Chereads / Aku akan selalu menunggu untuk mu / Chapter 13 - masa lalu Daffin (2)

Chapter 13 - masa lalu Daffin (2)

Terdengar suara sirine yang tak berhenti di telinga Daffin, tangan terborgol dan duduk di dalam mobil yang berisikan 3 petugas, pergi menuju kantor polisi.

"Apa yang terjadi nak?"

Ucap salah satu petugas yang menatapnya sedari tadi. Melihat dengan tatapan pilu, ia melihat dari kaki sampai kepala Daffin yang penuh darah tanpa luka.

Petugas itu menepuk bahu Daffin dan menggelengkan kepalanya karena heran dengan apa yang telah ia lihat.

"Hm... Kalau gitu saya ganti pertanyaannya, Apakah kau yang melakukannya?"

Daffin menggerakkan kepalanya kekiri menatap petugas itu dan berbicara.

"Benar saya yang melakukannya."

Lalu Daffin membalikkan Kepalanya lagi menghadap kedepan menatap jalan yang basah dan cuaca yang belum cerah serta masih hujan.

Petugas itu menghela nafas dan memegang kepalanya sendiri tanda bingung.

[Hadeh anak muda sekarang.]

"Kamu ini masih kecil loh udah tawuran tawuran aja, kamu anak SMP mana?"

[Tapi kalo dipikir pikir dia ini tingginya sekitar 130 - 140 cm. Jangan jangan dia anak SD lagi.]

"Saya masih SD pak."

3 petugas itu terkejut mendengar ucapan Daffin. Setelah itu Petugas yang sedang mengendarai mobil itu menggeleng gelengkan kepalanya, Petugas yang ada di sebelahnya syok dan melihat kearah belakang(Arah Daffin), Sedangkan Petugas yang disebelah Daffin menunjukkan raut wajah sedih.

[Bener ternyata dugaanku.]

"SD mana?"

"SD 002."

Jawab singkatnya yang masih menghadap lurus kedepan dengan tatapan agak sayu. Tatapan mata kosong dari Daffin dilihat oleh petugas yang ada di depannya, petugas tersebut merasakan hal yang janggal.

"Ada SD jaman sekarang udah mulai bertingkah ternyata, Kau tau kan kalau kamu gini bisa masuk lapas."

Tegur Petugas yang ada di samping Daffin, petugas itu menghadap kearah luar memandangi jalan dan toko yang basahi hujan. Sunyi tak sepatah katapun keluar dari mulut mereka semua, Suara kendaraan lain mengisi telinga klakson yang di bunyikan sebagai tambahan, satu meratapi, Satu fokus mengendarai dan satunya lagi diam mencari topik.

Keheningan panjang terjadi hingga sampai di kantor polisi.sesampainya disana Dia dibawa keruang Sunyi dengan satu meja dan dua kursi berhadapan. Daffin di interogasi tanpa henti, satu demi satu pertanyaan dilontarkan namun Daffin tetap diam membisu tak menjawab pertanyaan satu pun.

Petugas itu semua menyerah dan langsung membawanya untuk dijatuhkan hukuman dan dia mendapatkan hukuman lapas remaja selama 2 tahun. Dan hukuman itu dia jalani, kadang dimasa saat dia dihukum dia mendapati kunjungan dari Alvin dan ibu kandungnya tidak dengan ayah dan ibu sambungnya.

Ibu kandungnya selalu datang dalam keadaan sedih melihat anak pertamanya melakukan hal tersebut. Pertanyaan demi pertanyaan ditanyakan oleh sang ibunda, begitu pula dengan jawaban demi jawaban diberikan oleh Daffin yang hanya mau menanggapi ibunya.

"Nak baik baik ya, nanti kalau udah keluar dari sini belajar yang benar... jangan lagi berkelahi."

Mata berkaca-kaca menjawab "iya." Dan kepala mengangguk menjawab pertanyaan ibundanya

2 tahun semasa tahanan setelah diberi keringanan dan pengampunan Daffin akhirnya di bebaskan dari lapas.

"Ha... h Hidup baru, mari kita mulai."

