Tidak perlu bertanya, hanya dengan melihat saja sudah tahu bahwa Zhaoyang tidak mendapatkan apapun.
Jiang Xi memandangnya seklilas, "Jangan-jangan kamu sudah makan kenyang baru kembali?"
Wajah Zhaoyang memerah, dia menjawab dengan malu-malu: "Aku tidak mendapatkan apapun."
Xuyang menggelengkan kepala dengan simpati, "Kak, kamu tidak sehebat Kak Zhaodi, roti yang didapatkan Kak Zhaodi sangat enak sekali."
Zhaoyang memandang Xuyang dengan tajam, lalu melihat tas Jiang Xi yang penuh, "Jangan bilang kamu mendapatkan sebanyak itu!"
Jiang Xi tersenyum, "Lebih banyak dari ini, tadi sudah dibagikan kepada yang lain. Saya pikir kamu bisa meminta makanan untuk diri sendiri, jadi tidak menyiapkan untukmu."
Zhaoyang mendengus dingin, "Saya tidak akan makan meskipun diberikan secara cuma-cuma."
"He Zhaoyang, jangan keras kepala." Kata He Chunhua yang merupakan ibu mereka sekarang, jadi harus memberikan nasihat untuk mendidik.
Zhaoyang merasa tidak senang, "Aku tidak keras kepala, Ma."
Xuyang usianya masih muda, tidak memiliki banyak pemikiran, dengan tanpa malu berkata, "Kak Zhaodi, masih ada roti?"
"Tentu saja." Jiang Xi mengeluarkan satu lagi dan memberikan kepada dia dan nenek, dengan sengaja mengabaikan Zhaoyang.
Zhaoyang menelan ludah diam-diam, perutnya dengan tidak patuh mengeluarkan suara gemuruh.
Zhaoyang menatap roti yang mereka pegang, terlihat warna roti yang enak dan lembut, sambil mempertimbangkan apakah tangan Jiang Xi bersih atau tidak, apakah rambutnya ada kutu atau tidak.
He Chunhua menghela nafas.
Meskipun Jiang Xi bisa mengabaikan Zhaoyang, tetapi dia tidak melakukannya.
Jika anak ini menjadi semakin memberontak, akan semakin sulit untuk mengendalikannya di masa depan.
Dia menyodorkan roti ke tangan Zhaoyang, "Makanlah!"
Zhaoyang: "...."
Zhaoyang sangat takut direndahkan orang lain, sehingga dia tidak segera menerima rotinya.
Jiang Xi berkata tanpa emosi: "Mungkin dia merasa aku kotor, bibi tidak perlu kasih ke dia lagi, makanlah sendiri."
Xuyang berkata: "Kak, cepat makan, ini enak loh!"
Zhaoyang melihat Xuyang sangat menikmati rotinya, dia tidak bisa menahan diri dan menelan air liur.
Lalu berpikir lagi apakah tangan Jiang Xi kotor atau tidak, baru saja hendak mengambil roti tersebut, tetapi Jiang Xi segera merebut rotinya dan menyuapkan ke mulut He Chunhua, "Bibi makan saja, jangan pedulikan kebiasaan buruknya."
Zhaoyang: "..."
He Chunhua makan.
Anak-anak lapar, dia juga lapar.
Terbiasa dengan kehidupan enak, dia harus beradaptasi dengan perubahan, bahkan harus mengajari anaknya dengan pelan-pelan.
Di perjalanan, Zhaoyang terlihat cemberut, seolah-olah ada yang hutang sama dia. Setelah Xuyang selesai makan roti, mulai berbicara lebih banyak dengan Yuanbao dan lainnya.
Mereka masih harus melakukan perjalanan lebih dari 30 mil sebeluh tiba ke kota. Mereka berusaha sampai sebelum gelap.
Namun, di tengah perjalanan, Xiaoshitou tiba-tiba muntah, lalu demam tinggi.
Maimiao bertanya dengan mata berkaca-kaca, "Kakak, Xiaoshitou tidak akan mati kan?"
"Tidak, kakak di sini, jangan takut." Jiang Xi menenangkannya.
"Kamu, Mibao dan Yuanbao pergi bermain sebentar di samping, kakak akan menjaga Xiaoshitou."
Anak-anak sangat patuh dan pergi bermain di samping dengan baik.
Xiaoshitou sangat sensitif, dia berpikir Jiang Xi akan meninggalkannya. Dia memeluk lengan Jiang Xi dengan malu-malu, "Kakak, jangan tinggalkan aku, aku sangat patuh, aku makannya sedikit...."
Jiang Xi merasa sedih mendengarnya, "Kakak tidak akan meninggalkanmu, jangan khawatir."
He Chunhua menyuruh Zhaoyang dan Xuyang untuk main ke samping juga, kemudian memberikan isyarat kepada Jiang Xi sambil berkata, "Di sini ada obat, berikan kepada Xiaoshitou."
"Baiklah." Jiang Xi menjawab dengan patuh.
Tidak peduli penyakitnya apa, menurunkan demam harus diutamakan.
Jiang Xi mencampurkan obat penurun demam untuk anak-anak ke dalam air dan memberikannya kepada Xiaoshitou.
Namun, setelah dia minum obat, dia muntah lagi.
Dengan mata berkaca-kaca, Xiaoshitou minta maaf dengan ekspresi telah melakukan kesalahan, "Maafkan aku kak, aku tidak bermaksud seperti itu, aku merasa sangat tidak nyaman."
"Tidak apa-apa, tidak apa-apa," Jiang Xi tidak akan marah pada anak yang sakit.
Dia bertanya kepada He Chunhua dengan suara pelan, "Apa yang harus kita lakukan sekarang?"