Chapter 38 - The Adamnadula Crusade(part 13)

Dante dan squad Custodes-nya bergerak maju dengan kecepatan dan ketepatan yang sempurna, mengikuti jejak 3rd dan 4th Company yang sudah bertarung sengit melawan Daemon di medan perang. Meskipun perlawanan dari pasukan Daemon Tzeentch cukup sengit, Dante tidak bisa mengabaikan perasaan bahwa ini tidak sekeras pertempuran yang mereka alami di Valcoris II atau Victorium. Ada sesuatu yang terasa aneh di sini, seolah-olah kekuatan Tzeentch yang sebenarnya belum sepenuhnya diperlihatkan.

Bolter menyalak dan kilatan energi dari serangan sihir melintas di udara saat para Astartes menangkis serangan gelombang demi gelombang pasukan Daemon. Sementara itu, Dante terus mengamati medan perang dengan cermat, mencari tanda-tanda ancaman yang lebih besar. Namun, perhatiannya tertarik pada sesuatu yang jauh di kejauhan.

Di atas bukit, terlihat sebuah istana tua yang megah, berdiri seperti monolit di tengah reruntuhan Tarakan X. Apa yang menarik perhatian Dante bukan hanya kemegahan istana tersebut, melainkan Thunderhawk asing yang sedang terbang menjauh dari sana. Siluet kapal perang itu jelas dan familiar, namun logo yang tercetak di lambungnya membuat Dante waspada.

Dia mempersempit matanya, fokus pada simbol yang terpampang di Thunderhawk tersebut. Detik berikutnya, dia merasa dadanya sesak dengan kewaspadaan. Logo itu... milik Iron Warriors Legion.

Thunderhawk tersebut dengan cepat meninggalkan istana dan menembus atmosfer Tarakan X, melesat keluar dari orbit dengan kecepatan tinggi. Dante bisa merasakan bahwa mereka terburu-buru, seolah-olah ada sesuatu yang membuat mereka meninggalkan planet ini dengan cepat. Pertanyaan mulai membanjiri pikirannya. Apa yang dilakukan oleh Iron Warriors, salah satu legiun pengkhianat yang terkenal brutal dan tanpa ampun, di Tarakan X? Dan mengapa mereka terlihat begitu tergesa-gesa meninggalkan planet ini, seolah-olah menghindari sesuatu?

Dante, Kesh, dan Vallorac bergerak cepat melalui reruntuhan medan perang yang dipenuhi oleh Daemon. Mereka tidak menahan diri—bolter mereka menyalak tanpa henti, menyapu bersih Tzaangor, Horror, dan Flamer yang menghadang. Kesh dengan Kite Shield dan Vaultswordnya sementara Dante dengan Power Spear-nya, bekerja sama dengan presisi yang sempurna, sementara Vallorac menggunakan Guardian Spears untuk menghancurkan setiap ancaman yang muncul. Perlawanan dari pasukan Daemon hanya menjadi sekadar gangguan kecil bagi mereka. Mereka bertempur seperti badai yang menghancurkan, terus menerobos pertahanan musuh dengan brutal.

Sementara itu, Allarach dan Alexander berfokus pada misi lain—membantu 3rd Company yang sedang menyerang sebuah armory. Suara tembakan dan ledakan dari medan perang bergema di kejauhan, tetapi Dante tidak memalingkan perhatiannya. Fokus utamanya adalah istana yang baru saja ia lihat dari kejauhan. Sesuatu yang penting terjadi di sana, dan dia berniat mencari tahu apa yang sedang terjadi.

Setelah beberapa saat, mereka tiba di depan gerbang besar istana. Pintu gerbang itu sudah terbuka lebar, seolah-olah menunggu kedatangan mereka. Dante melangkah masuk dengan hati-hati, diikuti oleh Kesh dan Vallorac. Suasana di dalam istana terasa aneh dan tenang, bertolak belakang dengan medan perang yang mereka tinggalkan. Lorong-lorongnya sunyi, meskipun ada jejak kehancuran dan energi Warp yang masih terasa di udara, seolah-olah tempat ini baru saja ditinggalkan oleh sesuatu yang besar dan mengerikan.

