Chapter 35 - The Adamnadula Crusade(part 10)

Magnus duduk dalam keheningan yang kelam di atas tahtanya di dimensi Warp, dikelilingi oleh cahaya merah yang berdenyut dengan ritme kemarahan yang terus ia tahan. Bisikan-bisikan dari Warp telah membawanya kabar buruk—Mephturis the Infernal Oracle, salah satu Sorcerer terbaiknya, telah tewas, dan planet Valcoris II telah jatuh ke tangan Imperium.

Kesedihan bukanlah sesuatu yang dirasakan oleh Primarch dari Thousand Sons, melainkan frustrasi yang mendalam. Dia telah kehilangan seorang pejuang penting, dan Valcoris II adalah benteng yang seharusnya tidak boleh jatuh. Dalam pikirannya yang luas, dia mulai menjelajahi kedalaman Warp, mencari jawaban tentang bagaimana mengatasi invasi dari Imperium yang terus menekan.

Namun, yang lebih mengganggu Magnus bukanlah hilangnya planet tersebut, melainkan kehadiran seorang pemimpin yang terasa sangat asing baginya. Di tengah medan perang, ada Custodes—namun sesuatu tentang Custodes ini sangat berbeda. Magnus bisa merasakan kehadirannya bahkan dari kejauhan, tapi yang ia rasakan bukanlah energi yang biasa berhubungan dengan entitas hidup.

Ada sesuatu yang sangat tua dan murni yang melingkupi Custodes ini. Tidak ada unsur Warp sama sekali, dan itu mengganggu Magnus. Sebagai makhluk yang telah hidup selama ribuan tahun dan telah menjelajahi berbagai dimensi serta kekuatan, tidak ada yang bisa ia bandingkan dengan kehadiran ini. Alam semesta, dalam cara yang tidak bisa dijelaskan, tampak berada di bawah kendali Custodes tersebut.

Magnus memutuskan untuk terus menyelidiki misteri ini, menggunakan kekuatannya untuk menjelajahi Warp lebih dalam, berusaha mencari jawaban atas ketidakseimbangan yang dirasakannya. Sesuatu yang sangat kuat, namun sangat asing, mulai bergerak di alam semesta.

"Aku merasakan sesuatu kalau Custodes tersebut adalah Perpetual, sama seperti Vulcan, tetapi sesuatu berbeda dari dirinya. Apa yang yang membuat Custodes ini berbeda? Apa yang membuat Custodes itu sangat kuat?" kata Magnus dengan marah.

Magnus duduk di ruang takhta terkutuknya, cahaya ungu dan merah dari energi Warp berkelip-kelip di sekitarnya. Dengan gerakan tangannya yang anggun namun penuh kekuatan, ia menggunakan kekuatan psychic untuk menarik beberapa kitab kuno dan terlarang dari rak-rak yang melayang di sekitar ruangan. Kitab-kitab itu adalah peninggalan zaman kuno, dipenuhi dengan rahasia gelap dan kekuatan yang hanya sedikit berani menyentuhnya.

Saat halaman-halaman kuno terbuka di depan matanya, Magnus dengan tekun membaca simbol-simbol asing, mencari pengetahuan yang mungkin dapat membantunya memahami atau bahkan melawan ancaman yang kini menantang dia dan Thousand Sons. Sesuatu di dalam dirinya tahu bahwa jawaban terletak di dalam teks-teks terlarang ini, entah itu mantra, makhluk, atau kekuatan yang bisa ia gunakan untuk membalas kekalahan di Valcoris II.

Di tengah-tengah studinya, kabut energi Warp bergulung, dan tiga sosok muncul—tiga Sorcerer dari Thousand Sons, memanifestasikan diri mereka di hadapannya. Meskipun kehadiran mereka membawa energi yang Warp yang sangat kental, Magnus hampir tidak terganggu, matanya masih terpaku pada kitab di depannya. Salah satu dari mereka, dengan suara yang tenang namun penuh rasa gentar, melaporkan apa yang terjadi

"Ayah, Mephturis the Infernal Oracle tewas ditangan Custodes tersebut." kata Xerathim, "Aku sedang menyelidiki Custodes tersebut, aku merasakan sesuatu yang berbeda dari Custodes tersebut." kata Magnus, "Sekuat apa Custodes tersebut, ayah?" tanya Xerathim, "Aku masih belum tahu, disaat aku mencari tahu dirinya melalui Warp seolah dia tahu dan menyerangku kembali. Aku tidak melupakan tatapan tatapan tersebut." kata Magnus, "Ayah, apa aku akan berusaha melawannya?" tanya salah satu Sorcerer, "Mungkin untuk mengetahui dirinya iya, berharap kalau Roubutte tidak mengganggu." kata Magnus. "Bagaimana dengan Tarakan X?" tanya salah satu Sorcerer, "Xerathim, ini wilayahmu kan? pertahankan wilayah tersebut." kata Magnus, "Baiklah ayah...." kata Xerathim dan ketiga Sorcerer tersebut segera menghilang.

