Chereads / Menikah Kilat Dengan Bos / Chapter 13 - Bab 13. Suami, bukan sayang

Chapter 13 - Bab 13. Suami, bukan sayang

Sebenarnya ini belum jam pulang, tapi Oca dan Melda sudah bersiap untuk pulang. Dengan minggir melipir tanpa sepengetahuan Erina. Hanya berpamitan dengan Bos dan mengatakan jika ada sesuatu yang mengharuskan mereka pulang lebih awal. Bos mengiyakan saja.

Sekarang ini mereka sudah duduk di dalam sebuah Restoran yang cukup megah. Beberapa pelayan sibuk menyiapkan makanan dan minuman untuk mereka. Mereka sampai kebingungan.

"Eh, ini pesanan siapa? Kami tidak memesan!" Melda berbicara cukup keras.

Bukan masalah siapa yang memesan, mereka lebih khawatir kepada harga makanan dan minuman di restoran ini. Itu pasti sangat mahal!

"Ini pesanan Tuan Itu, spesial untuk Nona berdua." Pelayan wanita menunjuk dengan hormat kepada seseorang yang baru saja masuk.

Oca seketika berdiri. "Itu Sekretarisnya Presdir Albarez! Astaga Melda, dia benar benar menemui kita!"

Melda langsung menarik Lengan Oca agar duduk kembali. "Suaramu bodoh! Ini memalukan!"

"Eh, iya maaf. Aku terkejut. Bagaimana penampilanku? Ya Tuhan! Aku belum mandi." Oca segera merapikan rambut dan bajunya.

Melihat itu Melda sangat kesal, walaupun dia juga terpesona dengan Sekretaris Galaxy Group, yang ketampanannya hampir seimbang dengan Presdir Albarez. Tapi Melda masih bisa mengendalikan diri, tidak seperti Oca yang panas dingin.

"Selamat Sore Nona Nona." Jefri menarik kursi dan duduk di hadapan mereka berdua.

Mereka membalas sapaan dengan sangat gugup. Jefri meminta mereka menikmati sajian.

Walaupun mereka canggung dan malu tetapi menikmatinya.

Sekitar Tiga puluh menit, berlangsung obrolan yang cukup serius di antara mereka. Jefri mengatakan jika harus mengetahui latar belakang Erina, karena Perusahaan Galaxy Group tertarik dengan kinerja Erina dan bermaksud ingin mengajak kerjasama Stasiun Televisi mereka.

Tentu itu membuat mereka berdua heran.

"Mengapa bertanya kepada kami? Seharusnya kepada bos atau yang bersangkutan." Protes Melda.

Jefri mengangguk. "Seharusnya. Tetapi Nona Erina memiliki beberapa riwayat yang tidak baik. Jika kami bertanya langsung kepada yang bersangkutan atau bertanya kepada bos kalian, itu hanya akan membuat pihak lain tersinggung."

"Tapi kami tidak mengetahui banyak tentang pribadi Erina." Jawab Oca.

"Ceritakan saja yang kalian tahu. Awal mula pertemuan kalian dan karakter Nona Erina yang sebenarnya, karena aku bisa menebak jika Nona Erina banyak sekali mengalami tekanan. Aku berjanji akan membantu menyelidiki siapa yang sudah menjebak Nona Erina, sehingga dia harus menanggung malu."

Mendengar perkataan Jefri mereka Akhirnya setuju.

"Anda benar Tuan. Kami yakin, Erina tidak mungkin melakukan hal serendah itu Dan sebenarnya.. dia juga bukan seorang yang pendiam. Dia sangat tengil dan terkesan ceria, kami akan terus tertawa jika bersamanya, tapi.."

Oca menceritakan awal pertemuannya dengan Erina. Lalu Melda juga mulai melengkapi.

"Hanya itu yang kami tahu. Mengenai keluarga dan latar belakang Erina kami sama sekali tidak tahu. Karena Erina sendiri tidak bercerita lebih banyak tentang keluarganya, kecuali hanya.. Dia mengatakan jika keluarganya tidak menganggapnya. Apalagi setelah kejadian memalukan itu, Erina di usir dari rumah." Melda menutup cerita seputar Erina yang mereka tahu.

Jefri mengeluarkan Amplop coklat dan menyodorkan ke hadapan mereka.

"Anggap saja ini bonus untuk kalian. Terimakasih atas kerjasamanya."

Melda dan Oca saling menatap. Pemikiran mereka ternyata sama. Oca menyodorkan kembali amplop tersebut.

"Kami tidak sedang menjual informasi tentang sahabat kami sendiri. Anda sudah berjanji, informasi ini untuk membantu Erina, sebelum kerjasama dimulai. Makanya kami bersedia untuk bercerita. Kami juga berharap, nama baik

Erina akan segera bersih, apalagi sekarang Erina sudah menikah. Itu bisa mempengaruhi pernikahannya."

"Temanku benar Tuan Sekretaris. Tolong pegang janji anda, atau persahabatan kami akan retak." Melda menambahkan.

Jefri mengangguk. "Bawa saja. Kalian bisa memegang janjiku." Jefri kembali menyodorkan Amplop.

"Tidak Tuan. Kami berterima kasih, anda mau peduli dengan teman kami. Dan terima kasih atas traktirannya. Bolehkah dibungkus sisanya?Hehe."

"Oca!" Melda mencubit pinggang Oca.

"Ih..,kan sayang. Ini mubazir sisanya. Masih banyak!"