Ucap Daffin berdiri di luar lapas. Dia berbalik badan melihat kearah lapas dan teringat sedikit momen-momen yang pernah terjadi di sana dengan para tahanan lapas lainnya.

Lalu Daffin berjalan menjauh dari sana menyusuri jalanan yang ada di sana pergi menuju ketempat dulunya dia tinggal sebelum ditahan. Daffin pergi menuju rumah kakek dan neneknya di sana kakek serta neneknya yang sudah tua renta menyambutnya dengan hangat tanpa memedulikan kejadian yang telah ia perbuat.

Keharmonisan yang terjadi antara Daffin dan kakek neneknya dapat berjalan seperti sebelumnya. Senyum, canda dan tawa tak berhenti di setiap momen dalam kondisi makan bersama dan berbincang bersama hal itu pun terus terjadi sampai, dimalam harinya neneknya Daffin memberikan surat pemindahan sekolah dan tiket pergi keluar pulau.

"Mbah(nenek) mau mindahin aku."

"Maaf Fin citra mu sudah jelek disini, Mbah gak bisa bantu untuk itu, yang penting disana nanti kamu belajar yang rajin ya, disana juga udah ada rumah bapakmu yang lama jadi bisa sekalian tinggal, untuk kebutuhan sehari-hari entar nenek sama kakek yang kirim. Disana juga ada ibu kandungmu jugakan, gak usah pedulikan bapak sama ibu sambung mu, yang penting jangan lakukan hal ini lagi dan belajar yang serius."

Daffin hanya terdiam sepanjang ia di nasehati, mendengarkan dan mengganguk hanya itu lah yang dia lakukan.

Lalu setelah itu dia disuruh untuk tidur dan siap siap berangkat di pagi harinya karena jadwal keberangkatan tiketnya di besok hari pukul 16.00 atau 4 sore. Daffin mengerti lalu pergi menuju kamar tidurnya dan pergi tidur.

Di pagi harinya seperti yang di suruh neneknya Daffin merapikan dan menyiapkan pakaiannya untuk perpindahannya.

Di sore hari saat jemputan Daffin sudah datang dia bersalaman serta berpelukan perpisahan kepada 2 orang yang udah merawatnya.

Kepergian Daffin sebenarnya membuat hati kedua orang tua itu sedih walaupun dengan alasan yang sedemikian rupa.

Beberapa waktu kemudian.

Sudah menjelang malam di kota lain.

Di bandara kota lain dia harus menuju rumah peninggalan bapaknya. Dia menaiki suatu taxi untuk sampai disana perjalanan yang berlangsung 20 menit itu dari bandara

Ketempat suatu perumahan.

Di rumah sederhana berwarna abu dan beratap biru Daffin memasuki rumah itu setelahnya ia menyalakan seluruh lampu didalam dia menaruh seluruh pakaian yang dia bawa, Serta merapikan rumah yang tertinggal itu.

[Sudah lama aku gak kesini, Dulu tinggal disini sebelum perceraian mereka pada akhirnya kalau tau begini gua gak pamit ke anak anaknya. Besok gua harus sekolah ya hadeh ketemu mereka lagi kembali kesekolah lama masih ingat gak ya mereka.oh ya tapi mereka kan udah naik kelas,nanti ambil kelas akselerasi dah kayanya seru.]

Daffin mulai bersekolah dengan menggunakan kelas akselerasi di kelas 2 agar bisa mengejar teman temannya dalam waktu kurang dari 2 tahun ia lulus memasuki tingkat sekolah menengah pertama.

Kadang kadang ibu kandungnya juga datang mengurusi anaknya yang tinggal sendiri. Kadang kadang juga dia mengikuti kerja sampingan untuk memenuhi kebutuhan kebutuhan yang kurang.

Daffin kini di tempat yang baru menjadi orang yang baru juga membuang masa lalu dan juga semua orang yang dia kenal di sana tidak ada yang tau tentang masalahnya kecuali sang ibunda.

