Chapter 6 - Chapter 6

Silvia terkejut dan membeku, menoleh ke kiri dan kanan, dia melihat Remy tidak berbicara tapi melebar karena terkejut sama sepertinya, dia pun melihat ke arah komputer Remy. Dan benar saja, suara itu terdengar lagi.

"Rekan kesehatan pribadi anda, saya diberitahu tentang perlunya perhatian medis ketika Anda berkata 'Aw.' "

"Ah, aku lupa mematikan Baymax." Remy tersenyum kecut ketika mendengar perkenalan Baymax di komputer.

"Itu... Apa? Baymax?" Silvia melupakan rasa sakit di mata kaki nya dan merenung, mengingat nama Baymax, dia akhirnya ingat bahwa Baymax adalah salah satu karakter di Animasi yang akan dibuat.

Merasa tidak bisa menyembunyikan nya lagi, Remy berkata padanya, "Itu Baymax sama seperti yang kamu pikirkan."

Silvia tertegun merasa tidak percaya, "Bisakah Baymax pergi ke dunia nyata?"

Mendengar ucapan Silvia, Remy tertawa sambil mengeluarkan sepatu dari kaki Silvia, kemudian mem-posisikan kaki nya lebih tinggi, kulitnya yang halus dan lembut di sentuh oleh tangan Remy.

"Aw, tuan, tuan... Tidak usah." Silvia merasa kesakitan ketika Remy menyentuh titik sensitif rasa sakitnya.

"Maaf-maaf, ngomong-ngomong apakah ayah mu sedang ada di rumah? Bolehkah aku mengatakan bahwa putri nya sangat cantik?" Ucap Remy tiba-tiba.

"A-apa? Apa-" Dia tersipu dan kilatan pikiran jahat muncul di benaknya.

Padahal sebenarnya perkataan Remy hanyalah omong kosong, dia hanya hanya ingin mengurangi rasa sakit Silvia.

"Tunggu di sini, aku akan mencarikan mu cold spray atau es batu." Setelah berkata seperti itu, Remy pun keluar dengan tergesa-gesa.

Dan saat Remy keluar suara Baymax terdengar lagi dari komputer.

"Pada skala 1 sampai 10, bagaimana Anda menilai rasa sakit Anda."

"? ? ?" Silvia tidak menjawab dan terpana mendengar ucapan Baymax.

"Saya akan mencoba memindai tubuh Anda."

Baymax mengambil alih cctv di dalam ruangan, dia memanfaatkan itu untuk melihat tubuh Silvia, beberapa saat dia kembali lagi ke komputer dan berkata:

"Pemindaian selesai, nona Silvia, terdeteksi bahwa kaki Anda mengalami rasa nyeri akibat terkilir, di sarankan untuk mengompres dengan es."

"Ba-baiklah, terima kasih, Baymax." Ucap Silvia sembari tersenyum mengelus area di dekat titik rasa sakit nya.

"B-baymax? Apakah kamu di situ?" Lanjutnya.

"Ya, nona, aku akan selalu ada di samping pasien." Jawab Baymax.

Silvia masih terkejut dengan kehadiran Baymax, dia ingat Baymax adalah sebuah robot, tapi yang dia dengar hanyalah suara Baymax di komputer. Dia pun mengingat bahan-bahan yang di minta Remy, tanpa sadar dia membuat spekulasi liar.

Tapi hannya spekulasi itu lah yang menurutnya masuk akal. Bahan-bahan itu untuk membuat robot Baymax!

'Benarkah Baymax akan lahir di dunia ini juga? Tapi teknologi tidak secanggih pandangan dunia Big Hero 6. ' Ucapnya dalam hati.

Kalaupun Remy benar-benar membuat Baymax menjadi robot seperti di animasi nya. Maka seluruh dunia akan gila.

Dia sangat menantikan Baymax menjadi sebuah robot, dan Remy akan di kenal seluruh dunia.

Tiba-tiba suara pintu terbuka membuatnya kembali dari halusinasi, ketika dia melirik ke arah pintu, dia melihat Remy baru balik dengan membawa es batu di plastik.

"Maaf, aku tidak bisa menemukan cold spray, mungkin habis."

Remy langsung menaruh es batu di pinggir kaki nya, melihat ekspresi serius Remy, hati Silvia merasa berdebar-debar.

"Apakah sudah baik kan?" Tanya Remy kepada Silvia.

"Um, sedikit... Terima kasih." Ucap Silvia sedikit malu.

Suara Baymax terdengar lagi, "Es batu mengurangi rasa sakit, tapi pembalutan perban juga diperlukan, tuan."

"Ya."

Remy tersenyum mendengar perkataan Baymax, mengambil kotak medis dari laci meja, menemukan perban yang dimaksud, mulai lah dia memperban kaki Silvia ketika es batu sudah mencair.

