Kyoshiro berdiri di ruang kendali, memperhatikan medan perang di bawahnya melalui layar taktis. Dengan satu gerakan tangannya, dia memerintahkan 1st dan 2nd Company untuk segera meluncur ke Tarakan X. Mereka turun melalui Drop Pod, masuk langsung ke jantung pertempuran. Setiap manuver dihitung dengan teliti, dan Kyoshiro tetap di belakang untuk mengatur formasi dan mengawasi jalannya serangan dari atas, memastikan semua pasukan bergerak sesuai rencana. Melalui vox-link, ia memberikan instruksi tegas kepada Battle Company lainnya agar bersiap dan mengikuti dengan cepat.
Di hangar, suasana penuh persiapan. Dante, dengan wajah yang tegas dan penuh kewaspadaan, memimpin para Custodes menuju pesawat yang sudah siap mengangkut mereka ke Tarakan X. Meskipun pertempuran ini adalah salah satu dari banyak yang telah ia hadapi, Dante selalu memahami bahwa setiap pertempuran memiliki taruhannya sendiri. Tarakan X tidak akan berbeda.
Sambil bersiap, Dante mengamati senjata-senjatanya dengan teliti. Power Spear miliknya berkilauan dengan energi yang siap menghancurkan musuh, sementara Power Sword berada di sisi lain, siap digunakan dalam jarak dekat. Setiap detail dari persiapannya dipenuhi dengan ketelitian seorang prajurit yang telah berperang selama berabad-abad.
Di sisinya, Allarach, salah satu dari Custodes yang paling tangguh, juga sedang bersiap. Armor emasnya bersinar di bawah lampu hangar, dan dia dengan tenang memeriksa Power Gauntlet yang akan dipakai, kekuatan mentah dari senjata itu sudah dikenal di seluruh galaksi. Storm Bolter di tangannya dipersiapkan dengan sempurna, siap melepaskan hujan peluru ke arah musuh yang berani menantang mereka.
Kesh, selalu dengan sikap tenang namun penuh waspada, mempersiapkan Kite Shield dan Vaultsword-nya. Dengan kemampuan bertahan yang legendaris, Kesh dikenal sebagai benteng hidup di medan pertempuran. Setiap kali musuh mencoba menyerang, Kesh menjadi tembok yang tak bisa ditembus, memungkinkan rekan-rekannya untuk menghancurkan musuh dengan serangan balik yang mematikan.
Sementara itu, Vallorach dan Alexander juga sibuk mempersiapkan diri. Keduanya adalah prajurit yang sangat terampil, dan mereka tidak meninggalkan celah sekecil apa pun dalam persiapan mereka. Setiap komponen armor diperiksa, setiap senjata diuji ulang. Tidak ada ruang untuk kesalahan.
Dante berdiri tegak di dalam Thunderhawk, mendengarkan setiap laporan yang masuk melalui vox-link. Suara-suara yang membanjiri saluran komunikasi menggambarkan kekacauan di medan perang. 1st dan 2nd Company dari Chapter Kyoshiro telah berhasil mendarat di Tarakan X, dan serangan mereka mengirimkan gelombang kehancuran pada pasukan Daemon Tzeentch. Laporan demi laporan menyebutkan bagaimana banyak Daemon tewas seketika akibat dampak keras dari Drop Pod yang menghantam mereka tanpa ampun, diikuti oleh serangan kilat dari para Space Marine yang keluar dari pod tersebut, siap untuk melanjutkan pembantaian.
Dengan zona pendaratan yang berhasil diamankan oleh 1st dan 2nd Company, lampu hijau menyala di dalam Thunderhawk, memberi tanda bahwa Dante dan squad Custodes-nya sudah siap untuk turun ke permukaan. Tidak ada keraguan dalam hati Dante—ini adalah momen yang telah ia persiapkan.
"Dalam dua menit, kita akan berada di permukaan," kata pilot melalui vox, suaranya stabil meskipun keadaan genting.
Dari jendela kokpit, Dante bisa melihat sekilas medan perang di bawah. Langit Tarakan X tampak gelap, meskipun itu siang hari. Kabut Warp menutupi wilayah tersebut, dan jejak-jejak energi sihir Tzeentch masih berkedip-kedip di angkasa, menunjukkan kehadiran makhluk-makhluk iblis. Namun, di antara pemandangan kekacauan itu, Dante bisa melihat ledakan terang dari bolter Space Marine yang menghancurkan segala sesuatu yang menghalangi jalan mereka. Pasukan Daemon Tzeentch, yang biasanya dikenal dengan sihir mereka yang penuh tipu daya dan ilusi, terkejut oleh serangan brutal yang tiba-tiba.
Thunderhawk yang membawa Dante dan timnya bergetar saat masuk ke atmosfer Tarakan X, armor pesawat memanas oleh gesekan saat mereka menembus atmosfer tebal planet tersebut. Di dalam pesawat, para Custodes diam, mata mereka terfokus, siap untuk momen ketika mereka akan melangkah keluar dan menghadapi musuh secara langsung.
