Chereads / MENUJU ABADI - LANGKAH TANPA NOKTAH / Chapter 9 - Meditasi Malam

Chapter 9 - Meditasi Malam

Kembali ke Kaki Semeru.Dalam gelap gulita yang menyelimuti kawasan kaki Gunung Semeru, hanya dengusan angin malam yang terdengar samar-samar. Suara gemerisik daun dan helaian rumput yang ditiup lembut oleh nafas malam menambah suasana misterius. Cahaya bulan yang tersembunyi di balik awan memberi sentuhan samar-samar pada kegelapan, menggambarkan bayangan-bayangan misterius yang menyelinap di antara pepohonan yang menjulang tinggi.Di iringi, desiran aliran anak sungai yang mengalir pelan memecah keheningan malam, menciptakan irama alam yang tenang namun menggetarkan. Sementara itu, suara serangga malam bersahutan, menambah kesan kehidupan yang tersembunyi di balik kegelapan.Jauh dari sorot lampu kota dan kehidupan manusia, suasana ini memancarkan aura ketenangan yang menenangkan jiwa namun juga menyiratkan ketidakpastian yang merangkak di antara bayang-bayang pepohonan tua. Itulah malam di kaki Gunung Semeru, tempat di mana alam berbicara dengan bahasa rahasia, dan di mana misteri dan keajaiban tersembunyi di setiap sudut gelapnya.Di atas pangkin tunggul kayu di dekat Gubuk Tua, dua sosok anak muda, Wansar dan Wancil, duduk dengan postur meditasi, disertai remang cahaya unggun api kecil. Mereka telah melakukan meditasi sejak selesai semadi malam. Sementara itu, Pak Tua Wali Jati, sang guru, juga bermeditasi di dalam Gubuk, tepatnya di belakang kedua muridnya. Dalam meditasinya, ia juga mewaspadai keselamatan dua muridnya.Wansar dan Wancil duduk dengan tubuh tegak namun santai, punggung mereka lurus dan kaki bersila di atas pangkin kayu. Nafas mereka berjalan dalam irama yang tenang, naik dan turun secara perlahan seiring dengan aliran angin malam yang membelai. Matanya tertutup rapat, menyiratkan kedalaman dalam meditasi yang mereka lakukan.Pada pandangan luar, mungkin terlihat seolah-olah mereka sedang tidur, namun dalam meditasi mereka menyelami kedalaman batin mereka sendiri. Di dalam keheningan malam, pikiran mereka terfokus, menjelajahi ke dalam diri mereka sendiri, mencari kedamaian dan pencerahan.Ada getaran seni penuh energi saat bait-bait keramat diucapkan beserta hembusan nafas yang dalam, suara mereka seperti menggema di dalam keheningan malam. Setiap kata yang mereka ucapkan terdengar seperti alunan suara nyanyian alam, menyatu dengan gemerisik daun dan helaian rumput yang ditiup lembut oleh nafas malam. Dalam setiap tarikkan nafas yang dalam, mereka seolah-olah menyerap daya semula jadi alam kaki Semeru, menyatu dan memeluk mereka dengan lembut.Sementara itu, di dalam rumah, Pak Tua Wali Jati duduk dengan sikap yang sama, tubuhnya tegak dan teguh. Nafasnya teratur, perlahan masuk dan keluar dari dalam tubuhnya. Tetapi di balik kesederhanaan gerakan fisiknya, pikirannya melayang bebas, menyelami alam batin yang tak terbatas.Dalam meditasi mereka, waktu terasa melambat, dan mereka merasakan kedamaian yang mendalam. Di bawah remang cahaya api unggun, mereka menyatu dengan alam, mengalami kehadiran yang murni dan kebijaksanaan yang tak terucapkan.Ketika waktu semadi fajar telah tiba, ketiga mereka mengusapkan tangan ke muka, kepala dan seluruh badan dengan lembut, meratakan seluruh tenaga meditasi, desiran angin menyapu wajah, isyarat alam yang memberi restu. Dengan perlahan mereka membuka mata, menyambut cahaya fajar yang menyusup melalui daun-daun pepohonan. Nafas mereka tetap tenang, mempersiapkan diri untuk menyempurnakan semadi fajar, suatu bentuk meditasi yang khusyuk yang tidak boleh sekalipun di alpakan.Pak Tua Wali Jati, dengan perlahan, juga mengakhiri meditasinya. Dia merasakan kedamaian yang sama yang melingkupi murid-muridnya. Dengan penuh kehati-hatian, dia membuka mata dan membiarkan dirinya merasakan kehadiran alam yang memeluknya, sambil mempersiapkan diri untuk semadi fajar.Saat fajar menyinari langit, suasana di sekitar Gubuk Tua berubah perlahan. Warna-warna keemasan menyelimuti pepohonan dan daun-daun yang bergoyang pelan oleh embusan angin pagi. Suara gemerisik daun dan helaian rumput masih terdengar, tetapi kali ini membawa pesan kehangatan dan keberkahan dari alam semesta, membangkitkan semangat dalam menyempurnakan semadi fajar.Wansar dan Wancil, serta Pak Tua Wali Jati, bangkit dari semadi fajar mereka dengan perasaan yang tenang dan penuh kesadaran. Perlahan, tanpa kata, tanpa bicara, terus tengglam dalam bait-bait keramat, mereka menapak keluar untuk bermandi embun Kaki Gunung Semeru.Bersambung.