Selesai makan, mereka bertiga tidak langsung kembali, tapi mengobrol di meja makan sebentar, ketika Lauren bangkit dari duduk nya dan membereskan piring, Remy juga ikut membantu mencuci piringnya.
ART di rumah Remy sedang cuti, jadi mau tak mau yang membereskan dan merapihkan rumah adalah Lauren, tapi Lauren sangat senang, karena perubahan Remy yang membuatnya lebih semangat.
Setelah membantu Ibu nya membereskan peralatan makan, dia pun izin untuk kembali ke kamarnya di lantai dua.
Sesampainya di kamar, Remy berjalan ke meja komputer, mulai mencari artikel-artikel yang berkaitan dengan Ai.
Karena pengetahuan nya hanya terbatas pada pembuatan software, dia menggali lebih lanjut tentang ilmu program, mesin dan yang paling penting adalah medis.
Tiga jam berlalu, dan Remy merasa pemahamannya tentang Ai meningkat, tapi belum dalam tahap pembuatan Ai yang dapat memahami perasaan, dia membuat jadwal bahwa besok dia akan pergi ke perpustakaan untuk menggali informasi lebih lanjut.
Dia bangkit dari kursi dan meregangkan otot-otot tubuh nya, karena kelelahan dia menjatuhkan diri nya ke kasur dan pergi ke alam mimpi.
...
Di hari berikutnya, pagi-pagi Remy sudah siap untuk berangkat bekerja, dia tidak lupa berpamitan dengan orang tuanya, meskipun sudah besar, Remy masih menerapkan ajaran nya sewaktu di panti asuhan, dia diajarkan untuk menghormati orang tua meskipun dia sendiri sudah dewasa dan menjadi semakin tua.
Remy pun pergi mampir ke perusahaan sebentar, hari ini dia tidak mempunyai janji dengan seseorang dan tidak ada pekerjaan berat, maka dia menyuruh Silvia untuk menjaga perusahaan, sedangkan Remy akan pergi ke perpustakaan kota.
Karena perusahaan sudah di awasi oleh Silvia, maka Remy datang ke perpustakaan besar dengan tenang, tempatnya terletak di tengah kota, tidak jauh dari perusahaan Remy.
Ketika di dalam perpustakaan, dia mengambil ratusan buku, membuat penjaga perpus menjadi terheran-heran, bukan hanya penjaga perpus, tapi orang lain yang datang berkunjung untuk membaca juga memasang ekspresi keheranan dan keanehan saat melihat Remy membawa buku-buku tebal yang menumpuk.
"Benar saja, aku lebih mudah mengingat dan memahami pengetahuan yang baru ku serap." Gumam nya sambil terus membaca.
Remy mengabaikan pandangan semua orang dan mencari kursi yang tenang, dia melihat kursi pojok sedang kosong, Remy pun duduk di kursi tersebut dengan menaruh buku-buku tebal di atas meja.
Dia mulai membaca buku segala macam sains, perhitungan, program, medis, semuanya dia serap dan menghabiskan waktu sekitar empat sampai lima jam.
Dia tidak kelaparan atau kehausan karena sesekali dia akan keluar untuk membeli cemilan dan minum, habis itu dia masuk ke dalam lagi.
Jikalau seseorang melihat cara baca Remy, mereka pasti meremehkan dan menganggap Remy hanyalah seseorang yang mencari perhatian.
Karena betapa cepatnya dia membaca, setiap detik akan terdengar halaman yang dibalikkan.
Dan super memory membantu dirinya dengan ingatan yang super kuat, buku-buku yang tebal hanya menghabiskan beberapa menit, efek sampingnya hanya kelelahan menggerakkan jari dan mata, sedangkan otaknya masih merasa fresh.
Super memory juga membantu nya membuat kalkulasi perhitungan dengan cepat, seperti mengurai perhitungan dan jalan alternatif untuk cepat sampai ke hasil perhitungan.
Hanya dengan memikirkan suatu bilangan, suatu angka turunan akan tersusun di benak nya dengan cepat, seperti men-scan kode Qr.
...
Remy membaca banyak buku yang berkaitan dalam hal lingkungan dan medis, karena salah satu alasan dan tugas penciptaan baymax adalah untuk lingkungan dan masyarakat, ilmu medis dan pelayanan nya, jadi dia sangat mementingkan nya juga selain chip Ai.
Remy pun membereskan buku-bukunya dan menaruh di rak yang sesuai seperti semula, dia tidak seperti author yang sering lupa menaruh tata letak buku sebelumnya.
Dia pun akhirnya keluar tepat pada tengah hari, meskipun merasa pegal karena tidak terbiasa, tapi dia merasa bahagia, tujuan kecilnya akan segera terlaksanakan.
Remy pun datang kembali ke perusahaan, sesaat kemudian, Silvia yang baru saja keluar dari ruangan produksi melihat Remy yang sudah kembali ke perusahaan, "Selamat datang kembali, tuan."
"Um, ngomong-ngomong apa kamu sudah makan?" Ucap Remy melihat Silvia yang menyambut kedatangan nya kembali.
"... Belum, setelah tuan pergi, aku mengawasi para karyawan." Jawab nya tersenyum, terlihat mata nya menyipit seperti bulan sabit.
Terlihat kalau Silvia merasa senang dengan pertanyaan Remy. Silvia memikirkan sesuatu di benaknya, tapi dia segera menghilang kan pikiran tersebut.
"Aku merasa lapar, ayo ke kantin bersama." Ucap Remy berjalan santai menuju kantin, sedangkan Silvia membeku sebentar dan mengikuti Remy dari belakang.