Jefri tertawa kecil, lalu memanggil pelayan. Meminta untuk membungkus semua sisa makanan.

"Bawalah." Jefri memberikan kantong makanan.

"Terima kasih Tuan Sekretaris." Melda mengucapkan.

Tapi sebelum mereka melangkah, Oca membalikkan tubuhnya kembali.

"Bolehkah kami minta nomor hp anda?"

"Oca!" Melda kembali mencubit pinggang Oca.

"Eh, kan kita memang perlu Nomor hp Tuan Sekretaris ini. Siapa tau saja dia mengingkari janji, jadi kita bisa menerornya."

Jefri tertawa mendengar perkataan Oca. Sebenarnya dia enggan memberikan nomor ponsel yang memang tidak sembarangan di miliki orang. Tetapi karena mereka adalah teman baik Erina, Jefri akhirnya menyebutkan.

***

Di Stasiun Televisi, Erina bolak balik mencarinya keberadaan Oca dan Melda, lalu Bos mengatakan jika mereka sudah pulang sejak tadi. Erina hanya mendengus tanpa merasa curiga. Karena ini memang sudah jam pulang, Erina memutuskan untuk beranjak.

Tetapi saat dia hendak menghubungi Fic, ada sebuah pesan masuk dari Alika.

Mengharuskan Erina datang, karena malam ini Alika akan bertunangan.

Sebenarnya Erina malas, datang atau tidak datang Mereka tetap tidak menganggap Erina. Jadi untuk apa? Tetapi karena Alika memaksa dan memohon dengan iba serta meminta maaf atas kejadian yang lalu, Akhirnya Erina luluh.

Erina mencari cari nama kontak Fic. Dulu dia memberi nama Peminjam, dia hampir lupa sudah mengganti namanya dengan nama Suami. Kenapa tidak sayang? Erina tiba tiba terpikir demikian. Haha.. itu sangat konyol. Dia hanya suami. Belum tentu sayang!

Erina kemudian mengirim pesan singkat untuk Fic. Meminta agar Fic tidak perlu menjemputnya karena dia akan pulang lebih malam.

(Aku harus ke Rumah Ibu. Adik Perempuanku akan bertunangan malam ini.)

Setelah mengirim pesan, Erina menyetop taksi.

Namun setelah tiba di Rumah Ibu, seperti ada sebuah petir yang menyambar kepalanya. Erina dibuat terkejut sekaligus menahan sesak yang begitu hebat.

Ibu menyambut dengan sinis. Ada Lena yang langsung membuang muka saat melihat kedatangan Erina. Alika sendiri tersenyum manis ke arahnya. Tetapi Pria yang duduk di sebelah Alika itu yang membuat Erina hampir tidak bisa bernafas.

Rafael, dia adalah pria yang pernah dia cintai tiga tahun yang lalu. Pria yang sampai saat ini masih Erina pikirkan dimana keberadaannya.

"Kak Erina! Ku kira kau tidak akan datang!" Alika berlari ke arahnya.

Erina hanya tersenyum. Matanya masih melirik keberadaan Rafael yang juga menatapnya dengan tatapan yang sangat asing.

"Kak Erina, apa kau tau, Kak Rafael akan melamarku malam ini. Dan kami akan segera menikah."Tentu saja Erina sangat terkejut mendengar itu sampai dia mundur satu langkah. Rupanya ini yang menyebabkan Alika memaksanya untuk datang, mereka sengaja ingin membuatnya terluka.

"Kak Erina, kau kenapa? Bukankah kau sudah menikah? Bukankah kau juga yang sudah membuang kak Rafael? Kau yang mengkhianatinya. Jadi jangan salahkan dia jika sekarang dia memilih aku."

Erina berusaha untuk tersenyum, walaupun harus sangat terpaksa. Dia memang pernah mencintai Rafael. Jujur saja kehadiran Agam dulu belum bisa membuatnya melupakan Rafael. Tetapi bukankah Rafael yang pergi darinya tanpa kabar? Meninggalkan dirinya saat dia ada masalah. Lalu sekarang Rafael muncul dengan membawa kabar yang begitu mengejutkannya.

Akan melamar Alika dan akan segera menikah. Erina mulai berpikir, apakah kepergian Rafael ada kaitannya dengan masalah yang menimpanya dulu. Mungkin Rafael sudah mengetahui kabar itu dan enggan mendengarkan penjelasan Erina. Erina tidak ingin menyalahkan siapa siapa lagi dalam hal ini. Apalagi sekarang dia sudah menikah. Hal itu sudah tidak penting lagi. Hanya saja, Erina terus mengaitkan kejadian demi kejadian memalukan yang menimpanya. Apakah ini disengaja?

Baiklah! Erina berusaha menenangkan hatinya.

"Sekarang Kak Rafeal sudah menjadi milikku. Jadi kau jangan lagi berharap sedikitpun darinya. Karena aku tidak akan membiarkan milikku diganggu siapapun!" Kembali Alika berbicara.

"Kamu tenang saja. Aku sudah menikah. Aku juga sudah melupakannya." Jawab Erina.

"Baguslah. Tapi mana suamimu? Apa kau tidak ingin membawanya kemari? Suamimu orang kaya bukan? Bahkan dia bisa membayar hutang Ayah yang begitu banyak. Tapi apa kamu tau kalau kak Rafael sekarang sudah menjadi seorang Direktur di Perusahaan Galaxy Group yang terkenal itu?"

Erina seketika terbelalak. Galaxy Group? Benarkah Rafael Direktur di perusahaan itu?