Chapter 27 - The Adamnadula Crusade(Part 2)

Ketika Aquila Wings meluncur ke dalam Warp, suasana di dalam kapal berubah. Mesin-mesin raksasa bergetar pelan, dan suasana di sekeliling menjadi tenang. Hanya gemuruh halus dari Warp Drive yang terdengar, menandakan kapal itu sedang menembus dimensi lain. Shield Host Captain Dante berdiri di dekat jendela besar ruang kendali, memandang ke luar. Di sana, di luar batas fisik alam semesta, Warp berputar-putar dengan energi yang tak terbayangkan—lautan tak terbatas dari kekacauan dan kegilaan.

Dante menatap dalam-dalam ke dalam Warp, seolah-olah berusaha menembus kabut dan kilauan aneh yang mengelilingi kapal. Meskipun Geller Field melindungi mereka dari serangan langsung oleh entitas Chaos, Dante, dengan kepekaan yang telah diasah selama ribuan tahun pelatihan dan pertempuran, merasakan sesuatu yang lain. Di luar sana, dalam kedalaman Warp yang gelap dan berbahaya, dia merasakan kehadiran yang kuat dan arogan, menatapnya kembali.

Tatapan itu terasa seperti menusuk ke dalam jiwanya, penuh dengan penghinaan dan kebanggaan yang melampaui kemanusiaan. Seolah-olah ada makhluk yang tidak hanya mengamati tetapi juga menilai dirinya, menantangnya. Dante mengenali rasa ini, meskipun samar. Ini adalah tanda dari sesuatu yang jauh lebih tua dan lebih kuat daripada kebanyakan makhluk yang berkeliaran di dalam Warp.

Setelah Aquila Wings keluar dari Warp, pemandangan di luar berubah drastis. Bintang-bintang di sektor Adamnadula bersinar terang, dan Dante segera menyadari bahwa mereka telah tiba di jantung pertempuran. Armada besar terlihat di sekelilingnya—Battle-Barge dan Cruiser dari berbagai armada Space Marine Chapters, semuanya bergerak dengan tujuan yang jelas.

Dari posisinya di ruang kendali, Dante memperhatikan satu Cruiser yang menarik perhatiannya. Logo salib hitam dengan tengkorak yang menonjol di lambung kapal itu tidak salah lagi—itu adalah simbol dari Black Templars, salah satu chapter Space Marines yang paling fanatik dalam perang dalam nama God Emperor. Kapal itu tampak penuh aktivitas, dan Dante bisa melihat sejumlah besar Drop Pod yang diluncurkan dari lambung kapal, menuju permukaan planet di bawah.

Pandangan Dante kemudian berpindah ke armada lain yang tiba di sektor tersebut. Battle-Barge besar dengan logo tengkorak bersayap merah menghiasi sisi-sisinya. Simbol itu membawa kenangan akan pertempuran lama—ini adalah tanda dari Angels Sanguine, salah satu chapter penerus Blood Angels yang terkenal dengan keberanian dan kekejaman mereka di medan perang, terutama ketika menghadapi ancaman Chaos.

Tak lama setelah itu, sebuah Battle-Barge lain muncul dari bayang-bayang ruang angkasa. Kapal besar itu bergerak anggun namun menakutkan, dan Dante segera mengenali logo kalajengking yang menghiasi lambungnya—simbol dari Red Scorpion Chapter.

Dengan pengenalan logo tersebut, Dante tahu bahwa sekutu yang sangat berharga telah tiba. Red Scorpions dikenal sebagai salah satu chapter Space Marines yang paling disiplin dan berorientasi pada doktrin. Mereka selalu beroperasi dengan presisi militer yang luar biasa, tidak pernah meninggalkan apapun pada kebetulan.

Namun, yang menarik perhatian Dante bukan hanya kehadiran Red Scorpions, tetapi juga sosok penting yang datang bersama mereka—Inquisitor Ayumi Yamada. Inquisitor Ayumi secara langsung meminta Red Scorpion Chapter sebagai pasukannya selagi menunggu Lord Guilliman tiba dengan Ultramarine Chapter atau dengan pasukan lain.

"Captain Nina, segera buka jalur komunikasi ke semua Imperial Fleet yang disini." kata Dante, "Segera laksanakan." kata Captain Nina memerintahkan perwira lain, wajah Lord Sentikan, Hight Marshall Helbrecht dan Inquisitor Ayumi muncul. "Maaf sedikit terlambat, ada intel yang bisa dibagikan pada War Counsle ini?" tanya Inquisitor Yamada, "Terdapat beberapa Sorcerer dari Thousand Sons yang menguasai sektor ini, mereka memakai sebuah artifact unit untuk membuka Warp dan menerjunkan seperti daemon baru." kata Lord Sentikan, "Boleh aku lihat?" tanya Dante, "Ini dia." kata Lord Sentikan, "Sepetinya ini Daemon baru.... biasanya si gurita itu mengandalakan para Horror dan Flamer." kata Dante.

Dante memperhatikan sesuatu yang ganjil. Dari antara pasukan yang sedang berkumpul di dekat permukaan planet, sosok yang tidak asing namun sangat mengerikan muncul. Makhluk itu berdiri tegak, posturnya menyerupai humanoid, namun aura kekacauan memancar dari setiap gerakannya.