Di sisi Dante, Allarach, Kesh, Vallorach, dan Alexander menyelesaikan persiapan akhir mereka. Allarach mengepalkan Power Gauntlet-nya, suara logam berderak saat energi listrik mulai mengalir di antara jemarinya. Kesh, dengan tenang mengangkat Kite Shield-nya dan mengecek posisi Vaultsword-nya, memastikan bahwa ia siap menjadi tameng hidup bagi pasukannya. Sementara itu, Vallorach memeriksa kembali Bolter-nya, dan Alexander memastikan Plasma Rifle-nya siap untuk menghancurkan setiap ancaman yang muncul.
Tidak lama kemudian, suara keras dari pendaratan Thunderhawk terdengar. Getaran dari kontak dengan tanah mengingatkan semua orang bahwa pertempuran sudah menunggu di depan. Pintu belakang Thunderhawk terbuka perlahan, dan sinar redup dari Tarakan X menerangi bagian dalam pesawat. Dante melangkah keluar pertama, tombaknya terangkat tinggi, diikuti oleh para Custodes lainnya.
Di zona pendaratan, mereka melihat para Space Marine dari 1st dan 2nd Company yang telah memukul mundur Daemon Tzeentch dan mengamankan area tersebut. Tanah di sekitar mereka dipenuhi mayat Daemon, tubuh mereka yang menjijikkan membusuk dan menghilang menjadi abu di bawah kekuatan energi Warp yang menghilang. Kemenangan pertama telah diraih, namun Dante tahu bahwa ini hanyalah awal. Pasukan Tzeentch tidak akan menyerah begitu saja.
Tak lama setelah mereka mendarat, 3rd dan 4th Company mulai turun perlahan dari langit, memperkuat posisi mereka di zona pendaratan. Dante mengamati sekeliling, menilai situasi. Dia tahu bahwa kekuatan utama Tzeentch belum sepenuhnya muncul. Mungkin ada sesuatu—atau seseorang—yang lebih kuat yang menunggu mereka di dalam bayangan kabut Warp.
Dante berdiri tegak di atas bukit berbatu, memantau medan perang di bawahnya dengan tatapan tajam. Di sekelilingnya, medan Tarakan X dipenuhi dengan reruntuhan dan kawah hasil ledakan, sementara sisa-sisa pertempuran brutal antara pasukan Space Marine dan Daemon Tzeentch menyebar sejauh mata memandang. Kabut tebal dari energi Warp menggantung di udara, memberikan nuansa yang tak terduga pada pertempuran ini.
Melalui Vox Com, Dante mendengarkan laporan yang datang dari berbagai sudut pertempuran. Pasukan Astartes melaporkan kemenangan kecil, memukul mundur gelombang serangan Daemon. Namun, yang mencuri perhatian Dante adalah kenyataan bahwa belum ada tanda-tanda kemunculan Greater Daemon milik Tzeentch. Hal ini membuatnya curiga. Biasanya, Daemon Lord dari Tzeentch akan menjadi ancaman utama dalam pertempuran sebesar ini. Apakah mereka sudah kalah sebelum sempat bertarung, ataukah mereka sedang menyusun rencana di balik layar? Pikiran Dante berputar, mencoba menganalisis semua kemungkinan.
Kemudian, sebuah laporan masuk melalui vox, menarik perhatian Dante. Suara seorang Astartes terdengar jelas, penuh adrenalin:
"Daemon Engine terdeteksi! Berbentuk naga—sepertinya manifestasi dari kekuatan Tzeentch! Menurut Database ini adalah Helldrake"
Dante segera mengarahkan pandangannya ke arah langit, di mana ia bisa melihat siluet besar Daemon Engine yang menyerupai naga, melayang di udara dengan sayap besar dan napas penuh api biru yang berasal dari sihir Chaos. Makhluk itu adalah perpaduan mengerikan antara mesin dan entitas Warp, cakar logamnya bersinar dengan energi yang siap menghancurkan apa pun yang ada di hadapannya.
Tiba-tiba, dari bawah, sebuah Dreadnought Space Marine—goliath mekanik yang dilengkapi dengan kekuatan luar biasa—melemparkan sebuah batu besar dengan kekuatan penuh. Batu itu melayang di udara dengan kecepatan yang luar biasa, menghantam Daemon Engine tepat di sisi tubuhnya. Dampaknya begitu kuat sehingga Daemon Engine tersebut terhuyung dan kehilangan keseimbangan, terjatuh dengan keras ke tanah, diikuti dengan ledakan besar yang mengguncang bumi di sekitar mereka.
Melihat kejadian itu, Dante merasa kagum dan sedikit terhibur oleh kekuatan brutal Dreadnought tersebut, tetapi pikirannya segera kembali pada apa yang lebih penting: Tzeentch. Meski Daemon Engine tersebut berhasil dihancurkan, Dante tahu bahwa ini bukanlah akhir dari kekuatan yang dihadapi. Tzeentch, Dewa Chaos dari sihir dan tipu muslihat, selalu memiliki trik di balik lengan jubahnya.