Sementara Aquila Wings melaju keluar dari Warp dan memasuki orbit di sekitar Tarakan X, suasana di dalam kapal terasa lebih tegang namun penuh kesiapan. Setelah dua jam perjalanan melalui Warp, kru dan pasukan mulai kembali menyesuaikan diri dengan realitas materi, sementara sistem kapal memverifikasi stabilitasnya setelah perjalanan melalui dimensi yang berbahaya. Orbit Tarakan X sekarang dipenuhi aktivitas—Imperium of Mankind sedang memeriksa kondisi planet di Valcoris II dan memutuskan apakah planet tersebut layak dihuni sebagai Hiveworld, Agriworld, atau bahkan Forge World.

Di sisi lain, Dante, yang kini mengenakan Auric Battleplate Armor miliknya—sebuah armor berkilau yang dirancang khusus untuk komandan veteran sepertinya—segera bergegas menuju meja kerjanya. Setelah duduk, Dante mulai memasukkan laporan pertempuran selama dua hari terakhir, mencatat setiap peristiwa penting, korban yang jatuh, serta strategi yang berhasil maupun yang gagal.

Namun, dalam keheningan ruangannya, kenangan lama mulai kembali mengganggu pikirannya. Dia teringat membaca sebuah laporan yang terjadi bertahun-tahun lalu saat dia berlatih di Imperial Palace di bawah pengawasan Captain General Trajann Valoris secara langsung. Sebuah insiden yang melibatkan Ahzek Ahriman, 1st Captain dari Thousand Sons, saat dia berusaha melakukan ritual besar tanpa izin atau keterlibatan Magnus the Red. Tujuannya adalah untuk menghilangkan kutukan Flesh Change yang mengganggu para Thousand Sons, tetapi ritual tersebut malah menghasilkan bencana yang tak terbayangkan—Rubric Marine.

Ahriman berharap untuk menyelamatkan saudara-saudaranya dari kehancuran, tetapi yang terjadi adalah sebagian besar dari mereka berubah menjadi cangkang kosong, dipenuhi debu, kehilangan jiwa mereka sepenuhnya. Dante mengingat laporan yang ia baca, bahwa hanya para Librarian yang selamat dari kehancuran tersebut, berkat kemampuan mereka menciptakan penghalang pelindung dengan kekuatan psykic mereka. Dante hanya bisa merasa kasihan kepada para Rubric Marine dan dengan membunuh para Ribric Marine sajalah, Dante bisa memberikan ampunan sang Emperor.

Saat Dante merenung di meja kerjanya, pikirannya kembali mengembara pada sejarah tragis yang melibatkan Magnus the Red dan Counsel of Nikea, ketika penggunaan kekuatan Warp dilarang sepenuhnya oleh perintah dari Emperor of Mankind. Magnus, yang pernah menjadi salah satu Primarch paling setia dan berusaha memanfaatkan kekuatan psioniknya demi Imperium, dipaksa untuk meninggalkan jalan yang telah ia tempuh selama bertahun-tahun. Namun, kegagalannya dalam meyakinkan Horus Lupercal—Primarch dari Legion XVI Lunawolf Brigade—agar tidak jatuh ke dalam perangkap tipu daya Chaos Gods menjadi titik balik tragis dalam sejarah Imperium.

Magnus telah mencoba memperingatkan Emperor of Mankind tentang pengkhianatan Horus setelah dia melihat melalui kekuatan psioniknya bahwa Horus telah tergoda dan terkorupsi oleh kekuatan Chaos. Namun, bukan penyelamatan yang terjadi—melainkan Magnus sendiri yang akhirnya berpaling ke Chaos, dihancurkan oleh putusan buruk dan kesalahan eksekusi dalam peringatan yang ia coba sampaikan.

Kini, Dante merasa terdorong oleh rasa ingin tahu dan keinginan untuk memahami lebih dalam, merenungkan apakah perjalanan ke Prospero, planet yang dulu menjadi rumah Magnus, akan memberikan perspektif baru baginya. Ada perasaan bahwa di reruntuhan dan bekas kebesaran Thousand Sons, Dante mungkin menemukan sesuatu yang lebih dari sekadar sejarah; mungkin jawabannya ada di sana, sebuah refleksi atau kebenaran yang perlu ia hadapi.

Pikiran Dante juga terganggu oleh fakta bahwa perintah awal Emperor of Mankind adalah untuk menangkap Magnus hidup-hidup dan membawanya ke Holy Terra untuk diadili, namun entah mengapa misi tersebut berubah menjadi pembunuhan. Kejanggalan itu terus menghantui Dante—mungkin Prospero akan memberikan petunjuk lebih lanjut tentang keputusan tersebut, atau mungkin tidak. Tapi perjalanan itu sekarang tampak harus ditunda terlebih dahulu karena Adamnadula Crusade lebih penting dan membebaskan sektor ini adalah priorotas pertama.