Mereka berjalan lebih dalam, melintasi aula besar yang penuh dengan patung-patung kuno dan reruntuhan arsitektur gothic yang sudah tua. Jejak-jejak pertempuran terlihat jelas—tanda bahwa ada perlawanan yang terjadi di dalam istana ini. Tapi anehnya, tidak ada mayat musuh, tidak ada darah. Hanya kehancuran dan misteri yang tersisa.

Dante melirik Kesh dan Vallorac, memberi isyarat agar mereka tetap waspada. Dalam diam, mereka melanjutkan perjalanan ke dalam bagian terdalam istana. Pikiran Dante masih terpaku pada Iron Warriors yang dia lihat sebelumnya. Mengapa mereka berada di sini? Dan apa yang begitu penting di dalam istana ini sampai-sampai mereka harus pergi dengan tergesa-gesa?

Ketika mereka memasuki ruang besar di tengah istana, Dante bisa merasakan sesuatu yang aneh. Di tengah ruangan tersebut ada sebuah altar besar yang tampaknya digunakan untuk ritual sihir, dihiasi dengan simbol-simbol Chaos yang bersinar dengan cahaya redup dari energi Warp.

Dante, Kesh, dan Vallorac dengan sigap menghindari serangan sihir yang datang dengan kecepatan luar biasa. Kilatan energi Warp melesat di udara, tetapi refleks tempur mereka, yang terasah selama berabad-abad dalam pertempuran melawan Chaos, membuat serangan itu mudah diatasi. Sorcerer Tzeentch yang berdiri di hadapan mereka, tampak kesal namun tidak terkejut. Wajahnya tertutup helm berornamen, dengan mata menyala biru terang yang menandakan penguasaannya atas kekuatan gelap yang memutar realitas.

Sebelum Dante bisa memberikan perintah untuk menyerang, Sorcerer itu mulai membaca mantra baru dengan suara rendah dan dalam, menggunakan bahasa kuno yang bergaung dengan energi iblis. Ruangan di sekeliling mereka mulai bergetar, dan Dante bisa merasakan perubahan di udara, seolah-olah realitas itu sendiri sedang dilipat dan dipelintir. Dalam sekejap mata, lantai di bawah kaki mereka berpendar dengan cahaya ungu terang, dan dunia di sekitar mereka berubah.

Dalam sekejap, mereka tidak lagi berada di dalam istana.

Dante dan squadnya kini berdiri di atas permukaan datar yang aneh, berpendar dengan kilauan eterik. Langit di atas mereka tidak memiliki matahari, melainkan lautan energi Warp yang terus berputar dan berubah bentuk, diwarnai oleh kilatan petir biru dan merah. Bentangan di sekeliling mereka tampak seperti bayangan dunia nyata yang diciptakan ulang dengan cara yang ganjil dan melenceng. Struktur geometris yang tak mungkin, bergerak-gerak di pinggiran penglihatan mereka, memancarkan aura kegilaan yang jelas merupakan ciri khas dari Tzeentch.

Sorcerer itu berdiri di hadapan mereka, kali ini dengan aura yang lebih kuat, lebih berbahaya. Energi yang mengalir dari tubuhnya tampak berlipat ganda, jelas bahwa di dunia ini, di dalam dimensi Warp, kekuatannya menjadi jauh lebih besar.

"Jadi kalian yang memimpin pasukan Space Marine pada invasi sebelumnya?" tanya Sorcerer tersebut, "Kalau iya kenapa...." balas Dante, "Kau sudah pasti akan menyusul mereka" kata Kesh, "Perkenalkan namaku Xerathim the Aether Weaver, Lord Magnus melihat dirimu adalah sebuah anomali...." kata Xerathim sambil menunjuk ke Dante, "Heh.... aku ternyata seterkenal itu...." kata Dante dengan nada menghina, "Lord Magnus akan mengungkap siapa dirimu Custodes...." kata Xerathim memanggil cukup banyak Tzaangor memisahkan Dante dari Kesh dan Vallorach.

Dante bergerak dengan kecepatan dan ketepatan yang luar biasa, melawan Xerathim, sang Sorcerer Tzeentch yang tampaknya semakin kuat setiap kali menggunakan kekuatan Warp. Cahaya biru dan ungu memancar dari tangan Xerathim, setiap mantra dan serangan sihirnya menggetarkan udara di sekitar mereka. Namun, Dante, dengan pengalaman bertempur melawan kekuatan Chaos selama ribuan tahun, tetap tenang dan fokus. Serangan sihir dan bilah energi yang diluncurkan Xerathim ditangkis dengan sempurna oleh Power Spear Dante, sementara langkah-langkah cepatnya membuat setiap serangan musuh meleset.

