Chapter 7 - Chapter 7

Setelah percakapan yang mana Remy tidak mengucapkan sepatah kata pun itu, dia melanjutkan bekerja sampai jam lima, ketika karyawan lain sudah pulang, Remy baru saja beres-beres di ruang kantor nya.

"Padahal lebih bagus pergi ke klinik." Ucap Remy kepada Silvia yang berdiri masih kesusahan.

"Ini hanya luka kecil, tidak apa." Ucapnya sembari tersenyum, merasakan rasa nyeri saat kaki kanan nya menapak.

"Tidak usah repot-repot, tuan. Aku akan memesan taksi saja."

"Tidak, biar aku antar menggunakan mobilku."

Remy pun menggendong Silvia untuk menuju area parkiran dan memasukkan nya ke dalam mobil.

...

Di dalam mobil, Remy duduk di kursi pengemudi, sedangkan Silvia duduk di kursi sebelahnya. Silvia memerah saat memikirkan Remy yang menggendong nya.

Dia merasa malu pada Remy, hanya karena kaki nya terkilir, sampai merepotkan Remy untuk mengantar nya pulang, padahal ia mungkin bisa menyewa taksi.

Tapi disisi lain dia merasa senang diantar oleh Remy, meskipun menurutnya itu salah.

"Dimana rumah mu?" Tanya Remy menatap balik Silvia.

"Hmm, bukit awan." Jawab Silvia sambil mengalihkan pandangan nya, ia merasa sedikit gugup ketika matanya bertatapan dengan Remy di situasi yang tegang ini.

Sedangkan Remy mengangkat kedua alisnya, terkejut beberapa saat, dia tidak menyangka bahwa Silvia adalah orang kaya, bagaimana mungkin dia tidak tahu di mana bukit awan itu.

Di sana di kenal dengan area yang istimewa di kota udang, yang mana banyak villa-villa, dan banyak dari pemilik villa itu seorang selebriti atau orang yang berpengaruh, harga nya juga berkisaran antara belasan sampai puluhan milyar.

Pemandangan nya juga tidak kalah istimewa nya, seperti namanya, bukit awan. Bukit tersebut berada di bukit yang tinggi, namun sayangnya tidak sampai menyentuh awan karena jarak awan kurang dari seratus meter dari bukit.

"Kamu orang kaya, bukan? Orang yang punya villa di sana rata-rata orang kaya." Tanya Remy sembari menyalakan mobil.

"Keluarga ku sudah hidup di villa itu bertahun-tahun, dulu harga nya tidak semahal harga sekarang.." Jawab Silvia dengan pelan.

Remy mendengar nya dan hanya berkata, "Ohh..." Namun di dalam hati nya, dia menyukai karakter rendah hati Silvia.

Mobil pun keluar dari perusahaan, melaju dengan kecepatan rata-rata menuju tujuan, dan beberapa menit juga telah berlalu tapi tidak ada yang membuka topik pembicaraan di antara mereka berdua, sehingga menciptakan suasana yang canggung.

"Apakah kamu sebelumnya pernah bekerja di perusahaan lain?" Tanya Remy yang akhirnya membuka suara.

"Hm, tidak pernah, ini pertama kali nya aku bekerja, tuan." Jawabnya singkat sambil matanya fokus ke jalan.

"Tidak mungkin hanya itu, bukan?" Ucap Remy tiba-tiba.

Silvia yang mendengar hal itu, langsung berkata, "Aku baru saja lulus universitas, karena untuk menambah pengalaman, akhirnya ayah ku mengatur pekerjaan untuk ku, dan sekarang aku menjadi sekretaris mu, tuan."

"Ohh, aku mengerti." Remy mengangguk berulang kali, dia tahu alasan nya, mengapa orang sekaya Silvia mau bekerja di bawah perintah orang lain.

"Bagaimana dengan... mu?" Ujar Silvia menoleh ke arah Remy.

Remy menyunggingkan senyumnya, "Ehehe, aku hanyalah bocah yang baru lulus SMA, bukankah kamu memeriksa identitas ku sebelum kamu bekerja?"

"Ah, kamu tau? ..." Silvia merasa malu karena tebakan Remy benar adanya, entah kenapa saat itu dia menerima ajakan ayah nya untuk menjadi sekretaris Remy.

Remy tersenyum dan berkata, "Hey, aku bahkan sempat remedial, dan sekarang aku mewarisi perusahaan dengan berani, tapi kamu yang seorang akademisi terbaik saja merasa belum mampu dan kamu masih takut konsekuensinya, orang tua mu sangat bangga pada mu."

"Eh? Benarkah? Aku tidak merasa seperti itu." Ujar Silvia, tampak tidak percaya.

"Ngomong-ngomong bagaimana cerita mu saat di sekolah?" Ucap Remy mengalihkan topik.