Makhluk itu memiliki tubuh yang kekar dan kokoh, membawa perisai besar yang tampak dipenuhi dengan rune Chaos yang berdenyut, sementara di tangan lainnya ia menggenggam tombak panjang yang berkilauan dengan energi gelap. Yang paling menarik perhatian Dante adalah kepala makhluk itu—bukan kepala manusia, melainkan bentuk burung dengan topeng logam yang menakutkan. Entah itu benar-benar topeng atau bagian dari wujud aslinya, sulit untuk dikatakan. Mata makhluk itu bersinar merah, penuh dengan kebencian dan niat jahat.

Dante langsung mengenali sifat dari makhluk tersebut—kemungkinan besar ini adalah salah satu Daemon dari Tzeentch, Dewa Kekacauan yang penuh tipu daya dan transformasi. Bentuk burung dan simbol-simbol aneh di perisainya menjadi ciri khas dari pengikut Tzeentch, sering disebut sebagai Tzaangor atau bahkan Lord of Change dalam bentuk yang lebih rendah.

"Kalau begitu segera turun ke medan perang, kita kirim mereka kembali ke gurita tersebut." kata Dante, "Kalau begitu aku bersama 1st Company segera berangkat" kata Chapter Master Kyoshiro meninggalkan ruang kendali, Canoness Preceptors Jane mengangguk dan menyusul meninggalkan ruang kendali, "Chapter Master Sentikan, aku dan 4 Custodes lain akan segera turun... tetap bertahan dan pastikan High Marshall Helbrecht tahu aku datang." kata Dante, "Baik Lord Custodes. " kata Lord Sentikan.

Dante bergerak cepat, tak ada waktu yang boleh terbuang. Bersama dengan squad Custodes-nya yang setia, ia segera menuju ke hangar Aquila Wings. Sesampainya di sana, mereka disambut oleh deru mesin Thunderhawk, yang siap membawa mereka ke pertempuran yang akan datang. Pasukan elit ini tahu apa yang harus mereka hadapi, dan meski ancaman Daemon Chaos semakin nyata, mereka tidak menunjukkan sedikit pun keraguan.

Di hangar tersebut, sudah ada pasukan Space Marine dari 1st Company Delta Blade Chapter—para veteran perang yang telah berjuang di bawah komando Chapter Master. Armor mereka penuh dengan tanda pertempuran yang telah mereka hadapi, dan pandangan mata mereka tajam, mencerminkan pengalaman bertahun-tahun dalam peperangan. Mereka adalah prajurit yang tidak asing dengan ancaman Chaos, dan Dante merasa percaya diri mengetahui mereka akan berada di sisinya.

Setelah salam singkat, Dante dan pasukannya naik ke dalam Thunderhawk. Mesin raksasa itu bergetar saat pintu-pintu ditutup, dan suara mesin yang berat memenuhi ruangan. Di dalam, suasana terasa penuh tekad. Para Space Marine dari Delta Blade memeriksa senjata mereka, bersiap menghadapi pertempuran yang akan datang. Dante, dengan tenang, memegang Power Sword-nya, merasakan berat dari tanggung jawab yang akan ia emban di pertempuran ini.

Setelah Thunderhawk mendarat dengan keras di garis depan medan perang, Dante dan pasukannya segera bergerak keluar. Asap tebal dan suara tembakan terdengar di mana-mana, sementara tanah di sekitarnya bergemuruh akibat kekacauan pertempuran. Dante memimpin Kesh, Vallorach, Allarach, dan Alexander dengan tenang namun tegas, pandangan matanya tertuju pada musuh yang berada di hadapan mereka.

Tanpa ragu, Dante mengaktifkan Power Spears-nya, dan senjata itu bersinar dengan energi kuat. Dalam hitungan detik, dia melompat ke arah pasukan Tzaangors—para makhluk setia Tzeentch dengan tubuh humanoid namun berkepala burung. Dengan serangan cepat, tombak Dante berputar, mencincang para Tzaangor dengan gerakan yang mulus dan mematikan. Setiap tebasan yang ia lakukan menghancurkan daging dan armor musuh dengan mudah, energi dari Power Spears miliknya menguapkan tubuh-tubuh makhluk Chaos tersebut.

Di sekelilingnya, Horrors—makhluk-makhluk aneh yang terdiri dari api dan kegelapan, memuntahkan ledakan energi warpfire ke arah mereka. Namun, Dante dengan sigap menangkis serangan-serangan itu, bergerak cepat melalui kerumunan musuh yang semakin banyak.

Kesh, Vallorach, Allarach, dan Alexander tidak mau kalah. Mereka maju dengan penuh semangat, membelah pasukan musuh dengan keahlian dan kekuatan mereka sendiri. Kesh, dengan senjata energinya, menghancurkan para Horrors dengan ayunan mematikan, sementara Vallorach melindungi sisi mereka, memotong setiap Tzaangor yang mencoba mendekat. Allarach dan Alexander bergerak dengan kecakapan luar biasa, menyerang dengan cepat dan tepat, menebas pasukan Chaos dengan presisi yang menakutkan.

Pertempuran berlangsung sengit, tapi Dante dan pasukannya menunjukkan kenapa mereka adalah para veteran terbaik dari Imperium. Pasukan Tzaangor dan Horrors berjatuhan satu demi satu, namun meski musuh terlihat tak ada habisnya, Dante tetap maju dengan tekad tak tergoyahkan.

Dengan setiap serangan, Dante memperlihatkan bahwa meski Chaos dapat menciptakan ancaman yang menakutkan, kekuatan dan kesetiaan para pelindung Imperium jauh lebih besar.