Sesampainya di kantin, dia memesan Soto Ayam di bibi kantin, setelah memesan dia menemukan tempat duduk yang kosong, dan mulai duduk di situ.
Remy menoleh ke Silvia yang masih berdiri, Silvia yang di tatap beberapa detik oleh Remy merasa sedikit tersipu. Tapi dia tetap menjaga sikap profesional nya dengan menampilkan wajah tenang di permukaan.
"Kenapa tidak duduk?" Ucap Remy dengan wajah datar.
"Ah, tidak usah tu- ..." Jawab nya.
"Apakah kamu ingin makan sambil berdiri?" Sela nya, Remy.
Di paksa oleh Remy, dia pun duduk dengan sedikit tegang, sebelumnya Silvia tidak pernah merasa setegang ini, dia berpikir kalau Remy sangat dingin, dan tanpa ekspresi, jadi dia tegang tanpa sadar.
Remy memperhatikan Silvia yang duduk dalam posisi tegak dan terlihat tegang, seolah menjaga sikapnya agar dia tidak tersinggung.
Remy tersenyum di dalam hati nya, dia bukan nya berhati dingin, hanya saja dulu saat di bumi dia seorang introvert, jarang sekali berbicara pada lawan jenis.
"Jangan terlalu tegang, memang aku lapar, tapi aku tidak akan pernah memakan manusia." Ucap Remy terkekeh sedikit.
"Anggap saja aku teman, usia kita tidak berbeda jauh." Lanjut Remy.
Silvia mengangguk sedikit dan tersenyum, sedikit rileks mendengar ucapan Remy.
"Tuan, dan nona Silvia, makanan kalian sudah tiba, silahkan di nikmati." Ucap Bibi kantin sembari menaruh mangkok dan piring, setelah itu Bibi kantin permisi kembali ke tempatnya.
Remy pun mulai makan, mencampurkan nasi dan kuah, kemudian melahap nya dengan santai. Sedangkan Silvia, dia juga ikut makan, tapi sering kali melirik Remy.
Sama seperti karyawan lain, cara memandang mereka ke arah Remy seperti tidak biasa. Sebelumnya ada beberapa karyawan yang mendengar reputasi Bos muda ini sering hidup dengan kemewahan dan suka menghamburkan uang nya.
Dan Silvia juga salah satu yang mendengar rumor tersebut. Meski ane, tapi dia tidak terlalu memikirkan nya.
"Meskipun aku punya uang, tapi uang itu milik orang tua ku. Aku berpikir bagaimana caranya untuk menghasilkan uang sendiri." Ucap Remy tiba-tiba, mata nya masih menatap makanan. Silvia mendongak dan menatap wajah Remy, sedikit bingung ketika mendengar ucapan Remy.
Remy mendongak, menatap wajah Silvia, "Impian ku sudah berubah dan akan segera tercapai, apa impian mu?"
Silvia seketika terdiam dan kelopak mata nya bergetar, dia menunduk sedikit, "Impian?"
"Aku belum membuat nya." Ucap Silvia terkekeh.
Remy tersenyum tipis mendengar jawaban santai nya, ide nya berhasil, sebelumnya dia berpikir agar tidak tidak terlalu canggung dan tegang Remy sengaja membuka obrolan untuk merilekskan Silvia dan mendekatkan hubungan teman mereka.
"Mengapa sebelumnya Anda tidak menyuruhku saja untuk menyewa buku, dari pada jauh-jauh ke perpustakaan sendiri?" Tanya Silvia.
"Aku tidak hanya membaca satu atau dua buku, tapi ratusan, dan aku tidak ingin merepotkan mu." Ucap Remy dengan santai.
Silvia yang mendengar itu langsung tersedak nasi, dia mengambil minum nya dan menatap Remy dengan wajah terkejut.
"Apakah ratusan buku-buku itu sudah dibaca selama 5 jam?" Tanya Silvia yang masih kaget, Remy hanya mengangguk sebagai jawaban nya.
Meskipun agak tidak logis bagi seseorang untuk membaca ratusan buku, tapi dia tetap percaya, dia pun mengalihkan topik pembicaraan, "Ngomong-ngomong, apa impian Anda itu, tuan?"
Remy sengaja tidak membalasnya langsung, beberapa detik dia diam, dia akhirnya berkata, "Membuat Animasi 3D."
"Dan menyenangkan semua hati anak-anak."
...
"Nak Remy, nanti kalau sudah besar, jangan lupakan anak-anak dan ibu disini."
Remy menatap wajah tua pengurus panti asuhan, tak kuasa menahan rasa tangis, dia pun mengeluarkan air mata tanpa menyadarinya.
"Aku akan." Remy mengangguk sungguh-sungguh, sambil bercucuran air matanya.
...
Remy kembali ke dunia nyata, matanya memerah dan hampir mengeluarkan air mata, saat menyadari kalau dia ingin mengeluarkan air mata, dia mengedipkan mata nya berkali-kali agar mata merah nya kembali seperti semula.
Sebuah ingatan dari bumi tiba-tiba menyerangnya, entah apa yang membuat ingatan itu muncul lagi.
"Ah, mata ku. Banyak pasir yang masuk ke mata ku."
Silvia segera memberikan tisu kepada Remy, sambil menyerahkan sebuah tisu, dia memikirkan adegan sebelumnya, ketika Remy mengatakan kalimat terakhir, dia terdiam beberapa saat dan mengeluarkan air mata tiba-tiba.
Meskipun penasaran, tapi dia tidak bertanya dan hanya diam ketika Remy membuat sebuah alasan.
...