Dalam setiap serangan yang dilancarkan Xerathim, Dante mulai memperhatikan pola. Sorcerer ini, meskipun kuat dengan kekuatan Warp, memiliki kebiasaan yang teratur dalam bertarung—mantra yang diucapkannya berulang dengan pola yang bisa ditebak, dan setiap serangan selalu diikuti dengan jeda kecil saat ia mempersiapkan serangan berikutnya. Di mata seorang veteran seperti Dante, pola ini adalah kelemahan yang jelas.

Setiap kali Xerathim meluncurkan serangan sihir, Dante menghindar dengan mudah, sementara Kesh dan Vallorac terus mengawasi setiap gerakan musuh, siap bertindak bila diperlukan. Warpflame dan kilatan energi melesat di sekitar mereka, namun tak satu pun mengenai target.

Ketika Xerathim berusaha melancarkan serangan besar lainnya, Dante melihat celah—jedanya terlalu lama. Tanpa ragu, Dante meluncur maju, menebas dengan Power Spear-nya dalam gerakan yang cepat dan mematikan. Bilah energi tombak itu menembus celah armor Xerathim dengan presisi brutal, menghancurkan perlindungan rune-rune yang melingkupinya.

Xerathim terkejut. Wajahnya yang disembunyikan oleh helm ritual itu menunjukkan ketidakpercayaan saat serangan Dante menembus lapisan magis yang ia andalkan untuk bertahan hidup. Darah bercampur dengan energi Warp mengalir keluar dari luka fatal itu, dan tubuhnya terhuyung ke belakang sebelum akhirnya jatuh ke tanah, menimbulkan suara dentingan logam yang keras.

Sorcerer Tzeentch itu terbaring di tanah, kekuatannya mulai memudar. Meski terluka parah, Xerathim masih berusaha mengangkat tangannya, berusaha merapal satu mantra terakhir, tetapi Dante dengan cepat menginjakkan kakinya di dada Sorcerer itu, menghentikan upaya terakhirnya.

"Kau memang anomali yang menarik...." kaya Xerathim, "Apa maksudmu aku ini Anomali?" tanya Dante, "Lord Magnus berusaha mencari tahu dirimu tetapi gagal...." kata Xerathim, "Oh jadi saat itu ternyata...." kata Dante, "hehehehehe.... kau memang kuat.... aku akui itu..." kata Xerathim, "Aku melihat beberapa kali ada Thundehawk milik Iron Warrior, apa tujuan mereka?" tanya Dante, "Anggap saja ini hadiah dariku... mereka ingin membuat Daemonculana lagi...." kata Xerathim, "Daemonculaba" tanya Dante, "Primarch Guilliman tahu apa itu Daemonculaba...." kata Xerathim.

Dante mengayunkan Power Spear-nya dengan kekuatan terakhir yang dibutuhkan untuk mengakhiri hidup Xerathim. Bilah tombak yang bersinar itu menembus tubuh Sorcerer, memutuskan ikatan yang menghubungkan Xerathim dengan kekuatan Warp. Dalam sekejap, jeritan parau Sorcerer memenuhi udara saat nyawanya diambil, dan realitas yang sebelumnya terdistorsi oleh sihir perlahan kembali normal.

Cahaya aneh dari dimensi Warp mulai memudar, dan dunia di sekitar mereka berubah kembali menjadi ruangan di dalam istana. Suara gemuruh magis yang sebelumnya memenuhi telinga mereka sekarang menghilang, meninggalkan keheningan yang menakutkan. Dante berdiri tegak, menatap tubuh Xerathim yang kini tak bernyawa, tergeletak di tanah dengan armor ritualnya yang pecah.

Kesh dan Vallorac berdiri di sisi Dante, keduanya terlihat sedikit lelah namun masih siap untuk bertempur jika perlu. Kesh, dengan Kite Shield-nya berlumuran darah Daemon, memandang sekeliling untuk memastikan bahwa tidak ada ancaman lebih lanjut. Vallorac menurunkan Guardian Spearsnya, menghela napas panjang, darah Daemon yang mengering tampak menodai armor emasnya yang megah.