Kehidupan Daffin yang normal ini membuat dirinya menjadi pribadi yang lebih baik dari sebelumnya, dia juga mulai belajar mengatur pengeluaran serta mencoba berjualan jasa secara online. Bahkan dia sering mengikuti pertemuan pertemuan para pengusaha pengusaha untuk mengulik cara cara yang mereka gunakan.

Daffin yang berambisi melewati kehidupan yang normal malah menembus batas kenormalan tersebut, beberapa waktu kemudian ketika dia sadar sudah melewati batas kenormalan yang Seharusnya.

Dia yang tak bisa menempatkan dan menentukan batas kenormalan orang orang disekitarnya memilih untuk bertanya pada orang orang seumurannya. Dia mendapatkan banyak jawaban dan mengikuti setiap jawaban tersebut. Kini dia tidak lagi menggunakan kelas akselerasi. Kehidupan SMP dia jalani dengan mengikuti arus sebagai siswa pada umumnya.

Di tingkat ini dia mengalami perundungan oleh beberapa kakak tingkatnya, namun dia tidak melawan, dia hanya menerima dengan sabar.

Sampai di suatu hari...

Di hari itupun Daffin masih di rundung secara verbal maupun non-verbal. Di pojokan sekolah tempat sepi di dekat gudang dia di pukul dan diinjak oleh 5 orang perundung, dia menerima segala serangan yang melesat kearahnya dan berpura pura kesakitan.

*Bugh bugh bugh.

Suara pukulan yang satu persatu diarahkan ke perutnya.

"Hah...hah...hah... "

Sesak nafasnya.

"Hahahaha, Lemah banget jadi cowok gak bisa ngelawan, padahal badannya bagus."

Ucap perundung 1 laki laki kurus tinggi, tertawa dan terus memukulnya.

"Iya itu tuh, badan doang bagus melindungi diri kagak bisa."

Saut perundung 2 badan standar dan tinggi rata rata umurnya, yang memegangi tangannya dari belakang dan menendang punggung bagian belakangnya.

"Oi kalian bertiga sini, bantu kasih paham baj*Ngan ini."

Ucap perundung 1 mengajak 3 temannya yang hanya melihat mereka.

"Kalian ini masih kecilya main kayak gitu."

Ucap perundung 3 laki laki berbadan besar dan tinggi, duduk diatas bak sampah panjang yang tertutup.

"Benar benar."

Ucap perundung 4 laki laki berbadan kecil dan kurus, yang kini orang itu sedang memainkan Smartphone sambil tersenyum menghadap mereka.

"Ah~ kalian berdua ini gak seru, aku ikut ya!!"

Ucap perundung 5 seorang wanita muda berbadan tinggi dan memiliki tubuh yang bagus serta wajah yang cantik seperti anak kecil, raut wajah jutek melihat perkataan 2 temannya yang sedang tak ingin merundung Daffin.

"Ya sini lah."

Ajak perundung 1 kepada teman perempuannya itu. Perundung perempuan itu pun tersenyum dan berlari kearah mereka.

"Hahahaha asyik."

Ucapnya berlari mengayun ayunkan tangannya kedepan kebelakang. Sesampainya di Daffin dua perundung itu mengubah posisi memegangi Daffin. Lalu perundung perempuan itu meninju keras Daffin tepat di perutnya.

[Orang orang ini mukul kok gak ada yang sakit dah, Pura pura kesakitan ah.]

"Ukh..."

Ucap Daffin menundukkan kepalanya.

"HAHAHAHA..."

Ketawa 3 perundung itu terbahak bahak, begitu pula dengan perundung 4 yang ketawa kecil , tapi tidak dengan perundung 3 yang berbadan besar. Sebenarnya perundung ketiga ini tidak pernah ikut merundung Daffin melainkan dia hanya menemani teman temannya yang merundung, Karena dia satu satunya yang percaya bahwa Daffin sedang berpura pura lemah dari awal.

[Orang itu kenapa sedari awal gak pernah melawan, padahal dia gak seperti yang selama ini dilihat.]

"Ck... Ada apasih dengan Daffin, dia gak pernah ngelapor sama gak pernah melawan." Gumam seseorang dibalik bayangan tembok yang melihat mereka dari kejauhan.