Chereads / Aku akan selalu menunggu untuk mu / Chapter 14 - Daffin dan Elina

Chapter 14 - Daffin dan Elina

Di pagi hari yang indah dan cerah Daffin di sebuah kafe kecil di pinggiran jalan berdiri menunggu pelanggan sebagai barista. Dia berdiri menunggu pesanan dan pelanggan datang dengan wajah senyum dan gembira.

"Seneng amat lu Fin, Tumben. Emang lagi nunggu siapa?"

Saut perempuan berambut pendek tingginya sebahu Daffin dengan kisaran 160cm, bermuka sedikit chubby, agak wajah orang timur, berumur 19 tahunan bernama Alexia

[Hadeh gua lupa lagi satu shift sama ini orang.]

"Gak gua lagi gak nunggu siapa siapa, emangnya... ada apa pendek?"

Muka kesal dari Alexia terlihat, pipi chubby sedikit memerah, tangganya memegang pinggul, serta dia mendekatkan mukanya kearah Daffin.

"Heh inget lu ya(tunjuk) Guee(pukul dada Daffin) Lebih tua(pukulnya lagi) dari elo!(Maju kedepan.)"

"Ya,ya."

Mundur Daffin menjauhi Alexia yang sudah dekat dengan wajahnya. Lalu dia berjalan menuju tempat sebelumnya dia berdiri tanpa memedulikan Alexia.

"Dah dah kembali kerja."

"Ya!"

Daffin mengubah wajah senyum dan bahagianya menjadi wajah senyum dengan rasa kesal. Alexia juga kembali ketempat dia sebelumnya yaitu di meja pelanggan kecil di dalam kafe itu sambil memerhatikan juniornya itu.

[Tuh orang Napa dah ngeliatinnya gitu banget. Ah yasudahlah itu orang emang aneh.]

Mata sinis dari Alexia yang masih kesal karena perkataan Daffin, dia melihat Daffin sedang berdiri diam menunggu datangnya pelanggan, lirik lirik kecil Daffin melihat kelakuan seniornya itu untuk memastikan kondisi hatinya melalui wajahnya.

Alexia yang sadar akan lirikan Daffin tersenyum menggodanya."Ada apa sih lirik lirik Fin, kalau suka... Bilang aja sudah."

Daffin juga membalas ucapan Alexia dengan sedikit menggodanya menggunakan wajah senyum kecilnya. "Baru sadar? Aku suka sama kamu... Alex?"

Alexia kaget mendengar perkataan Daffin, wajahnya mulai memerah dan mulutnya bergerak gerak seperti ingin mengucapkan suatu kata. Dia juga berusaha menutupi mulutnya itu serta pipinya menggunakan tangan kirinya."Se-se-serius?" Ucapnya terbata bata.

[Oi oi Serius ini, dia lebih tua Lo, gak gak semoga enggak, ah lebih baik begini aja.]

Daffin yang sudah sadar bahwa Alexia menyukai Daffin mengubah melanjutkan perkataannya dengan menyebutkan. "Ya aku menyukaimu tapi hanya sebagai teman."

Alexia mengubah wajah dan ekspresinya 180° dari wajah dan ekspresi malu malu menjadi ekspresi kesal. Dari matanya yang berputar putar menjadi tatapan tajam kearah Daffin dan warna merah diwajahnya menghilang seketika. "Hah!" ucapnya dengan nada kesal.

Daffin menutup matanya dan mengatakan pada yang Alexia dengan nada bercanda."haha emang kamu ngiranya apa, aku menyukaimu secara romantis Mana mungkin lah."

"Sialan!" Ucapnya melemparkan kursi kearah Daffin dan kursi itu tepat mengenai dirinya. Lemparan kursi itu membuat Daffin terlempar mundur sampai terduduk.

Daffin berdiri dengan memegang kursi itu di tangan kanannya dan berteriak kearah Alexia. " Oi sialan apa apaan barusan itu, kau bisa bunuh orang Lo!"

"Buktinya elu masih hidup tuh, berarti lu bukan orang dong." Pinta Alexia dengan nada bercanda.

Daffin menghela nafas lalu berjalan kearah tempat Alexia dan mengembalikan mejanya, tapi disaat dia ingin menaruh meja tersebut ia mendengar Alexia bergumam dengan suara yang kecil."ya benar, Mana mungkin."