"Um.., terima kasih karena Anda sudah membantuku, tuan." Ucap Silvia pada Remy sambil tersenyum malu.

"Dan juga kepada Baymax." Lanjutnya.

Suara Baymax terdengar lagi, "Sama-sama, ini sudah menjadi tugas ku untuk menjaga pasien."

Setelah itu Baymax pun mati.

Remy membersihkan dan merapihkan dokumen dan kertas-kertas yang bertebaran di lantai, setelah selesai dia kembali menoleh ke wajah Silvia, "Baiklah, sekarang kamu duduk saja dan istirahat kan kaki mu di sini."

"Tidak, tuan. Aku masih bisa, lihat... " Silvia mencoba untuk berdiri, walaupun masih merasa agak nyeri tapi dia tetap memaksakan untuk berdiri.

"Kaki kanan mu bergetar, kamu tidak bisa berbohong pada ku ... " Ujar Remy sambil mencoba memegang tangan halus Silvia agar tidak terjatuh.

"Kamu tunggu sampai aku selesai bekerja." Lanjut Remy, kemudian menuntun Silvia kembali duduk di sofa.

...

Silvia mengistirahatkan diri nya dengan duduk di sofa sambil bekerja ringan melihat-lihat naskah dan sebagainya,, Remy melanjutkan pekerjaan nya pada otak Baymax, dia menyimpan database otak Baymax di sebuah flashdisk, agar nanti bisa di pindahkan ke beberapa chip yang akan di buat.

Di saat sedang sibuk dengan komputer nya, nada dering ponsel Silvia terdengar, sebelum mengambil ponsel nya, Silvia izin mengangkatnya, dan Remy pun mengangguk, membolehkan nya menjawab.

"Halo?"

"Nona Silvia, maaf menganggu waktu anda, kami sudah mengirimkan semua barang-barang yang di minta, sudah kami hantar ke alamat yang tertera." Jawab seseorang di balik telepon.

"Ah, baik, terima kasih telah mengantar nya." Kemudian Silvia mematikan telepon tersebut, ia menoleh ke arah Remy sambil tersenyum.

"Tuan, bahan-bahan yang kamu minta sudah sampai."

"Sangat cepat?" Ujar Remy dengan heran dan sedikit terkejut.

Dia meminta waktu tiga hari, namun datang beberapa jam?

"Bukankah barang-barang yang aku minta beberapa ada yang langka? Mengapa begitu cepat?" Tanya Remy pada Silvia.

"Kebetulan bahan-bahan itu baru saja tersedia, aku membeli nya sesuai dengan hitungan, aku juga sangat beruntung dan langsung membeli nya saat itu juga." Ujar nya pada Remy sembari tersenyum.

Mendengar perkataan Silvia, Remy tentu merasa senang, dia mengangguk dan berkata, "Kerja bagus, ngomong-ngomong berapa total nya?"

Silvia menghitung sebentar, dia lalu berkata, "Total nya sekitar tiga ratus."

"Tiga ratus juta?" Remy mengangkat alisnya saat mendengar harga nya.

Cukup murah, sekarang dia mempunyai rekening pribadi yang di isi miliaran, dari mana uang itu berasal? Tentu saja dari orang tua nya, karena Remy yang sebelum nya sangat di manjakan oleh orang tua nya.

Saat mata nya baru saja teralihkan ke layar komputer, nada dering ponsel yang sama seperti sebelumnya terdengar lagi.

Silvia mengecek ponsel nya namun tidak ada panggilan, dia menoleh ke arah Remy yang sedang memegang handphone. Silvia sedikit kaget, nada dering nya sama seperti Remy, yang jarang sekali di pakai orang-orang.

[Ayah.]

Remy melihat bahwa yang menelpon adalah Ayah nya, dia pun segera mengangkat panggilan tersebut.

"Hei, kamu sedang apa? Kamu memesan banyak barang mahal untuk apa lagi? Flexing? Cepat jelaskan, kalau tidak aku akan menyiapkan sabuk khusus ketika kamu pulang, hehe." Jawab Mario dengan seringai aneh di telpon.

"A-" Remy ingin menjawab, tapi di sela oleh suara dari ujung telepon.

"Kamu ingin mencambuk anak ku? Kalau begitu lewati aku dulu, hmph." Suara wanita sambil mendengus terdengar dari telepon, itu adalah Lauren yang kemudian merebut ponsel suami nya.

"Jangan khawatir, nak. Kamu bisa menjelaskan nya saat pulang nanti, ibu menunggu mu pulang, sayang."

"Hey, aku belum selesai bicara pada-" Suara Mario terputus di ujung telepon, karena telepon di matikan terlebih dahulu oleh Istri nya.

Telpon di matikan bahkan belum lima menit, dan dia belum mengeluarkan sepatah kata pun, dia sedikit menggelengkan kepalanya, mulutnya melengkung membentuk senyuman.

...