"Eh? Ah, aku tidak punya cerita semasa sekolah, selain belajar, aku pendiam dan tidak memiliki teman."

"Mengapa?" Tanya Remy dengan heran.

"Aku tidak mau berteman dengan sembarang orang, aku memang boleh berteman, tapi harus lebih memilih, aku hanya punya beberapa saat SD dan SMP."

Mendengar hal tersebut, Remy, merasakan perbedaan Silvia dari wanita pada umum nya.

'Apa mungkin didikan orang tua nya yang sangat bagus?' Bisik nya dalam hati.

...

Dengan seiring perjalanan mereka mengobrol di dalam mobil, tanpa sadar mereka menambah keakraban di dalam hubungan mereka, dan Silvia yang tadinya merasa canggung dan sangat memperhatikan sikap nya, perlahan-lahan berubah menjadi sangat suka bercerita dan terbuka pada Remy.

"Ngomong-ngomong, Baymax sangat pintar, saya ingat Googleplex adalah Ai terbaik di dunia tapi tidak secerdas dan secepat Baymax dalam berkomunikasi robot-manusia, benarkah dia adalah Baymax robot putih gendut itu?" Ucap Silvia, mata nya berbinar saat menceritakan Baymax, dia mengingat kembali karakter yang Remy gambar.

"Ya, tapi saat ini yang ada hanya otak Baymax yang baru di buat, bahkan film nya pun belum di buat tapi kamu sudah bersemangat?" Ujar Remy kepada nya.

"Ah, mungkin bukan hanya aku yang bersemangate, tapi mungkin tim produksi juga bersemangat." Balas Silvia.

"Ah, iya, tuan. Saat Anda pergi keluar, Baymax memindai tubuh ku, aku tidak tahu cara dia memindai, tapi di situ mata ku teralihkan pada sebuah cctv, aku terpana bahwa mungkin Baymax pindah ke cctv untuk memindai ku, Baymax juga tahu aku alergi terhadap wortel." Lanjut Silvia, bercerita tentang kejadian sebelumnya.

Remy yang mendengar cerita tersebut ekspresi wajah nya berubah. Dia diam tidak membalas cerita Silvia, tapi mengerutkan kening nya.

"Tuan?" Saut Silvia, membangunkan Remy dari lamunan nya.

Remy pun sadar dan menoleh, "Yah, Baymax memang sangat canggih, kamu melihat naskah animasi nya juga kan?"

"Ya, ya! Konsep cerita nya sangat bagus, aku sangat percaya diri bahwa animasi ini akan populer.., di indonesia!" Jawab nya sambil tersenyum lebar.

Remy hanya tertawa di dalam hati nya, ketika mendengar jawaban Silvia. Saat di bumi, animasi Big Hero 6 telah mencapai popularitas yang sangat tinggi di seluruh dunia, dan Baymax juga menjadi ikonik big hero 6, sampai di ciptakan series Baymax.

Tapi Remy masih belum bisa memastikan bahwa animasi nya akan laris manis di dunia paralel ini, di karenakan animasi 3D belum ada, dan perusahaan nya juga bukan perusahaan terkenal, otomatis popularitas yang di dapat sedikit.

Meskipun demikian, dia tidak menyerah dan tetap mempercayai diri nya sendiri.

Karena banyak nya mengobrol, tanpa menyadari perjalanan sudah berlalu dan sekarang mereka sudah sampai di jalan yang tampak familier bagi Silvia.

"Apa aku harus masuk ke sana?" Ujar Remy sambil melihat lampu-lampu terang di pinggir jalan, dan di jalan sekitar belasan meter terlihat palang putih dan sebuah pos yang lumayan besar.

"Ya, ya! Masuk saja ke sana, aku akan berbicara pada penjaga." Ucap Silvia dari samping.

Mobil mereka berhenti tepat di depan palang, Silvia membuka kaca mobil dan melihat penjaga pos di sampingnya.

"Pak, saya Silvia, pemilik villa no.7." Ucap nya.

Penjaga tersebut menoleh dan sedikit bingung melihat wajah Silvia yang tidak asing baginya, namun dia tetap mengangguk sambil tersenyum, "Oh, ternyata Nona Silvia, selamat datang kembali."

Bersamaan dengan itu palang putih naik secara perlahan dan membiarkan mereka masuk.

Penjaga tersebut merasa aneh ketika Silvia menaiki mobil asing dan juga dia melihat supirnya seorang pria muda, namun dia menghiraukan nya dan hanya menandai, kalaupun terjadi sesuatu, polisi akan segera datang.

Namun dia tetap positif thinking bahwa pria muda tersebut pacar nya Silvia, meskipun sebelumnya Silvia tidak pernah membawa laki-laki.

...