Daffin yang mendengar Alexia bergumam seperti itu hanya diam dan tidak menangapi hal tersebut serta berpura pura tak mendengar apapun. Lalu dia kembali ketempat sebelumnya berdiri, disaat dia berjalan menuju tempat sebelumnya berdiri tidak ada suara lagi dari Alexia, dia hanya diam berdiri menatap kebawah.

Tak lama kemudian Alexia pun duduk membuka smartphonenya lalu memainkannya. Tidak selang lama. "Tring..." bunyi lonceng diatas pintu masuk kafe terdengar terlihat seorang perempuan yang gak asing.

[Pertemuan macam apa ini,belum juga 24jam.]

"Lin beliin Tante kopi dong."

"Ku bikinin aja ya Tan." Ku jawab dari dalam kamarnya yang sedang belajar di meja belajarnya.

Sedangkan Tantenya berada di ruang keluarga duduk menonton Televisi.

"Gak, beliin aja di kafe, ku kasih uangnya nanti sama kamu dapat upah ongkos. Gak enak kalo kopi sachet." Suara Tantenya dari ruang tamu dari ruang tamu.

[Hadeh ini orang bisanya nyuruh nyuruh aja, udah lagi belajar, tapi... ya sudah lah dapet upah juga.]

"Tan berapa upahnya?"Tanyaku yang masih duduk di kursi tepat didepan meja belajar.

"50 ribu."

[Boleh juga tuh.]

"Iya Tan aku siap siap dulu."Ujarku berdiri kearah cermin untuk merias wajah. Selesainya riasan wajah yang berjalan 20 menit itu Aku pergi mengganti pakaian, Rok panjang warna abu dan blouse berwarna cream pakaian yang aku pakai.

Aku keluar kamar mendatangi Tanteku yang berada di ruang tamu untuk mengambil uangnya."Tan uangnya mana." Kataku berjalan kearahnya "itu diatas meja 200 ribu ambil 50 nya buat jatahmu."balas Tante ku.

Aku pergi mengambil uang tersebut lalu berjalan kearah luar serta mengambil kunci motor untuk pergi ke kafe. Aku menaiki motor itu lalu mulai menyalakannya dan pergi kearah kafe yang ada di pinggiran kota, kenapa harus disana? Karena aku ingin membeli riasan wajah yang sudah mau habis serta aku teringat bahwa aku ada janjian kerja kelompok bersama teman teman sekolahku.

Dalam perjalanan menuju kearah cafe itu aku kadang melihat kejadian konyol dari pengendara pengendara dan orang orang di kotaku. Kota yang indah dan bersih ini adalah kota tempat lahir ku tempat aku akan tumbuh besar menjadi pribadi yang lebih baik.

Tak terasa sudah semakin jauh dari rumah dan mulai mendekati pinggiran kota, perjalanan yang menghabiskan 10 menit waktuku untuk sampai ditempat itu. Di saat aku sudah sampai aku memarkirkan kendaraan ku di depan cafe itu, cafe dengan bangunan berbentuk persegi panjang dan cat putih dan hitam serta pintu kaca bingkai warna putih.

Ku berjalan masuk dan membuka pintu kaca itu, terdengar suara lonceng dari atas pintu itu "tring..." Bunyinya. Di dalam ku melihat seorang wanita menggunakan celemek asal cafe itu duduk di kursi kecil pelanggan dan melihat pria yang tak asing bagiku berkacamata menggunakan celemek juga berdiri di table service.

[Bu..bukannya itu Daffin.]

Perempuan yang duduk di kursi kecil itu berdiri lalu menyambut dengan ucapan "selamat datang semoga betah." Kepada diriku dengan ramah dan senyuman kecil. Aku membalas senyumnya lalu berjalan kearah table service dengan pria berkacamata itu yang juga tersenyum kepadaku. Aku mendekatinya dan melihat daftar menu yang ada disana, berdiri menunggu dia tetap menunjukkan senyum tak berhenti.

"Yang ini mas,Americano ukurannya kecil ya."

Tunjuk ku kearah menu yang ada di sana.

"Baik mbak."

Balas mengerti pria itu.

"Oh ya mas, minta satu menunya ya lagi nunggu temen soalnya."

Ujar ku balik memegang selembar menu yang ada disana.

"Ya boleh mbak."

