDAH BENAR BENAR BERLEBIHAN."Teriak seseorang dengan beberapa orang pingsan disekitarnya.
Kondisi waktu itu hujan, di sebuah jalan raya terdapat 2 orang berdiri berhadapan dengan dikelilingi orang orang yang sudah dalam keadaan pingsan dan beberapa Sajam juga ,terlihat dibawa oleh beberapa orang yang telah pingsan.
Salah satu orang yang berdiri itu adalah Daffin.
Dan orang yang berhadapan dengan Daffin mengambil Sajam yang berupa pedang lalu ia berlari menuju kearah Daffin.
"DAFFINN!!!?!"
Daffin hanya membalasnya dengan senyuman.