Jawab pria itu sebelum pergi membuat pesanan ku. Aku lalu mencari tempat duduk yang ada di disana, Aku melihat kearah bangku yanga berada di samping dinding kaca yang ada disana. Lalu aku pergi kesana dan duduk menunggu serta berfikir tentang yang barusan ku lihat.

[Beneran Daffin kah tadi tuh.] Menoleh ku kearah barista laki laki itu.

Lalu aku mengalihkan pandanganku lagi mengarah keluar dari kafe itu dengan menolak pikiran bahwa barusan pria yang ku lihat adalah Daffin. Lihat ku kearah luar Termenung menunggu teman teman ku yang berjanjian berkerja kelompok di sini.

[Mana nih anak anaknya, 10 menit lagi sampai waktu janjiannya sih.]

"Oi Fin gimana sekolah mu belakangan ini."

Terdengar perkataan itu dari suara yang baru kudengar, dari wanita yang menggunakan celemek dan tadi yang menyambut ku. Aku mendengar sedikit percakapan mereka dari bangku tempat ku duduk.

"Biasa aja kak."

"Tumben manggil 'kak' Lu Fin biasanya manggil dengan hinaan atau Alex."

"Apakah pantas menggunakan ucapan seperti itu saat ada pelanggan."

"Ya ya."

Mendengar percakapan mereka Aku jadi berfikir seberapa dekat hubungan mereka berdua. Pikiran itu pun sedikit menggangguku, perasaan resah tiba di benakku.

"Oh ya jadi sekolah mu biasa aja sampai sekarang, Ada yang lu suka gak di sekolah?"

[Daffin suka sama orang?]

"Iya biasa aja sampai sekarang dari tugas maupun guru belum ada yang muncul sifat Aslinya paling tunggu kisaran semester pertama. Kalau untuk orang yang kusukai tentunya..."

[Tentunya?!?]

Jantungku berdebar kencang, entah kenapa dengan lontaran pertanyaan tersebut membuatku sedikit Resah dan Khawatir, Sampai.

"Tentunya tidak dong kak, Saya bersekolah untuk mencari ilmu bukan untuk mencari pasangan hidup."

Entahlah kenapa setelah mendengar itu perasaan ku lebih lega dan sedikit tersinggung dengan ucapannya. Mengingat tentang pernyataan Rasa yang gagal berulang kali dari diriku yang menyedihkan ini.

[Kok kayak nyindir gitu ya Tuh bocah.]

Mukaku berubah sedikit kesal menyadari hal tersebut.

"Ya elah kaku Amat lu jadi orang." Ujar wanita Bercelemek itu.

"Menurut ku orang yang berfikir Bahwa sekolah menjadi tempat pencarian pasangan dan Ajang tampil kekayaan adalah orang yang terlalu bebas dan tak mengerti apa itu sekolah."

Jawabnya memberikan Pesanan Ku ke wanita yang menanyainya tadi.

[Kok Jawaban sampean langsung Ngejleb ngono mas.] Pikirku.

"Lu ini beneran masih SMA kan?" Ujar wanita tersebut mengambil pesanan ku yang diletakan di Service Table.

Wanita itu berjalan kearah ku dan menaruh pesanan ku di meja ku dengan wajah tersenyum kecil. "Ini ya mbak Americanonya." Angguk ku dan mengucapkan terimakasih.

"Tringgg..." Suara bunyi lonceng yang terletak pada pintu.

Suara ocehan dari beberapa orang yang masuk kesana serasa ku kenal,Benar mereka adalah teman kerja kelompok ku yang datang. Aku menoleh ke belakang kearah mereka lalu,memanggil mereka dengan lambaian tangan.

Mereka melihat ku dan berlari kearah aku dengan lambaian tangan juga.

"Elinaaa..."

Sesampainya di tempat ku Allen bertanya. "Sudah berapa lama kamu nunggu Lin?"

"Baru aja kok Len."Jawabku melihat Allen dan Ketiga temanku yang lainnya.

Anggota kerja kelompok itu berisikan Aku(Elina), Allen, Nabila, Ageng dan Arya. Kelompok tersebut diberikan tugas Oleh Guru untuk menilai dan Mengamati pertumbuhan Tomat, Lalu membuat makalah yang berisikan data dari pengamatan mereka.

Mereka disana berkumpul untuk mengumpulkan data dan mengkaji data serta berdiskusi tentaang hal tersebut.

[Yah ini bukan kelompok yang bagus sih tapi ya sudah lah,Mari kita lakukan.] (Wajah semangat Elina.)